Alesya. Seorang gadis sederhana yang hidup bahagia bersama dengan Ayah dan adik perempuannya, Catline. Sedangkan Ibu mereka telah meninggal dunia ketika mereka masih kecil. Kehidupan Aleysa berubah setelah sang Ayah mengalami kecelakaan maut yang ditabrak oleh seorang pria bernama Hans. Dia adalah seorang CEO di perusahaan keluarganya sendiri. Hans terpaksa menikahi Aleysa atas permintaan Ayah Aleysa agar dia tidak dijebloskan ke dalam penjara. Pernikahan paksa ini mampu mengubah dunia Aleysa. Aleysa harus menghadapi suaminya yang memiliki sikap dingin dan emosional. Belum lagi ia juga harus menghadapi Emily, kekasih Hans sebelum Hans menikahinya. Emily tidak pernah diam sebelum Aleysa menyerah menjadi istri Hans. Bagaimana kelanjutan kisah hidup Aleysa yang harus menghadapi berbagai macam ujian di dalam hidupnya?
Suara burung berkicauan menyambut pagi ini. Keluarga Aleysa yang hanya hidup bertiga dengan Ayah dan adik sematawayangnya pun berbagi tugas pada pagi ini. Aleysa memasak untuk sarapan mereka bertiga. Sedangkan Catline, adik dari Aleysa membersihkan rumah yang kecil tetapi sangat terasa nyaman dan hangat karena keharmonisan mereka bertiga. Tidak lama kemudian Ayah mereka keluar dari dalam kamar dengan menggunakan pakaian seragam kerjanya. Ayah Aleysa dan Catline bekerja sebagai satpam di sebuah komplek.
"Anak Ayah yang cantik-cantik lagi pada bersih-bersih ya?" tanya Ayahnya dengan senyuman yang sangat sumringah.
"Iya, Ayah. Sini, kita sarapan dulu Ayah, de," ajak Aleysa.
"Asik. Masakan Aleysa pasti enak banget nih."
"Pastinya dong, hehe."
Kini setelah Aleysa selesai masak, mereka bertiga pun langsung sarapan bersama di ruang makan yang sederhana. Suasana terasa begitu hangat. Karena bagi mereka bertiga, ketika mereka masih bisa berkumpul seperti ini, mereka sudah sangat bersyukur. Tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan kecuali bisa berkumpul bersama.
"Anak Ayah udah dewasa. Kalian udah harus bisa jaga diri kalian baik-baik ya walaupun nanti Ayah udah ga ada."
Tiba-tiba saja Ayah dari Aleysa dan Catline berbicara seperti itu. Aleysa dan Catline tidak suka mendengarnya.
"Ayah. Ayah ini bicara apa si. Kita bertiga kan akan selalu seperti ini, Yah. Ada aku, Catline, dan Ayah," jawab Aleysa sambil mengernyitkan dahinya.
"Iya, sayang. Do'ain aja supaya Ayah panjang umur."
"Pastinya, Ayah."
"Yaudah kalo gitu Ayah berangkat kerja dulu ya. Kalian berdua jaga diri baik-baik."
"Iya, Ayah. Ayah hati-hati ya."
"Iya, nak. Ayo Catline, kita berangkat sekolah sekarang."
"Iya, Ayah. Aku berangkat ke sekolah dulu ya kak."
"Iya, de. Belajar yang rajin ya."
"Pasti, kak. Bye kak."
"Bye."
Sekarang tepat pada pukul 6 pagi Ayah dan Catline pergi meninggalkan rumah. Sebelum Ayah berangkat kerja, kebiasaan Ayah adalah mengantar Catline untuk berangkat ke sekolah dulu. Sekarang ini Catline sedang duduk di kelas 3 sekolah menengah atas. Tinggal satu tahun lagi Catline bisa lulus sekolah. Setelah lulus sekolah, Catline berencana untuk langsung bekerja supaya bisa membantu kakak dan Ayahnya mencari rezeki. Selama Ayah dan Catline tidak berada di rumah, Aleysa melanjutkan membersihkan rumah sebentar. Seperti menyapu, mencuci pakaian dan yang lainnya. Setelah itu baru Aleysa pergi untuk bekerja di salah satu toko.
*******
Berbeda dengan kehidupan laki-laki yang tampan nan kaya raya yang satu ini. Dia memiliki nama panjang Hans Kendric. Atau biasa di panggil Hans. Semua kebutuhannya di urus oleh beberapa sistem rumah tangganya. Mulai dari mencuci pakaian, menyetrika, masak dan yang lainnya. Ketika Hans terbangun dari tidurnya, di meja makan sudah terdapat berbagai macam lauk pauk yang sangat enak tanpa harus susah payah untuk memasaknya lagi.
Hans tinggal bersama dengan Mamahnya, Neneknya dan juga satu orang adiknya yang sudah lebih dahulu menikah daripadanya. Hans juga sebenarnya sudah mempunyai pasangan kekasih yang sangat dia cintai. Yaitu sekertaris pribadinya sendiri di kantor. Pekerjaan Hans adalah sebagai CEO di kantor keluarganya sendiri. Perusahaan itu bernama perusahaan Could Crop.
"Hallo. Iya sayang. Aku pasti jemput kamu kok. Kamu tunggu di sana ya. Sebentar lagi aku jemput kamu. Bye."
Baru saja keluar dari dalam kamarnya, Hans sudah di sibukkan dengan kekasihnya itu. Kebiasaan Hans adalah memang menjemput kekasih hatinya ke Apartemennya untuk berangkat kerja bersama. Karena Hans memang sangat mencintai kekasih hatinya ini yang memiliki nama Emily. Semua anggota keluarganya pun sudah mengetahuinya.
"Hans. Kamu ini bagaiman si. Bukannya langsung duduk sini di ruang makan kita sarapan bersama. Kamu malah asik telepon sama cewek kamu itu," protes Mamahnya.
Hans hanya tersenyum dan kemudian berkata,
"Iya, Mah. Kayanya Hans sarapan di luar aja deh sama Emily, Mah, Nek. Soalnya Hans udah janji juga sama dia. Dan Hans pagi ini juga ada meeting penting. Jadinya sekalian aja ya Mah, Nek."
"Ya sudah kalo memang mau kamu seperti itu. Tapi kamu ingat ya. Kamu jangan sampai mengabaikan perusahaan keluarga kita karena kamu terlalu sibuk sama Emily. Karena cuma kamu cucu laki-laki Nenek di sini," jawab Neneknya.
"Iya, Nek. Aku janji. Yaudah kalo gitu Hans pamit dulu ya Mah, Nek."
"Iya. Kamu hati-hati, nak."
"Iya, Mah."
Hans pun berangkat ke kantor untuk bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarganya. Hans pergi dengan menggunakan mobil mewahnya. Kali ini Hans akan menjemput Emily kembali di Apartemennya untuk berangkat kerja bersama. Apartemen yang di tempatkan oleh Emily juga adalah pemberian dari Hans. Sebegitu cintanya memang Hans kepada Emily.
*******
Pagi-pagi seperti ini Emily sudah sangat rapih lengkap dengan pakaian kantornya. Emily hanya tinggal menunggu Hans datang untuk menjemputnya. Emily menunggunya di depan Apartemen sambil terus memegang kaca di tangan kanannya. Karena Emily tidak mau sampai terlihat jelek sedikitpun di mata Hans.
"Hans lama banget sih. Tadi katanya mau jalan ke sini. Aku ga boleh kelihatan jelek nih di mata Hans. Pokoknya aku harus terlihat cantik terus. Supaya Hans ga bosan sama aku dan berpaling ke wanita lain. Karena Hans selamanya akan tetap menjadi milik aku," ucap Emily.
Tidak lama kemudian Hans tiba di depan Apartemennya. Emily pun langsung memberikan senyuman sumringahnya kepada Hans. Hans turun dari dalam mobilnya.
"Hai sayang. Maaf ya lama. Soalnya di jalan macet banget."
"Oh iya ga apa-apa kok sayang. Jadinya kita sekarang mau sarapan dulu atau gimana?"
"Aku sih pinginnya sarapan dulu. Kamu belum sarapan juga kan?"
"Belum si."
"Yaudah kalo gitu kita cari tempat sarapan dulu ya."
"Iya sayang."
Hans menggandeng tangan Emily dengan sangat mesranya. Kemudian Hans membukakan pintu mobil untuk Emily. Hans memang selalu memperlakukan Emily layaknya ratu.
"Makasih sayang."
"Sama-sama sayang."
Kini Hans dan Emily pun pergi untuk mencari tempat sarapan terlebih dahulu. Baru setelah itu mereka berdua akan pergi ke kantor bersama. Karena memang sudah bukan suatu hal yang tabu lagi jika Hans dan Emily datang ke kantor bersamaan. Semua karyawan di sana sudah mengetahui hubungan antara Hans dan Emily.
Di sepanjang perjalanan Hans dan Emily saling berpegangan tangan dan tatap-tatapan. Layaknya sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Padahal sebenarnya setiap hari mereka berdua selalu bersama. Baik itu di dalam kantor maupun diluar kantor. Bahkan ketika hari libur pun mereka berdua tetap jalan bersama.
Kali ini Emily pun meletakkan kepalanya di pundak Hans. Wajah mereka sangat dekat kali ini. Hingga akhirnya Hans tidak fokus dengan menyertir mobilnya.
"Aaaa......"
-TBC-