icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
CEO & Sekretaris

CEO & Sekretaris

mara

5.0
Komentar
3.9K
Penayangan
11
Bab

Tasya melamar kerja di perusahaan Adityaswara kakinya melangkahkan masuk ke dalam perusahaan itu ia menanyai resepsionis apakah ada lowongan pekerjaan atau kah tidak? Semoga saja ada lowongan pekerjaan disini.

Bab 1 perjodohan

Tasya melamar kerja di perusahaan Adityaswara kakinya melangkahkan masuk ke dalam perusahaan itu ia menanyai resepsionis apakah ada lowongan pekerjaan atau kah tidak? Semoga saja ada lowongan pekerjaan disini.

"Maaf mbak saya mau nanya apakah ada lowongan pekerjaan disini." Tasya melihat resepsionis yang sedang dandan agar makeup nya tidak luntur mulu

"Centil banget sih." gumam Tasya yang melihat Mbak resepsionis yang masih menghiasi penampilan wajahnya dengan make up dengan satu tangan memegangi kaca.

"Sebentar yah." mbak itu memasukkan semua alat make-up nya ke dalam tasnya.

"Lama banget sih mba cantik kagak jelek iya, astaga kenapa gw jadi ghibahin dia sih nih mulut gak bisa dijaga Napa." Tasya menutup mulutnya dengan satu tangannya untuk menutupi mulutnya untung dia gak dengar kalo dengar bisa gawat dah.

"Masih ada lowongan pekerjaan mba langsung saja menemui pak Revan di ruangannya."

"Ruangannya dimana mba." tanya Tasya.

"Ayo ikuti saya." mbanya menunjukkan ruangan bossnya di lantai 20 gila aja perusahaannya Segede gini mana mewah lagi, mungkin bossnya orang kaya sampai lift terbuka kami pun berjalan menuju ruangannya mba resepsionis hanya mengantarkan Tasya sampai di depan ruangannya saja dia menyuruh Tasya untuk masuk ke dalam kemudian dia pun masuk bismillah semoga bisa diterima di perusahaan ini.

"Permisi Pak." Tasya melihat bossnya yang sudah duduk di kursi kebesarannya dengan wajah dingin dan datar.

"Cukup menarik juga." gumam Revan yang melihat penampilan Tasya dari bawah berbeda dengan karyawan lainnya yang memakai pakaian ketat sekali.

"Kamu yang ingin melamar kerja di sini kan?" tanya Pak Revan.

"Hehe. Iya, Pak. Saya berniat untuk melamar kerja di perusahaan ini, Pak." Tasya pun memberikan berkasnya Kepada bossnya.

"Nilainya cukup Bagus sepertinya kamu orangnya pintar juga."

"Gak juga, Pak"

"Kamu diterima di perusahaan ini sekarang kamu sudah boleh kerja disini."

"Tapi Pak bukannya setiap perusahaan itu nggak langsung kerja yah, mungkin traning dulu gitu Pak?"

"Tidak ada traning-traning mulai sekarang kamu bekerja jadi sekretaris pribadi saya ngerti." tegas Revan.

"Tapi Pak___?"

"Jangan membantah, oh iya kamu bisa tanda tangani ini." Pak Revan menunjukkan sebuah surat perjanjian mengenai kerja kontraknya.

"Ini untuk apa Pak." sembari mengangkat kedua alisnya

"Masih nggak liat juga, lihat ini sebuah kertas perjanjian dimana kamu harus menuruti perintah diperusahaan ini.”

“Nggak bisa begitu dong Pak.”

"Kamu mau tanda tangan atau tidak bekerja disini.”

"Ok saya setuju.” kemudian Tasya pun menandatangani sebuah perjanjian kerja kontraknya tanpa Melihat dulu isi perjanjiannya.

"Meja kerjamu ada diluar pintu ruangan saya dan bawa semua berkas ini.” perintah Revan

"Astagfirullah baru aja masuk kerja udah dikasih tugas segala bisa mati dah gua." batin Tasya melihat tumpukkan berkas di atas meja bossnya.

"Pak saya baru saja melamar kerja disini tapi...!!" Revan pun memotong ucapannya

"Ingat perjanjian yang sudah kamu tanda tangani."

"Memangnya perjanjiannya apa Pak.”

"Apa kamu gak baca dulu perjanjian ini sebelum tanda tangan."

"Emmm... Belum Pak."

"Bodoh sekali kamu ini."

"Kenapa bapak mengatakan itu kepada saya" Tasya tidak terima jika dihina seperti itu.

"Baca saja perjanjiannya." Revan memberikan surat perjanjian tadi untuk menyuruhnya membacanya.

Surat perjanjian

1. Pihak kedua harus menuruti perintah pihak satu.

2. Kontrak kerja selama 2 tahun jika berhenti bekerja pihak kedua harus membayar 100 milyar.

3. Pihak kedua harus mengikuti kemana pihak satu pergi.

4. Pihak pertama harus mencampuri urusan pihak kedua.

5. Pihak kedua tidka boleh mencampuri urusan pihak pertama.

"Apa-apaan ini, Pak? kenapa semua isi perjanjiannya mengenai urusan pribadi, kenapa gak ada mengenai pekerjaan apapun disini." bantah Tasya

"Nggak usah bantah."

"Nggak bisa begitu dong Pak lebih baik saya tidak jadi bekerja disini."

"Yasudah kamu boleh berhenti bekerja disini tapi kamu harus bayar 100 milyar atau kamu saya masukkan ke penjara karena melanggar aturan perjanjian ini."

"Pak nggak bisa gitu dong kenapa malah bawa-bawa polisi sih ini tuh mengenai pekerjaan bukan menyangkut korupsi yah." lawan Tasya dia tidak mau diinjak-injak oleh bossnya.

"Seterah saya tidak perduli lebih baik kamu keluar." usir Revan.

"Tapi urusan kita belum selesai Pak.”

"Bawa berkas ini dan kerjakan dimeja kamu." Tasya pun pasrah dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, lebih baik dia bawa berkas itu dan kerjakan di meja kerjanya kemudian dia pun meninggalkan ruangan bossnya.

"Boss gila." sampai di meja kerja gw melampiaskan semua kekesalan gw tadi di ruangan.

Jam makan siang pun tiba akhirnya bisa istirahat juga kalo tidak bisa mati dah ngurusin tugas ini gak selesai-selesai dari tadi, untung saja bawa bekal coba saja kalo tidak dia harus makan pake apa duit aja gak ada mana harus bayar kost-kostan lagi ribet dah kalo hidup sendiri jauh dari orang tua yang sabar yah mah ini juga aku kerja demi membiayai kehidupan mamah disana Tasya pun berjalan menuju kantin untuk hanya membeli minum saja dan duduk dikursi kosong.

"Oh ini toh yang sekretaris baru." tiba saja datang seorang perempuan berpenampilan seperti bitch berpakaian sexy.

"Nih orang mau kerja apa mau ngeja***y sih pakaiannya gini banget.” batin Tasya yang melirik cara berpakaian wanita yang menghampirinya.

"Ada apa yah." Tasya pura-pura gak tau aja Soalnya dia gak mau cari ribut disini.

"Eh anak baru lu ngapain makan disini." tanya perempuan songong itu yang sudah disampingnya.

"Memangnya kenapa yah ini kan tempat umum jadi siapapun boleh dong makan disini.” jawab Tasya yang heran kenapa sih dipertemukan orang seperti ini gak ada sopan-sopannya baru saja kerja udah banyak musuhnya.

"Songong banget yah lu disini oh iya lu bawa bekal udah kaya anak SD aja hahaha." mereka menertawakan Tasya yang membawa bekal seperti anak SD.

"Memangnya ada larangan yah jika disini tidak diperbolehkan bawa bekal." sindir tasya yang membuat geram dengan tiga perempuan ini.

"Songong banget lu yah enaknya diapain nih cewek." tanya teman satunya.

"Mungkin buly aja kali yah." ledek teman satunya lagi.

"Orang kaya gini harus kasih pelajaran." salah satu diantara mereka bertiga menjatuhkan Bekal milik Tasya ke lantai membuat bekal itu pun jatuh dan berantakan.

"Uppss sorry." dia pun pura-pura menutup mulutnya dengan satu tangannya lagi.

"Huftttt kalian bisa gak sih hargain orang sedikit aja, emangnya gw salah apa sama kalian sampe-sampe makanan gw dibuang hah !!" Tasya sudah tidak tahan dengan mereka bertiga yang tiba-tiba saja menjatuhkan makanannya

"Kenalin gw Dinda pacar dari boss lu gw ingatin sekali lagi jangan kecentilan sama pacar gw.”

"Kecentilan apa sih gw gak tau apa-apa dari tadi dekatin boss lu aja kagak." lawan Tasya yang tidka mau diinjak-injak olehnya dia boleh melakukan apapun semaunya tapi jangan sampai dia menjatuhkan dirinya ditempat umum.

"Karena lu udah berani dekat-dekat dengan pak Revan." semua orang menatap ke arah mereka berempat yang menjadi pusat perhatiannya.

"Kapan gw dekatin hah? sekali lagi gw bilangin gw sama pak Revan hanya sebatas sekretaris dan boss saja yah.”

"Gw gak percaya siapa tau aja lu mau dekatin pak Revan terus ambil hartanya sampai habis.”

"Astaga kenapa pikiran lu sampai situ sih walaupun gw orang miskin sama sekalipun gw gak ada niatan mau mengurasi harta pak Revan.”

"Cabut gaess jangan sampai pak Revan tau.” tiba saja Revan datang sebelum itu Dinda dan gengnya pun berlaku pergi meninggalkan Tasya sendirian.

"Ada apa ini." tanya Revan yang baru saja melihat kotak bekal Tasya sudah berantakan dilantai.

"Ehhmm... Gak ada apa-apa pak tadi cuma kotak bekal saya jatuh saja." pekik Tasya agar bossnya tidak memarahi Dinda dan gengnya itu.

"Dasar ceroboh.” Revan jadi kasihan melihat Tasya yang membersihkan semua makanan yang jatuh dilantai tadi sedangkan Tasya tidak menanggapinya perkataan bossnya tadi dia masih terus fokus membereskannya.

"Sini saya bantu." Revan menundukkan tubuhnya untuk membantu Tasya membersihkannya.

"Gak usah Pak saya bisa sendiri kok" Tasya mencoba mencegah agar bossnya tetao tidak membantunya.

"Jangan membantah." Revan tetap membantu Tasya walupun dirinya ditolak olehnya selesai membersihkannya, Tasya membuang semua bekal yang belum sempat ia makan tadi ke tong sampah belum saja dia memakannya tapi bekalnya malah dijatuhkan oleh Dinda teman musuhnya.

"Terima kasih pak saya permisi dulu." belum sempat Tasya pamit bossnya memegang tangannya membuat jantung jadi deg-degan.

Deg-deg

"Kenapa saya jadi deg-degan yah." batin Revan.

"Maaf pak tangannya.” Tasya menyadarkan Revan untuk melepaskan tangannya yang sudah dipegang olehnya lalu Revan pun melepaskannya.

"Temeni saya makan." ucap Revan yang sudah duduk di bangku kantin.

"Tapi pak saya masih ada pekerjaan lainnya." tolak Tasya.

"Kamu gak ingat perjanjian kita." Revan mencoba mengingatkan tasya untuk menuruti perintahnya kemudian dia pun pasrah duduk di depannya.

"Pak Rudy." panggil Revan kepada penjaga kantin.

"Iya pak." pak Rudy pun menghampirinya.

"Kamu mau pesan apa." tanya Revan kepada Tasya yang sudah duduk didepannya.

"Tidak usah pak bapak saja yang pesan " jawan Tasya karena dia tau kalo isi dompetnya tidak mencukupi untuk membeli makanan dikantin ini.

"Tenang saja saya yang bayar." kata Revan.

"Tiddd...kk____???” Belum sempat tasya bicara kepadanya Revan sudah memesannya.

"Saya pesan nasi goreng 2 dan jus jeruk 2."

"Siap pak ditunggu yah pak." lalu Revan mengangguk oak Rudy pun segera pergi dari sini untuk membuat pesanan yang tadi Revan pesan, Malam pun tiba tapi Tasya masih tetap bekerja lembur banyak sekali pekerjaan yang belum diselesaikan olehnya dan akhirnya sekarang selesai juga tugasnya.

"huftt Akhirnya selesai juga." Tasya menghela panjang nafasnya dengan senang karena tugasnya pun sudah selesai.

"Eh anak baru." panggil Dinda yang menghampiri Tasya baru saja tugasnya selesai kenapa ada masalah baru lagi sih.

"Ada apa?"

"Gw udah bilangin sama lu jangan dekat-dekat dengan pacar gw ngerti gak sih lu." Dinda menatap tajam ke arah Tasya.

"Maaf yah gw gak ada niatan mau ngerebut Pak Revan dari dulu, kalo memang lu suka sama dia yaudah ambil aja." dia juga tidak perduli kau bossnya pacaran sama siapapun yang penting hidupnya tenang.

"Kalo gak ada niatan kenapa lu ngedeketin dia hah?" Dinda menarik rambut Tasya dengan kencang membuat dia kesakitan

"Awhh sakit Din." Rintihan Tasya yang dijambak olehnya.

"Gw peringatin sekali lagi kalo lu masih dekatin dia gw gak segan-segan bunuh lu." Dinda Terus-menerys menjambak rambut Tasya dengan lebih kuat lagi, tiba saja pintu ruangan Revan terbuka Dinda pun mengacak rambutnya berpura-pura kalo dia dijambak oleh Tasya padahal sebenarnya dialah yang menjambak ya lebih dulu.

"Ada apa ini." Revan melihat rambut Dinda acak-acakan yang sudah berantakan yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Hiks hiks dia Pak sudah menjambak rambut saya." Dinda berpura-pura ekting didepan bossnya bahwa dirinya dibuly oleh Tasya.

"Enggak itu gak benar Pak, padahal dia yang sudah menjambak rambut saya." bela Tasya tapi tetap saja Revan tidak mempercayainya dia lebih memilih Dinda yang sudah lama bekerja disini.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh mara

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku