Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
4.8K
Penayangan
16
Bab

Alice Handerson adalah seorang sekretaris yang efisien dan tegas, bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota. Meskipun ia dikenal dengan kinerja dan dedikasinya, Alice menghadapi tantangan besar setiap hari: bosnya yang provokatif dan cenderung berperilaku tidak pantas secara seksual. Dia tidak pernah kehilangan kesempatan untuk memadukan urusan profesional dengan pribadi dengan cara yang Alice anggap benar-benar tidak dapat diterima. Di tengah pertukaran tatapan intens dan dialog yang penuh makna ganda, tensi yang terasa nyata tumbuh di antara mereka. Ketika bosnya membuat proposal yang skandal di tempat kerja, Alice mendapati dirinya dihadapkan pada dilema antara menjaga sikap profesional dan merespons dorongan hatinya. Dengan campuran rasa jijik dan tarikan yang tak terjelaskan, Alice dan bosnya mulai mengarungi hubungan yang penuh gejolak, mengeksplorasi batas-batas antara cinta dan kekuasaan. "Antara Cinta dan Benci" adalah sebuah kisah romansa kontemporer yang menantang klise, sekaligus menawan hati dengan narasi yang berani dan mengharukan.

Bab 1 CM- 1 (Kantor Panas)

"Cepat cari kerja dan jangan malas-malasan di rumah, Alice. Kamu baru

saja dipecat karena menendang anak bosmu dan sekarang kamu enakenakan nonton dan makan seenaknya!" Seorang wanita paruh baya

mengomel dengan membawa kemoceng di tangannya.

"Nanti dulu, Ma. Aku masih ingin istirahat. Lagian anak bos songong

banget, bagaimana aku tidak emosi jika dia memegang pantatku.

Bayangkan, pantatku dipegang dan dia tidak mau minta maaf, sungguh

kurang ajar sekali!" Gadis yang bernama Alice itu bercerita dengan penuh

emosi.

"Berhenti mengeluh dan mencari pekerjaan! Aku tidak mau terus menerus

memberimu uang aku ini sudah tua tolong mengerti!" Wanita paruh baya

tadi terlihat kesal saat mengatakan itu.

Alice Handerson berwajah cantik, berkulit mulus berambut panjang. Sudah

banyak lelaki yang jatuh hati pada Alice. Namun, semua berujung

penolakan saat tahu ke mana arah pandang mereka. Dada Alice, dada Alice

memang tergolong idaman para pria tidak kecil dan tidak besar layaknya

artis yang menggunakan alat bantu pembesar payudara.

Alice sangat tidak menyukai lelaki yang seperti itu. Dia menyukai lelaki

yang mencintainya apa adanya bukan ada apanya. Pasti wanita mana pun

juga menginginkan yang seperti itu.

"Baiklah, Mama. Aku akan mencari pekerjaan sekarang." Alice akhirnya

mengalah dan meninggalkan tempat terenak miliknya.

"Ayahmu bilang Royal Garden membuka lowong pekerjaan, datang saja ke

sana siapa tahu kamu diterima. Royal Garden termasuk perusahaan besar

yang sudah bertaraf internasional gaji di sana juga besar kalau diterima di

sana kamu pasti juga bisa masuk di perusahaan ayahmu." Orang itu berujar

dengan santai dan membersihkan debu-debu yang ada di sana.

Alice melirik ibunya dengan kesal. Alice bukanlah anak orang yang tidak

berkecukupan bisa dibilang dia hidup serba berkecukupan. Namun,

keluarganya tidak mau memberi uang setelah Alice selesai lulus kuliah,

diharuskan untuk mencari kerja sendiri dan mencari uang sendiri.

Ayah Alice Patter Henderson pembisnis ulung yang sudah puluhan tahun

berkecimpung di dunia bisnis. Namanya bukan hanya isapan jempol

semata, nama Patter sudah melambung tinggi selama beberapa dekade ini.

Patter memang seorang pembisnis. Namun, dia menolak dengan tegas awak

media mengetahui mengenai tentang masalah pribadi entah itu istri, rumah,

anak, keluarga, dan segalanya dia menolak membuka suara tentang itu.

Sedangkan ibu Alice adalah Resti Adiwangsa ibu rumah tangga yang tegas

dan pemilih dalam segala hal. Sikapnya yang seperti itu tidak jarang

membuat Alice dan ibunya bertengkar karena berbeda pendapat.

Alice berganti pakaian dan siap-siap untuk mencari pekerjaan ke tempat di

mana yang dibicarakan oleh ibunya tadi. Dia hanya mampu berharap bahwa

mereka akan berbaik hati memberikan dirinya pekerjaan dan bisa bekerja

dengan giat untuk menumpuk pundi-pundi uang yang akan memenuhi kartu

kreditnya.

"Aku berangkat dulu, Mama. Jangan lupa bersihkan rumahnya dengan

benar." Alice berucap dengan santai dan berlalu pergi.

"Dasar anak durhaka! Bukannya membantu ibunya membersihkan malah

menyuruh orang tua untuk membersihkan rumah dengan bersih!" Suara

teriakan dari Resti membuat Alice menyunggingkan senyum saat

mendengar itu.

Berjalan menjauh untuk mencari kendaraan umum yang seharusnya masih

ada di jam sembilan ini. Alice hari ini hanya perlu menyerahkan surat

lamaran kerja dan menunggu interview lalu pengumuman diterima atau

tidak.

Setelah menyerahkan surat lamaran akhirnya Alice bisa berdiam sejenak

sebelum gilirannya untuk melakukan interview.

Alice memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar untuk berbenah diri.

"Perusahaan besar memang beda yang perusahaan biasa." Alice memoles

pelembab bibir.

Gerakan Alice terhenti saat mendengar bisik-bisik dari kamar mandi yang

tengah tertutup.

"Pelan-pelan, ughh, sakitt," bisikan dari dalam kamar mandi membuat

Alice membeku.

Alice mendekati pintu yang tertutup itu dengan pelan.

"Aku sudah pelan. Salahkan dirimu yang terlalu membuatku lupa diri,"

sahut suara seorang laki-laki.

Alice menutup mulutnya tidak percaya. Dia meninggalkan tempat kejadian

dengan pelan-pelan agar tidak ada yang menyadari keberadaannya.

"Apa yang baru saja aku dengar? Ini kantor bukan tempat berbuat mesum

seperti itu. Menjijikkan, andai aku punya keberanian aku akan melempari

mereka dengan tai kuda!" umpat Alice saat dia sudah menjauh dari toilet.

Benar-benar kantor yang panas, sehingga membuat Alice ingin segera

melempari sebuah kotoran kepada orang yang berbuat mesum seperti itu.

Meski Alice tidak melihat secara langsung dia juga bukan anak polos yang

tidak tahu apa sedang terjadi di dalam kamar mandi tadi.

"Aku heran. Bagaimana bisa perusahaan bobrok seperti ini mendapat gelar

bagus. Pegawainya saja sudah mencoreng nama baik perusahaan!"

Alice kembali ke tempat semula dengan wajah kesal yang terlihat begitu

kentara. Interview kali ini untuk bagian pemasaran dan sekretaris, itu

sebabnya begitu banyak yang hadir.

Alice memperhatikan banyaknya wanita modis yang datang untuk melamar

pekerjaan kali ini. Lelaki juga tidak kalah banyak, memang pekerjaan di

Royal Garden gaji tidak bisa dibilang rendah justru bisa dibilang sangat

tinggi untuk karyawan biasa.

Memang bisa dibilang keahlian Alice sudah cukup memadai untuk bisa

masuk ke perusahaan ini. Namun, jika secara baju maka Alice kalah total

jika dibandingkan dengan wanita yang lain. Menggunakan pakaian yang

serba tertutup. Jas perempuan menyembunyikan lekukan tubuh, rok di

bawah lutut, rambut yang diikat dengan rapi, benar-benar kalah dengan para

wanita yang berpakaian terbuka dan memperlihatkan lekuk tubuh dengan

jelas.

Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya Alice mendapat giliran.

Dengan penuh percaya diri Alice melewati banyaknya peserta kali ini.

Di lain tempat seorang lelaki sedang merapikan baju miliknya dan duduk di

kursi dengan penuh wibawa. Dengan wajah datar dia menekan angka di

telepon dan terhubung dengan seseorang yang dihubungi.

"Bagaimana dengan interview hari ini?"

"Semua berjalan dengan lancar, Tuan Garham. Kami sudah menemukan

siapa yang pantas untuk menjadi sekretaris Anda."

"Bagus, hubungi besok. Suruh datang ke sini ada hal yang ingin aku

tanyakan kepadanya."

"Baik!"

Sambungan itu terputus sedangkan lelaki itu segera berdiri di tengah

ruangan. Memperhatikan sekitar.

"Sekretaris baru, ya. Ah, aku nanti harus membuatnya berada di bawahku

sampai aku bosan. Tidak, dia pasti wanita yang agresif dan akan segera

menerkamku saat aku menawarkan kasur. Benar, kasur. Aku harus

menyuruh beberapa orang untuk mengganti kasur di ruangan pribadiku."

Lelaki itu bermonolog kepada dirinya sendiri.

Alex Garham, pimpinan dari perusahaan Royal Garden. Reputasinya

sebagai lelaki yang suka berganti wanita sudah bukan rahasia lagi di

kalangan pekerja Royal Garden.

Seluruh wanita akan melemparkan diri dengan suka rela saat dia meminta

untuk berada di atas kasur sebagai penghangat kasur entah itu sekali atau

berkali-kali. Namun, sejauh ini dia hanya akan menggunakan sekali

selebihnya dia tidak akan menggunakan untuk kedua kalinya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku