Mysterious CEO

Mysterious CEO

BEBBIKITTEN

5.0
Komentar
260.6K
Penayangan
109
Bab

Dean Bernardus adalah putra tunggal dari wanita kaya raya. Sejak lahir hidup Dean sudah terjamin dan bahagia meski tanpa ayah yang tak pernah dikenalnya. Ketika ulang tahun Dean yang ketujuh, ibunya mengatakan bahwa dirinya akan menikah dan itu artinya Dean akan segera mendapatkan ayah baru. Dean sangat bahagia. Impiannya untuk bisa merasakan kasih sayang seorang ayah pun akan segera terwujud. Namun, siapa sangka jika kehadiran seorang ayah justru menjadi petaka bagi kebahagiaan Dean dan ibunya. Lelaki itu kejam, bahkan berani mengusir Dean dan ibunya dari rumah mereka sendiri. Uang, mobil bahkan perhiasan diambil oleh ayah tiri yang serakah itu. Tapi seakan takdir selalu berpihak padanya, Dean kini menjadi CEO dan pewaris tunggal berkat seorang wanita yang menolongnya saat malam dirinya diusir. Dean sangat cerdas dan tampan. Ketampanannya itu kini dimanfaatkan untuk mencuri hati seorang wanita. Wanita itu bernama Kensky Revina Oxley. Gadis berwajah cantik yang ternyata adalah anak kandung dari pria yang pernah mengusir Dean. Akankah Dean bisa mencintai Kensky setelah tahu bahwa dia adalah putri dari pria yang pernah membuat hidupnya sengsara? Atau Dean hanya memanfaatkan Kensky untuk membalaskan dendamnya? "Jadilah kekasihku, Kensky." "Aku tidak bisa, Dean. Aku sudah dijodohkan." "Aku tak peduli. Pokoknya kamu harus tetap menjadi kekasihku."

Bab 1 Pertemuan Pertama.

Dalam perjalanan ke kantor sosok Dean sedang mengarahkan pandangannya ke arah jendela mobil. Bias kaca yang gelap membuat pria berambut cokelat dan pemilik mata abu-abu yang indah itu merangsang pikirannya tentang masalalunya yang suram.

"Jangan pikir kamu bisa lolos, Eduardus Oxley. Sampai kapanpun aku akan membalas semua perbuatanmu. Karena kau telah membuat dua wanita yang paling aku cintai meninggal, aku berjanji ... aku akan___"

Drttt... Drttt...

Getaran ponsel membuat Dean menghentikan pikirannya. Ia mengambil benda pipih itu dari saku jas hitamnya yang mahal lalu menatap layar. Mata abu-abunya yang tadi begitu tajam kini berubah cerah ketika melihat nama si penelepon.

"Halo, Mami?"

"Dean," sapa wanita dari balik telepon, "Apakah kamu sudah bertemu gadis itu? Bagaimana keadaannya, Dean? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia kurus, gemuk atau ___"

"Mami," sergah Dean, membuat wanita itu menghentikan ucapannya. Ia tersenyum dan berkata lagi, "Aku belum bertemu gadis itu, Mam. Mungkin hari ini aku akan bertemu dengannya."

"Oh, Dean, aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku benar-benar merindukannya, Dean."

Dean terkekeh. "Sabar ya, Mam, pasti ada saatnya Mami akan bertemu dengannya. Mami masih ingat kan apa yang dikatakan ibunya?"

"Iya, aku masih ingat, bahkan sangat ingat. Dan itu sebabnya aku rela menahan rindu sampai saatnya tiba. Tapi kali ini aku ...." Wanita di balik telepon itu menghentikan suaranya.

"Tapi apa, Mam?"

"Tapi kamu harus berjanji dulu."

"Janji apa, Mam?" tanya Dean.

"Kamu harus berjanji padaku, ketika dia sudah bertemu denganmu nanti janganlah kau menyiksanya. Jangan kejam-kejam kepadanya, Dean."

Dean lagi-lagi tertawa. "Aku janji, Mami. Lagi pula aku tidak mungkin bisa bersikap kejam padanya. Jika aku berani melakukan hal itu roh ibunya pasti akan datang dan menggangguku setiap malam."

Wanita di balik telepon itu tertawa. "Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu, Dean. Kau juga harus menjaga gadis itu jika kau sudah bertemu dengannya."

"Tanpa Mami memberitahu aku pasti akan menjaganya. Mami tenang saja."

"Kamu benar-benar anak andalan kami. Ya, sudah, sampai jumpa lagi."

Tut! Tut!

Di sisi lain.

Kensky berjalan santai di atas trotoar. Keindahan kota New York di pagi hari membuat wanita pemilik rambut panjang yang warnanya cokelat kehijauan ini tampak bahagia. Karena tidak memiliki kendaraan, Kensky lebih senang berjalan kaki di pagi hari untuk menghirup udara bersih yang belum terkontaminasi polusi.

Drtt... Drtt...

Suara telepon bergetar membuat Kensky segera meraih benda itu dari dalam tasnya. Sambil terus berjalan tanpa melihat genangan air yang berada tak jauh di hadapannya, Kensky kini menyambungkan panggilan itu. "Halo, Tan?"

"Kamu di mana, Kensky? Kamu akan datang ke apartemenku pagi ini, kan?"

Kensky menepuk dahinya. "Astaga, aku lupa. Maafkan aku Tanisa, saking sibuknya aku lupa memberitahukannya kepadamu."

"Soal apa, Kensky?"

"Soal lamaran kerja yang aku ajukan tempo hari di perusahan yang kau referensikan."

"Aku ingat, terus?"

"Aku sudah diterima dan pagi ini aku akan menghadiri wawancara di kantor itu."

"Benarkah? Aku ikut senang, Sky. Lalu, di mana kamu sekarang? Kenapa ada suara kendaraan yang lewat?"

"Aku sedang berjalan kaki menuju kantor itu. Jam sembilan nanti wawancaranya akan dimulai."

"Jam sembilan? Ini masih jam tujuh, Kensky." Terdengar tawa Tanisa dari balik telepon.

"Memang. Tapi aku sengaja pergi lebih awal, karena aku ingin mampir ke Bebbi Caffe dulu untuk sarapan. Mungkin setelah wawancara aku akan ke apartemenmu dan____"

Byur!

Cipratan air kotor itu kini membasahi tubuh, rambut, dan ponsel Kensky. Air yang berwarna cokelat itu bahkan berhasil masuk ke mulut Kensky saat sedang terbuka.

Kensky segera memuntahkan air itu. "Sialan!" Ia berteriak dengan suara keras. Dilihanya sebuah mobil hitam baru saja melewatinya. Kensky ingin berkomentar, tapi pikirannya kini tertuju kepada sahabatnya. Dengan cepat Kensky menempelkan kembali ponselnya ke telinga dan tak memperdulikan mobil itu.

"Halo, Tan? Halo?" Kensky menatap layar ponsel yang sekarang berwarna hitam. Dalam hati ia berkata, "Kenapa tidak ada suara, ya?" Kensky menekan tombol kunci untuk menyalakan layar, tapi tidak bisa. Ia menekan lama dan ternyata ponselnya mati total.

Kensky kembali mengingat daya batrei yang dilihatnya terakhir kali. "Perasaan dayanya penuh." Saking penasarannya Kensky kembali menekan tombol samping untuk menyalakannya, tapi hasilnya sama. Mati. "Sial!" dia berteriak keras, "Jangan bilang kalau ponselku rusak, Tuhan. Aku tidak punya uang untuk membelinya."

Mata Kensky kini menatap pada dirinya sendiri. Rok hitam ketat dan licin yang panjangnya sampai paha itu sudah basah. Kemeja putih berlengan panjang itu pun telah berubah warna menjadi cokelat. Bahkan ia sendiri bisa merasakan jika pakaian dalamnya juga ikut basah.

Kensky ingin menangis. "Ya, ampun, bagaimana ini? Sebentar lagi kan aku ada wawancara," dengan kesal Kensky pun berteriak, "Dasar mobil sialan!"

Tanpa disadari Kensky ternyata mobil itu sudah lama berhenti di dekatnya. Sosok dari balik kemudi pun keluar dan membuka pintu di bagian belakang.

Kensky terdiam. Tatapannya terfokus pada lelaki bertubuh jangkung dan kekar. Lelaki itu turun dari mobil, rambutnya yang cokelat dan tampilannya yang berantakan terlihat memukau saat terkena sinar matahari pagi.

"Ya, Tuhan," teriak Kensky dalam hati. Lututnya nyaris lemas saat lelaki itu berbalik, "Dia sangat tampan," puji Kensky saat melihat rahangnya yang tegas dan kokoh itu memiliki janggut.

Mata abu-abu lelaki itu menatap tajam. Dengan langkah gontai ia mendekati Kensky lalu berkata, "Apa katamu tadi?" tanyanya pelan.

Suara lelaki itu berat dan rasanya Kensky ingin pingsan saja, karena tak tahan melihat ketampanan lelaki itu. Namun, perlakuan yang baru saja diterimanya membuat sikap garang Kensky pun seakan tergugah. Tatapannya yang tadi terkagum-kagum, kini berubah garang. "Kataku sialan, kenapa? Supirmu itu telah membuatku basah. Bukan hanya itu juga, tapi ponselku rusak akibat percikan air kotor itu."

"Supirku?" Lelaki itu menoleh ke belakang untuk melihat pria berjas hitam yang kini berdiri di belakangnya, "Apa kau yang telah membasahinya?"

Si supir itu menundukan kepalanya untuk meminta maaf, tapi lelaki yang merupakan pemilik mobil itu menghentikannya dan berbalik menghadapi Kensky lagi. "Dia tidak melihat air itu, Nona! Sama seperti Anda tadi waktu berjalan tanpa menggunakan mata Anda," bentaknya.

Mata Kensky melotot sambil berkacak pinggang. "Ingat ya, Pak. Di mana pun Anda berjalan, Anda harus menggunakan kaki Anda, bukan mata Anda! Lihat," Kensky menunjukan tubuhnya, "pakaianku kotor dan sebentar lagi aku ada wawancara "

Supir itu spontan melangkah maju untuk meminta maaf, tapi lagi-lagi si pemilik mobil menghentikannya, "Apa yang Anda inginkan sekarang, Nona?" tanyanya kepada Kensky.

"Minta maaf dan ganti rugi! Aku hanya ingin kalian mengganti handphone-ku saja," Kensky menunjukkan ponselnya kepada mereka, "Lihat, benda ini sudah tidak bisa hidup lagi," katanya sambil menekan tombol untuk menghidupkan layar yang tidak lagi berfungsi."

"Kau pikir kamu siapa?"

Spontan ia menyebutkan nama, "Kensky, namaku Kensky Revina."

Mata lelaki itu melebar. "Kensky Revina? Kenapa namamu bisa sama dengan calon istriku, ya? Atau mungkin kau adalah calon istriku?" katanya sambil menyeringai.

Kensky tidak terpengaruh. Dia hanya terkekeh dan kembali menatap lelaki itu. "Nama boleh sama, tapi orangnya belum tentu sama, Pak."

"Entahlah, lagi pula aku sendiri belum pernah bertemu dengannya. Tapi dari ciri-ciri kalian berdua sangat mirip," balasnya.

Kensky semakin kesal. Ia tidak suka disamakan dengan orang lain. "Siapapun Anda, aku tidak mengenal Anda. Dan asal Anda tahu, nama saya adalah Kensky Revina Oxley. Mungkin nama depanku bisa sama dengan nama calon istri Anda, tapi nama belakangku tidak mungkin, kecuali kami terlahir dari ayah yang sama."

Lelaki itu terkejut. "Tapi nama kalian berdua sama, nama lengkapnya juga Kensky Revina Oxley."

Kensky balas terkejut. "Itu tidak mungkin!"

"Itu mungkin, Nona. Apa benar nama ayahmu adalah Eduardus Oxley?"

Kensky terdiam lagi. Mulutnya sampai terbuka lebar karena terkejut. "Bagaimana kau tahu nama ayahku?"

Lelaki itu menyeringai. "Kalau begitu tebakanku benar, kan?" Dengan cepat ia mengulurkan tangan, "Perkenalkan, namaku Dean Bernardus Stewart. Aku calon suamimu, Nona Kensky Revina Oxley."

Kensky menggeleng kepala. "Itu tidak mungkin, aku tidak mengenalmu."

Dean semakin mendekati Kensky lalu berbisik, "Ayahmu sudah menjodohkan kita sejak kecil," Dean mundur beberapa langkah untuk menjauhi Kensky. Dengan tatapan menyelidik ia berkata, "Aku tidak menyangka kalau ternyata calon istriku begitu cantik dan ...," Dean kembali mendekati Kensky dan berbisik, "sangat menggairahkan."

Bola mata Kensky yang berwarna gold itu melotot. "Apa katamu?!" Dia meraih sepatu flatnya dan memukuli tubuh Dean, "Dasar laki-laki mesum. Aku bukan calon istrimu! Aku tidak mengenalmu dan ayahku tidak pernah menjualku kepada lelaki sepertimu."

Teriakan Kensky mengundang orang untuk menatap mereka. Dean yang memanfaatkan kesempatan itu dengan sigap menyambar sepatu Kensky hingga gadis itu semakin kesal.

"Kembalikan sepatuku!"

"Kau cukup berisik juga, ya?" Dean menarik sepatu itu dari Kensky dan melemparkannya ke tengah jalan, "Ambil sana jika kamu mau."

Dengan kesal Kensky berlari ke tengah jalan untuk mengambil sepatunya. Dan ketika dia berhasil mengambil sepatunya, dia berbalik lalu melihat mobil Dean sudah hilang. "Dasar orang gila! Beraninya dia mengaku-ngaku sebagai calon suamiku!"

Bersambung___

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh BEBBIKITTEN

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku