Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MY HUSBAND'S A HANDSOME CEO

MY HUSBAND'S A HANDSOME CEO

Dylan

5.0
Komentar
6.3K
Penayangan
48
Bab

Memiliki pasangan yang tampan serta mapan membuat kita beruntung sekaligus harus ekstra menjaga, karena banyak perempuan di luar sana ingin merasakan di posisi kita dengan berbagai cara.

Bab 1 Chapter 1

"Siapa perempuan itu dad dan apa yang kamu lakukan sama perempuan itu dad?"

"Di saat aku sedang hamil anak mu dan kamu malah bermain gila bersama wanita lain"

Ana yang berniat keluar rumah untuk membeli keperluan rumah yang sudah mulai habis.

Jadi Ana memutuskan untuk pergi ke sebuah mall terbesar di kota ini karena selain membeli kebutuhan dapur Ana juga ingin membeli keperluan pribadi yang sudah menipis.

Namun apa yang Ana dapat.

Ana melihat suami-nya lagi berduaan sama wanita lain dan mereka tampak mesra sekali.

Dada Ana rasanya sangat sesak sekali.

Apakah ini alasan kamu lambat pulang ke rumah beberapa hari terakhir ini.

Kamu ada main sama wanita lain dan mengabaikan aku yang lagi mengandung darah daging mu, batin Ana bertanya-tanya.

Kita menikah bukan atas dasar perjodohan tapi kenapa kamu main gila sama aku dad..

Apa salahku? Apa dosa ku? Tolong katakan jangan sakiti aku sedalam ini.

Karena sudah tidak tahan lagi Ana memutuskan untuk pergi dari sana.

Melihat mereka berdua bermesraan seperti itu membuat tulang persendian Ana lemas dan rasanya jika Ana tidak menguatkan diri mungkin Ana akan pingsan di tempat.

"Baiklah," Ana melangkah dengan gontai sambil sesekali melihat ke arah mereka hingga hilang dari pandangan karena Ana yang semakin jauh melangkah.

Ana tidak sekuat itu untuk melihat suaminya sama wanita lain.

Ana pergi dengan membawa sesak di dada sambil mengelus tangan di perut.

"Sabar nak ada mommy yang akan selalu ada buat kamu," Ana mengusap perut nya yang sudah menonjol.

Ana tidak mau terlalu memikirkan apa yang barusan dia lihat dan berakhir stress.

Ana tidak mau karena banyak fikiran hingga mengganggu proses kehamilan nya dan sudah bisa di pastikan jika anaknya akan berpengaruh karena ibunya banyak fikiran.

Jadi lebih baik dia menjalani kehamilan ini dengan baik tanpa memikirkan apa yang baru saja dia lihat.

Jadi pulang dengan menggunakan supir pribadi karena Ana sudah tidak di izinkan untuk menyetir lagi sejak dia hamil.

Walau Ana tidak bekerja semua kebutuhan dia terpenuhi termasuk dengan mobil yang di belikan suami nya.

Devan tidak pernah mengekang Ana sebagai istri hanya saja tidak boleh bekerja dan harus selalu izin jika ingin pergi keluar serta jelas mau kemana.

"Sakit sekali ya Allah," Ana menatap ke luar jendela sambil membayangkan masa mereka masih saling sapa dan bercerita saat Devan pulang kerja.

Bahkan suaminya Devan tidak pernah pulang telat dan paling lambat itu habis magrib sudah sampai rumah.

Namun sekarang dia pulang menjelang tengah malam sampai kadang istrinya tidak tau kapan Devan pulang karena Ana ketiduran karena lelah menunggu.

"Makasih pak," Ana mengucap kan terima kasih setelah sang supir membantu Ana menurunkan barang belanjaan nya.

Hingga Ana tidak perlu repot-repot mengangkat barang belanjaan yang lumayan berat karena sudah di taruh di teras.

Jika untuk di bawa masuk ke dalam bisa Ana minta tolong pada asisten rumah tangga untuk bawa sedikit-sedikit ke dalam.

Ana menyuruh asisten rumah tangga menata bahan masakan ke dalam lemari es dan mencuci ikan serta daging aku cuci dulu hingga saat di gunakan tidak perlu mencuci lagi.

Semua di lakukan pada bahan masakan yang Ana beli tadi.

Agar saat di gunakan tidak perlu repot-repot mencuci lagi.

Memang seperti itu yang Ana minta.

Setelah bersih baru di masukkan ke dalam kotak bersih.

"Kenapa kamu tega dad tega?" Ana duduk di kursi meja makan setelah selesai sama urusan perut.

Sekarang jam sudah menunjukkan jam setengah tiga.

Masih ada waktu untuk istirahat lalu mandi shalat dan masak untuk makan malam.

Ana memutuskan untuk rebahan di depan tv di dalam kamar mereka agar lebih santai.

Ruangan yang tidak terlalu besar tapi nyaman untuk bersantai.

"Ah leganya," Ana berbaring di atas karpet bulu yang sengaja di gelar untuk di gunakan bersantai berdua bersama Devan.

Namun akhir-akhir ini Devan selalu pulang malam saat Ana sudah tidur dan sekarang aku tau alasannya kenapa dia selalu pulang malam.

Dia sudah memiliki wanita lain di luar sana.

Hingga tanpa perempuan sadari waktu sudah beranjak malam.

Ana sudah selesai membuat makan malam dan shalat magrib.

"Nunggu daddy di depan aja deh," Ana memilih duduk di sofa sambil memainkan ponsel sambil memainkan sosial media.

Akna membuka aplikasi biru sambil melihat postingan teman nya.

Teman Ana di sosmed tidak banyak hanya teman semasa sekolah dulu.

Ana sebenarnya sarjana hanya saja setelah menikah tidak bekerja lagi di tambah semua kebutuhan nya sudah terpenuhi oleh suaminya Devan.

"Kok daddy selalu pulang telat ya?" Ana melihat keluar belum ada tanda-tanda terdengar suara mobil suaminya sampai.

Ana masih setia menunggu.

Tepat jam sembilan malam dia mendengar suara mobil terdengar memasuki area rumah.

Ana segera berdiri, lalu mengintip terlebih dahulu dari dalam lewat jendela seperti pesan Devan jangan langsung membuka kan pintu siapa pun yang datang.

Demi ke amanan.

Saat dia lihat Devan yang keluar dari mobil baru Ana segera membuka pintu untuk menyambut kedatangannya.

"Kok pulang telat terus dad?" Ana mengulurkan tangan untuk menyalami Devan namun dia abai dan langsung ke dalam.

Mengabaikan dia yang masih mematung berdiri di teras.

Ana masuk ke dalam setelah menetralkan suasana hati yang tadi tak karuan.

Suaminya tidak mau lagi menyentuh dia bahkan untuk menyambut salam dari istrinya.

Apa karena wanita itu ya?.

Tapi Ana tak boleh ambil kesimpulan begitu cepat.

"Dad udah makan malam? Aku panaskan dulu ya makanannya," Ana menyusul Devan yang baru sampai di ruang keluarga.

Tapi langkah nya terhenti.

"Tidak perlu," Ana mematung di tempat.

Kenapa tidak makan? Apa sudah makan di luar sama ah Ana tidak mau memikirkan dia sekarang.

Pusing kepala ibu hamil jadinya.

"Ya udah aku siapkan air untuk mandi ya dad," walau Ana di perlakukan seperti ini.

Tapi Ana masih menjalani peran sebagai istri yang baik.

Sebisa mungkin dia menjalani semua kewajiban nya sebagai istri.

"Tidak perlu, kamu punya telinga tidak sih?" Suara Devan meninggi saat mengatakan penolakan itu.

Ana tergagap di tempat karena ini pertama kalinya Devan meninggikan suaranya di depan istrinya selama mereka menjalin hubungan.

Dada Ana berdebar kencang dan lidah nya rasanya kelu.

Mata An berkaca-kaca mendengar suara bentakan itu.

Devab tega memarahi istrinya! Padahal aku hanya menjalani tugas ku sebagai istri.

"Kenapa kamu berubah dad? Apa karena wanita itu?" Ucap Ana yang merasa tidak tahan lagi.

Ana harus meluruskan apa yang sudah aku lihat.

Ana tidak mau ada kesalahpahaman dalam hubungan kami.

Ana menatap Devan yang kini menatap Ana dengan tatapan lain.

Ana tergugu karena tatapan itu membuat Ana takut untuk menatap lama-lama.

Ada apa dengan suami suaminya ini?.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Dylan

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku