Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
I'm A Loser

I'm A Loser

ara_d

5.0
Komentar
Penayangan
1
Bab

Selama 2 tahun ini Liu Huan mengurung Xia He di mansionnya. ia menjadi sangat protektif dan posesif terhadap Xia He. Karena ia tidak ingin kehilangan Xia He selamanya. Xia He adalah seorang selebriti yang terlaris mendapatkan banyak tawaran kerja sama

Bab 1 Reinkarnasi Baru

"Berhenti disitu Liu Huan! Atau dia akan ku tembak!" Teriakan tegas dengan wajah pemarah itu membuat langkah Liu Huan berhenti.

Liu Huan tersenyum getir. Matanya menatap sayu seorang perempuan yang di cintainya kini sedang bersiap menunggu kapanpun ajal siap menjemput.

"Kau tau kesalahanmu?" Pria tegas itu menatap Liu Huan tajam.

Rambut yang sudah basah karena keringat, hanya mengejar mereka. Sekarang, Liu Huan mengulang peristiwa menyakitkan lagi.

"Ayahmu tidak mau bertanggung jawab atas kematian bayiku yang meninggal," ucapnya pedih. Bayinya di lahirkan dengan penanganan oleh pihak rumah sakit yang terlalu terlambat, sehingga saat persalinan tiba, jantung bayi itu melemah, kekurangan oksigen dan akhirnya meninggal dunia.

Liu Huan terkejut, ia tak pernah mengetahui hal ini sebelumnya karena ayahnya tidak memberitahu. Sengaja menyembunyikan hal ini.

"Kamu ... harus merasakan bagaimana kehilangan orang yang berarti di dunia ini," jari-jarinya menarik pelatuk revolver dan menembakkan pelurunya tepat di kepala target.

Nyaringnya tembakan itu membuat Liu Huan murka dan melawan pria tersebut. Ia melemparkan revolver sejauh mungkin.

"Bajingan! Istriku kau buat meninggal!" Liu Huan menggertakkan giginya, buku jarinya mengepal memberikan pukulan.

Perlawanan itu terjadi hingga mereka tanpa sadar berada di tengah jalan raya.

Dari arah Utara, truk panjang melintas dan membunyikan klakson.

Telinga Liu Huan mendengar tanda bahaya, pria yang melawannya sangat kuat.

Berinisiatif menepi di pinggir jalan, Liu Huan justru di tahan oleh pria itu untuk tetap duel saling melawan.

Detik, waktu yang begitu singkat, truk berusaha mengerem dan memelankan kecepatannya, dua pria di depan kesana-kemari membuat supir kebingungan dan ...

Tubuh Liu Huan terhantam bagian depan truk.

Liu Huan terhuyung dan terkapar di jalan.

Truk berhenti.

"Dasar orang-orang gila. Bukannya menghindari trukku tapi menantang maut."

Masih bernafas, badan Liu Huan terasa sakit. Ia terbatuk. Matanya mencari pria tadi.

"Belum mati juga kau, putra Addes," sapanya tertawa gembira.

Liu Huan bangkit, ia merasa lemah. Tidak ada luka parah, tapi dadanya sangat sakit karena mengenai hantaman depan truk.

"Susul istrimu ke alam sana," di dekatinya Liu Huan, tangannya yang membawa suatu benda menghunjamkannya ke Liu Huan.

"Arghhh!" Teriakan kesakitan, Liu Huan memegangi perutnya yang meneteskan cairan kental berwarna merah. Matanya melotot melihat benda tumpul yang menancap itu.

"Maafkan ayahku," ucapan Liu Huan terbata, nafasnya naik turun, sesak, perih, semakin lemah. Ia tidak berdaya. Kakinya bersimpuh, pasrah apapun kehendak Tuhan. Kesalahan ayahnya di tanggung olehnya sendiri, melibatkan istri tercinta dan nyawa.

Perlahan, pandangan Liu Huan gelap. Hembusan nafas terakhirnya hingga Liu Huan tidak sadar lagi, ia telah mati.

***

Mata yang terpejam itu perlahan terbuka. Netra abu-abu itu menyipit menyesuaikan cahaya yang silau.

'Jika aku tebak lagi, ini pasti reinkarnasi ku yang ke-21,' batin Liu Huan berbicara. Ia melihat sekeliling, sebuah ruangan kamar cat berwarna putih. Penataan barang yang sangat rapi. Dan aroma stroberi membuatnya rileks.

"Kamar siapa ini?" Tanya Liu Huan keheranan, ia beranjak dari ranjangnya. Melihat benda-benda yang terpajang. Di meja rias, ada beberapa makeup disana.

"Kamar wanita?"

Suara langkah kaki mendekat memasuki kamar.

"Kau sudah bangun?" Sapaan lembut dari suara perempuan di belakang Liu Huan.

Pria itu menoleh, ia menemukan perempuan berambut pirang coklat, kulit putih bersih, sexy, dan cantik. Liu Huan dibuat terpesona dan kagum bersamaan.

"Kau ... istriku?" Kaki Liu Huan mendekati perempuan itu, ini hanya insting hatinya saja. Setiap kali melewati kematian apapun, pasti dirinya terbangun dan bertemu perempuan asing.

"Iya, aku istrimu. Apa kau lupa? Kita baru saja melangsungkan pernikahan 4 bulan lalu," ucapnya kesal menggerutu. Ia meletakkan tas selempang di paku yang dekat jendela kamar.

Bibir Liu Huan menahan senyum. 'Aku tidak tau ini kesempatan terakhir atau bukan. Aku mau, hidupku bertahan lebih lama. Wanita secantik ini tidak boleh mati terlalu mudah,' hatinya merasa tidak rela. Terutama, ia belum memiliki seorang anak selama 21 kali ia reinkarnasi.

Liu Huan berdehem menyembunyikan kegugupannya. Ini beda, sexy, putih dan sangat cantik. Ia yakin perempuan itu orang kalangan berkelas, kaya, dan di segani semua orang.

Suara ponsel berdering, si pemilik segera mengangkatnya.

"Hm? Jadwal syuting film baru nanti malam?"

Liu Huan mendengarnya penasaran, ia yakin istrinya ini seorang artis atau pemain film.

"Film apa? Aku belum menghafal teks dialognya. Aku tidak bisa akting terlalu mendadak begini."

"Huh? Apa katamu? Aku jadi tokoh sampingan?" Suara Xia He meninggi, alisnya berkerut menandakan tidak setuju. Ia artis pendatang baru, tapi selalu mendapatkan peran utama yang dimana gajinya lebih tinggi dibandingkan peran sampingan.

"Tidak. Cari saja artis lain. Aku mau beristirahat sehari saja. Dan, penawaran syuting ini terlalu mendadak apalagi filmnya harus tayang besok. Aku juga butuh latihan akting yang sempurna," Xia He mengakhiri panggilan itu. Ia memijat kepalanya, pusing.

Sentuhan di pipi Xia He membuat perempuan itu terkejut. Suaminya tersenyum. Sangat aneh.

'Kenapa dia tiba-tiba bersikap romantis begini? Ada apa sama dia?' batin Xia He heran. Sebelumnya, suaminya itu cuek, arogan, dan mengabaikannya. Bahkan pernikahan 4 bulan yang masih baru ini seperti bukan pernikahan biasanya, namun kehidupan mandiri tanpa kepedulian.

"Beristirahatlah, istriku. Kau lelah setelah bekerja seharian. Jangan di paksa, pikirkan juga kesehatanmu," Liu Huan berbicara lembut, tangannya menyisir rambut Xia He yang tidak berantakan. Itu hanya tindakan keromantisan saja.

Xia He mengangguk. "Ya, terimakasih sudah peduli. Aku tau pedulimu pasti ada maksud dan tujuannya. Katakanlah," melangkah ke ranjang dan duduk.

'Apakah aku salah peduli? Memangnya dulu, suaminya tidak peduli?' Liu Huan berusaha mengerti ucapan Xia He.

Tersenyum tulus, Liu Huan ikut duduk di samping Xia He. "Aku peduli, aku ini suamimu. Dan namamu?"

Xia He kembali heran. Apa suaminya ini pura-pura lupa padanya? Atau sengaja?

"Xia He, panggil saja Xia. Kalau kau butuh uang, gunakan saja kartu bank ku. Kau bisa mengambil berapapun uang yang kau mau," Xia He berdiri, mengambil barang seperti dompet yang ada di dalam tas selempangnya.

Liu Huan menggeleng. "Sayang, bukan itu mauku. Simpan saja uangnya untuk keperluan mu. Aku mencoba peduli, aku ingin mencintaimu lebih dalam," ucapnya bersungguh-sungguh. Ia akan meyakinkan Xia He jika dirinya tidak sama dengan suami masa lalunya sebelum ia yang menggantikannya bersama reinkarnasi.

Xia He tertawa lucu. "Liu Huan, kau bercanda? Seriuslah, aku tidak suka lelucon. Jangan lupakan sifatku itu!" Kecamnya kesal, ia menunjuk Liu Huan.

Hati Liu Huan seketika tersakiti, untuk pertama kalinya ia di bentak oleh pasangannya sendiri. Dan orang itu adalah Xia He.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku