Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Another Maze
5.0
Komentar
172
Penayangan
25
Bab

Saat mesin waktu berhasil berfungsi, sebuah bola misterius tiba-tiba muncul dari dalam portal. Bola itu lalu diambil dan dipegang oleh Robert Hans, anehnya bola itu justru memancarkan cahaya. Tekanan cahayanya menghancurkan seluruh laboratorium, membuat Robert Hans jatuh pingsan. Zora satu-satunya ilmuan yang selamat kala itu langsung datang menyelamatkan Hans. Dengan perjuangan berat Zora menggendong Hans dan berusaha keluar dari laboratorium, namun tak ada jalan keluar, Zora terpaksa masuk ke dalam mesin waktu yang berfungsi tanpa ter-setting. Dalam dunia mesin waktu Zora bertemu seorang Dewi Penjaga Waktu. Dewi itu memberi petunjuk agar jika ingin kembali ke dunia asal harus mencari beberapa kepingan air mata Aldebran yang nantinya disatukan dan menjadi sebuah kunci. Setiap kepingan itu tersebar di seluruh dunia yang berbeda.

Bab 1 The Beginning

Walau dengan tubuh penuh luka bercucuran darah, Miranda tak pernah berhenti melepaskan tangannya, memeluk seorang anak berusia dua belas tahun yang tergeletak pingsan di pangkuannya, Robert Hans.

Puluhan pasukan cyborg bersenjata lengkap mulai mengepung dan menodongkan senjata rifle ke arah mereka berdua.

"Miranda! Mengapa kau malah melindungi anak itu? Anak itu telah membunuh suamimu!" teriak salah satu cyborg.

"Apa kalian tidak sadar? Kalian mau membunuh seorang anak kecil? Kalian orang WG sungguh biadab sekali!" sanggah Miranda, perempuan berambut perak, berjas lab dan mengenakan kacamata.

Seorang perempuan berseragam militer tiba-tiba berjalan masuk ke tengah kerumunan pasukan cyborg.

"Kami tidak akan membunuh anak itu, Miranda. Serahkan saja Robert Hans kembali pada WG, anak itu akan menjadi aset yang berharga bagi kami!" sahut perempuan tersebut.

Miranda merogoh saku jas labnya, lalu diambillah sebuah remote kontrol, dan diarahkannya kepada perempuan tersebut.

"Jika kalian nekat ingin mengambil anak ini dariku, seluruh bidikan laser yang terpasang di setiap dinding di ruangan ini akan aktif dan menyerang kalian! Aku juga tak akan ragu menekan tombol penghancur ruangan ini!" ancam Miranda serius, "Memang anak ini telah menghilangkan nyawa suamiku, tapi itu dilakukannya tanpa dia sengaja! Dan, aku tak akan membiarkan WG memanfaatkan anak ini hanya untuk melanjutkan mesin waktu ciptaannya!"

Dhuar!

Sebuah tembakan dilancarkan oleh perempuan tersebut, tepat mengenai punggung Miranda.

"Aku peringatkan kau! Walau kau ilmuan WG, jika kau berani melawan perintah atasanmu, maka tak akan ada tempat bagimu lagi di dunia ini!" ancam perempuan tersebut dengan angkuhnya.

Huek!

Miranda muntah darah, tubuhnya kesakitan menahan luka serius di punggungnya.

"Cepat serahkan anak itu Miranda!!" bentak perempuan berseragam militer tersebut sembari menodongkan pistol ke arah Miranda.

"WG sungguh serakah ... tak hanya telah merampas putri kesayanganku, kalian bahkan memaksa seorang anak kecil hanya untuk memenuhi ambisi kalian yang tidak berguna!" ucap Miranda dengan terbata-bata, "WG benar-benar licik!"

"Diam kau!!" bentak Emma, perempuan berseragam militer tersebut dengan penuh amarah.

Dhuar!

Tembakan kedua dilancarkannya tepat mengenai kaki Miranda.

"Miranda Ozora!! Kali ini aku tak akan segan lagi untuk membunuhmu!!" teriak Emma lantang.

Zab!

Tiba-tiba satu unit cyborg tumbang terkena serangan laser dari dinding menembus dadanya.

Zab!

Zab!

Zab!

Serangan laser susulan secara beruntun, dengan sekejap serangannya telah menumbangkan seluruh pasukan cyborg yang mengepungnya.

Tatapan mata Emma tampak serius. Dia tampak sangat ketakutan bercampur panik saat seluruh pasukan cyborg-nya tergeletak berjatuhan.

"Kurang ajar kau, Miranda!!!" teriak Emma lantang.

Dhuar!

Tembakan ketiga mengarah tepat mengenai dada Miranda.

Huek!

Miranda kembali muntah darah sembari menahan rasa sakit yang luar biasa.

Emma lalu mengarahkan pistolnya tepat di pelipis kepala Miranda.

Tanpa sedikit pun rasa takut, Miranda justru tersenyum sembari memandang wajah Robert Hans.

"Robert Hans, aku harap kau akan menjadi ilmuan yang berguna di masa depan. Aku harap kau juga bisa berteman baik dengan putriku, Zora ... uhuk! Uhukk!" pesan Miranda kepada Robert Hans, "Kau masih muda, dan jalanmu masih panjang, kejarlah impianmu, kembangkan keahlianmu, dan jangan pernah kau kembali ke WG untuk melanjutkan mesin waktu yang berbahaya itu."

Klik!

Miranda lalu menekan tombol merah pada remote-nya, alarm peringatan berbunyi.

Seluruh ruangan berguncang dahsyat.

"Keluarlah Mike!! Bawa Robert Hans keluar dari sini!!" teriak Miranda lantang.

"Tak akan kubiarkan!!" sahut Emma.

Sebuah robot tikus raksasa tiba-tiba keluar dari dalam tanah, ia menerobos dengan melubangi lantai menggunakan mulut bornya.

Dengan sigap Miranda meletakkan tubuh Hans, lalu menerkam tubuh Emma dan menjatuhkannya ke lantai.

"Lepaskan aku Miranda!!" teriak Emma.

"Tidak! Kau akan mati di sini bersamaku!"

Dhuuar!

Emma menembak perut Miranda, sementara robot tikus tersebut berhasil membawa Robert Hans kabur dengan menaikkannya ke atas punggung robot.

Seluruh dinding dan atap bangunan mulai runtuh menimpa seisi ruangan.

"Lepaskan aku!! Tak akan kubiarkan kau lolos, Robert Hans!!" teriak Emma.

Miranda dengan sigap mengunci tangan Emma, mencegah Emma menembak robot yang membawa Robert Hans.

"Pergilah, Hans! Jangan pernah kembali ke WG! Aku sangat-sangat menyayangimu!" teriak Miranda lirih, air matanya mengalir membasahi pipi putihnya.

Bangunan tersebut telah hancur, rata dengan tanah dan mengubur mereka berdua.

**

Seorang perempuan misterius dengan wajah tertutup tudung jubah hitam mendekat ke arah Hans yang duduk tersandar di bawah pepohonan di tengah hutan. Tampak di dekat Hans sebuah bangkai dari robot tikus yang telah menyelamatkannya.

Perempuan misterius tersebut akhirnya menjadi ibu angkat Hans. Dialah yang telah merawat Robert Hans seorang diri di sebuah gubuk kecil di tengah hutan. Dia pula yang telah mengajarinya cara berburu, meracik tanaman obat, dan melatih kemampuan bela diri.

Di tengah kesibukan Hans meracik obat, ibu angkatnya tiba-tiba datang menghampirinya.

"Nak, Ibu pikir sebaiknya kau pergi ke kota untuk belajar dan mengasah keahlianmu di sana. Ibu harus kembali melanjutkan perjalanan panjang Ibu untuk mencari seseorang."

"Mencari siapa, Bu? Biar aku temani!" usul Hans.

"Tidak boleh!" bentak ibu angkat Hans, "Nak, Ibu akan berkata terus terang padamu. Saat Ibu pertama kali menemukanmu, kau tergeletak pingsan di tengah hutan, terdapat selebaran kertas berisi pesan yang terselip di saku jasmu."

"Pesan? Pesan apa, Bu?" tanya Hans penasaran.

"Pesan dari Miranda, agar menyuruhmu pergi ke Kota Lorensia dan mengelola lembaga penelitian Miranda di sana, Mira-Tech."

"Miranda ... sepertinya aku pernah mendengar nama itu." ucap Hans sembari mengingat-ingat, "Mengapa Ibu tidak memberitahuku pesan ini dari dulu?"

"Tentunya, Ibu harus merawatmu dan membekalimu banyak hal!" jawab sang ibu, "Mungkin saat ini kau masih kehilangan ingatanmu, tapi suatu saat kau akan kembali mengingatnya."

Hans termenung, wajahnya tampak sedih karena dia belum siap jika harus berpisah dengan ibu angkatnya.

Sang ibu lalu mendekat dan memeluk Hans. Selang beberapa saat, ibu angkatnya membalikkan badan dan mengucap salam perpisahan.

"Di pesan itu juga tertulis, kau harus menjauhi orang WG-Tech. Nak, ini adalah percakapan terakhir kita. Sekarang pergilah, Nak! Jika suatu saat kau bertemu kembali dengan Ibu, aku harap kau tidak melupakan Ibu ... Ibu menyayangimu." pamit ibu angkat Hans.

Dengan mengenakan jubah hitam, ibu angkat Hans melangkahkan kaki dan berjalan semakin jauh, sementara Hans masih tampak terpukul atas kepergiannya.

**

Lima belas tahun berlalu, Hans kini telah genap berusia tiga puluh satu tahun. Dia menjadi pemimpin Mira-Tech, dan lembaga penelitian tersebut kini telah berkembang pesat.

Segala hasil eksperimen Hans, maupun data penelitian rahasia Hans, tak ada seorang ilmuan pun yang mengetahui letak keberadaannya kecuali seorang asistennya, Dhea Kumala Anggraini.

Hanya Dhea yang pernah diajaknya berkeliling menuju sacred room, sebuah ruangan rahasia yang terletak di lantai bawah lembaga penelitian Mira-Tech. Sacred room merupakan tempat tersembunyi segala hasil eksperimen Hans sekaligus tempat penyimpanan data penelitian rahasianya.

Suatu ketika, di tengah perjalanan, Hans kala itu mengantarkan Dhea pulang dengan mobilnya. Hans melihat dari kaca mobilnya beramai-ramai mobil hitam berlogo Im-Tech melaju kencang berlawanan arah dengan mobil Hans.

Dhea yang duduk di sebelah Hans turut melihat dan melaporkannya kepada Hans.

"Tuan, bukankah itu rombongan mobil Im-Tech?" tunjuk Dhea.

Hans tampak cemas, firasatnya tak keruan, namun ia tetap mengalihkan perhatian dan tancap gas.

"Aku harap tidak terjadi apa-apa." gumam Hans was-was.

* * *

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku