Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rahasia Dibalik Kepergian Istriku

Rahasia Dibalik Kepergian Istriku

Nisa. A

5.0
Komentar
1K
Penayangan
30
Bab

Empat tahun! Kau memisahkanku dari putraku selama 4 tahun!" "Kau tidak menginginkannya." "Dan dari mana kesimpulan lancang itu berasal? Aku akan melawanmu di pengadilan dan memastikan bahkan hakim sekalipun tidak akan bisa memihakmu meski kau ibunya!"

Bab 1 SATU

"Dira, istrimu, dia berhasil ditemukan."

Ethan mematung. Mendengar nama itu disebutkan hanya membuat kemarahannya tersulut. Ia mengangkat kepala, menatap pengacaranya dengan mata menyipit. "Kalian berhasil menemukannya?" tanyanya ragu. Selama 5 tahun menghilang tiba-tiba saja wanita itu muncul? Bagian dirinya yang selalu bersikap sinis dengan kejam mengatakan kalau sesuatu pasti terjadi.

Dira menghilang dan itu keputusannya, Ethan sama sekali tidak berminat mencarinya. Untuk apa? untuk memberi wanita itu kepuasan karena berhasil membuatnya bertekuk lutut? Itu tidak akan pernah terjadi.

"Ingat pabrik roti yang waktu itu kita kunjungi?"

Ethan mengangguk kaku. Beberapa waktu lalu ia memang mengunjungi pabrik roti yang baru saja resmi didirikan. Tempatnya di pelosok, jauh dari kehidupan perkotaan. Bukan pilihan yang akan dibuat siapapun yang terbiasa dengan kehidupan kota dan ia tahu Dira bukan wanita yang terbiasa dengan kehidupan desa.

"Dia ada di sana."

"Dia apa?" tanyanya, memastikan pendengarannya tidak bermasalah.

Jack mengangguk, meyakinkan keraguan Ethan.

"Dia ada di sana Ethan, tinggal di sebuah ruko sederhana bertingkat dua yang dijadikan sebagai tepat tinggal sekaligus tempat usaha."

Ethan terhenyak di kursinya. Jadi wanita itu sengaja menghilang demi tinggal di pedesaan? Itu keputusan yang buruk dan sama sekali tidak seperti Dira. Ethan mengusap-usap dagunya. Kenapa? Pertanyaan itu menari-nari di kepalanya dan tanpa mampu mencegah kemarahan menggelegak memenuhi darahnya.

Harga dirinya terluka. Setelah semua yang ia lakukan untuknya, wanita itu membalas kebaikannya dengan pengkhianatan dan jika Dira pikir ia akan memaafkan dan melupakan semua penghinaan yang dilakukanya, Dira jelas tidak mengenalnya dengan baik.

"Kenapa dia tinggal di sana?"

Jack menyuarakan apa yang sekarang bersarang di benaknya.

"Maksudku, dia benar-benar tahu memilih tempat untuk menghilang. Kita mencari semua tempat yang mungkin dikunjunginya kecuali tempat kumuh dan terpencil seperti itu. Siapa sangka," gumam Jack mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Aku ingin lokasinya, Jack," ucap Ethan setelah hening beberapa saat.

Jack menatapnya dengan alis melengkung. "Tentu, tapi boleh aku bertanya apa yang akan kau lakukan begitu berhasil menemukannya?"

"Ouh, itu sesuatu yang tidak ingin kau ketahui, percayalah," seringai Ethan. Ia berjalan keluar meninggalkan Jack yang melongo.

***

"Ini lezat sekali Mbak, bahkan lebih lezat dari toko kue yang baru saja berdiri itu."

Dira tertawa renyah mendengarnya. "Aku senang ada yang menganggap seperti itu," ujarnya dengan mata berbinar. Dira mulai memajang kue-kue yang baru dikeluarkan dari pemanggang dan menyusunnya rapi dalam etalase. Aroma yang membuat air liur meleleh dalam sekejap memenuhi ruangan.

"Kubilang juga apa, tangan Mbak itu ajaib. Gen heran, bagaimana bisa Mbak membuat kue selezat ini padahal tidak pernah sekolah secara khusus. Apa itu yang dinamakan bakat alami?"

Dira mengulum senyum. Ia mungkin tidak pernah mengikuti sekolah resmi secara khusus, tapi tahun-tahun penuh kesepian yang dilaluinya telah membuka pikirannya. Ia harus melakukan sesuatu sebelum menjadi gila dan saat itu pilihannya jatuh pada kursus memasak. Dira belajar langsung dari ahli terbaiknya meski keputusan itu akhirnya menjadi perdebatan panjang yang hanya menjelaskan betapa berbedanya mereka berdua.

"Mbak melamun lagi."

Dira tersentak, ia memaksa senyumnya. "Tolong ambil kue-kue yang ada di dapur. Kurasa hari ini kita akan sibuk melayani pelanggan jika yang kau katakan benar," ujarnya menggoda, membuat gadis remaja itu tertawa.

"Siap Bos!"

"Terima kasih, Gen."

Dira kembali sibuk dengan pekerjaannya. Ia begitu terhanyut dalam kegiatannya sampai-sampai tidak mendengar suara mobil yang meraum dan saat ia menyadarinya semua sudah terlambat. Dira mengeluarkan suara tercekik saat menyadari siapa pemilik mobil sport merah yang berhenti tepat di depan tokonya.

Waktu seolah berhenti.

Udara seolah ditarik paksa dari paru-parunya.

"Jadi kehidupan seperti inikah yang kau inginkan begitu meninggalkanku?"

Dira nyaris menjerit. Wajahnya pucat pasi mana kala sepasang visual tajamnya menatap nanar tubuh tinggi berotot dengan wajah teramat tampan dan tatapan tajam mengintimidasi itu berjalan ke arahnya. Tubuhnya bereaksi terhadap kehadiran pria itu, tapi Dira mengusirnya dengan ganas.

Sejak dulu yang diinginkan pria itu hanyalah hubungan fisik, tidak lebih. Baginya Dira tidak lebih dari seorang istri pajangan yang sesekali harus ditunjukkan. Mengabaikan detak jantungnya yang berdentam mengerikan Dira memasang wajah dinginnya. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuh saat memaksa bibirnya terbuka.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya ketus. "Kau tidak mungkin datang hanya untuk menemui mantan istrimu bukan?"

Ethan tersenyum, tapi senyum itu tidak menyentuh matanya. Mata yang dulu selalu berhasil membuat Dira terpesona.

"Apa kau tidak merindukan suamimu ini, Sayang?"

"Kau bukan suamiku, kita sudah bercerai!"

Semua keriangan yang mewarnai wajah Ethan menguap. Matanya berkilat-kilat.

"Kau masih istriku entah kau menyukainya atau tidak!"

"Tidak, pengacaraku sudah-"

Ethan mengibas tangannya acuh. "Tidak ada perceraian selama aku belum menandatangani suratnya."

Kemarahan dengan mudah menguasai Dira. Selama 5 tahun dia berusaha bangkit dan menata hidupnya yang hancur. Tidak mudah, tapi Dira berhasil bertahan. Jadi, dia tidak akan pernah membiarkan dominasi pria itu kembali menguasainya.

"Aku bukan istrimu, aku hanya porselen yang sesekali kau hias dan kau gunakan dan aku sudah muak dengan peran itu jadi sebaiknya kau pergi dari sini!"

Ketakutan merambati pembuluh darahnya saat ingat rahasia yang dengan sengaja ia sembunyikan. Dira mulai berdoa dalam hati semoga Ethan tidak akan pernah mengetahuinya.

Namun, alam seolah berkonspirasi mengejeknya karena rahasia yang ia sembunyikan mendadak menunjukkan diri.

"Mommy!"

Tiba-tiba sepasang tangan mungil sudah memeluk erat kakinya. Mengabaikan tatapan tajam yang ditunjukkan Ethan Dira berhasil menunduk dan tersenyum pada putranya.

"Hai Sayang, Mommy sedang punya tamu apa kau mau bermain bersama auntie Gen sebentar?"

Gadis itu muncul, tersenyum pada Noah. "Ayo, Noah, ada kue lezat menunggumu."

Ethan memandang Noah dan melihat mata biru itu membelalak. Ia tidak harus menunduk untuk mengetahui kalau sekarang mata polos putranya juga pasti tengah menatap Ethan dengan mata biru yang persis sama.

Ethan menatap Noah untuk waktu yang terasa selamanya. Dia mengerutkan dahi terlihat seolah-olah ditinju... terlihat kebingungan, kemudian dia memandang Dira mulai mencerna situasi yang terjadi.

Mata Dira terpejam, wajahnya sepucat mayat. Panik. Bersalah.

Dalam sekejap, sesuatu di mata Ethan berubah menjadi dingin dan Dira pun tahu kalau pria itu tahu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nisa. A

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku