Maafkan Aku Mam

Maafkan Aku Mam

Gemoy N

5.0
Komentar
134.9K
Penayangan
332
Bab

Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya "Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert". "Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau" "Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu" pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, "Hehehe gak sabar banget nih tan?" ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt......

Bab 1 Part 1

Di suatu pagi menjelang siang

Di suatu rumah dalam suatu komplek perumahan

Tok... tok... tok.. tok..., terdengan suara pintu kamar diketukan.

Terlihat seorang ibu rumah tangga, Santy (38 Tahun) yang secara fisik layak seperti ibu-ibu yang sudah punya anak dan mendekati umur 40 tahun, tidak kurus dan tidaklah gemuk. Sebenernya Santy memiliki dada yang cukup membusung dan pinggul yang menggiurkan pria manapun apabila dia rajin berolahgara dan merawat dirinya dengan sungguh. Santy sudah menjanda selama 2 tahun. Dia di tinggal suaminya yang meninggal karena serangan jantung. Dengan Harta warisan dari suami dan tokonya, cukup membuat Santy hidup dengan tenang berkecukupan.

Saat ini Santy sedang mencoba membangunkan anak semata wayangnya, Henry (18 Tahun). Seorang pemuda yang baru saja lulus dari SMA, yang cenderung agak gemuk, malas dan sangat kecanduan bermain game. Saking kencaduannya, di kadang tidak acuh atas kejadian di sekitarnya, yang ada dalam pikirannya hanya game dan game saja.

Bahkan karena kencaduannya itu, tidak seperti anak-anak yang lain yang seumuran, bukannya sibuk mencari Universitas untuk melanjutkan pendidikan, Henry malah lebih sering bergadang hanya untuk main game.

Tok... Tok... Tok...

"Henry.... Hen... bangun dong sayang, sudah siang iniiiiii!" pinta Santy di depan pintu kamar anaknya sambil terus mengetuk pintu anaknya.

Tok... Tok... Tok...

"Sayang sudah jam 10 lohh iniii, masa masih mau tidur sih" lanjut sang ibu sambil terus mengetuk pintu kamar anaknya.

Tok... Tok... Tok...Tok.....

Hening tidak ada balasan dari anaknya yang masih didalam kamarnya.

"huft...... ni anak kebiasaan deh mentang-mentang baru lulus SMA, malah malas-malasan gini malah gak usaha cari kuliah yang dia mau" batin Santy.

Dengan suara yang lebih keras dan ketukan yang lebih keras DOK... DOK... DOK...." HENRY BANGUN SUDAH SIANG INI, KOK MALAH MALAS-MALASAN Sih".

Lalu terdengar suara grasak-grusuk dari dalam kamar anaknya. Tak Lama Kemudian terbukalah pintu kamar anaknya.

Clek....

Terlihat Henry yang masih terlihat berantakan habis bangun tidur. Dengan rambut yang acak-acakan si anak bertanya dengan nada kesal kepada ibunya. "Paan sih Ma !? Kan Henry masih libur habis lulus" keluh Henry.

Lalu Santy menjawab "Lahhhh terus kalau libur kamu bisa malas-malasan terus gitu? "

"Lihat tuh si Andre (18 Tahun), pagi-pagi sudah ngajak mama sepedaan" Lanjut ibunya Henry.

Andre merupakan tetangga dari Santy dan Henry yang masih dalam satu komplek meski rumah mereka tidak bersebelahan. Andre merupakan teman sepermainan Henry, tetapi beda sekolah. Meskipun begitu mereka sama-sama gemar bermain game, tetapi berbanding terbalik dengan Henry, Andre gemar berolahraga untuk menjaga fit tubuhnya untuk tetap prima sehingga terlihat atletis dan menggairahkan kaum hawa. Dan tidak hanya itu berbanding dengan Henry yang pemalu dan pemalas, Andre sangat easy-going terhadap semua orang.

Setelah mendengar omelan ibunya dan selesai mengucek-ngucek matanya, Henry baru sadar kalau ibu masih berkeringat dan sedang memakai pakaian olaharga, sebuah T-shirt putih kebesaran dan legging yang dibalut celana pendek diluarnya. (ane gak nemu ilustrasinya, harap pembaca bisa berimajinasi hehehe intinya buka pakaian ketat. Detail ini penting buat kedepannya ya)

Lalu Henry berkomentar "Oalahhh, tumben si Andre ngajak mama sepedean"

Dengan ketus Santy menjawab "Lahhhh kamu gimana sihhh...., ini kan sudah ketiga kali-nya dalam seminggu ini Mama sepedaan pagi sama Andre"

Dengan cengengesan Henry membalas ketusan ibunya "Hehe iya ya.... ? Aku gak sadar Mam hehehe...."

Lalu Santy dengan nada kesal dan sambil menoel kepala anaknya "Ishh kamu sih nge-game terusssss, masa gak sadar mama ngapain aja. Padahal kamu juga di rumah loh....."

"Kan Henry sering mama ajak juga, ehh....giliran diajak kamunya kalau gak lagi maen game paginya atau kamunya masih tidur abis bergadang" omel Santy ke anaknya

"Males aku banget aku sih mam..... Di luar panas pake bangettttt'" keluh Henry sambil menggaruk-garuk lehernya.

Dengan berdecak pinggang "Duhhh... jangan ogahan gitu dong... kan biar kamu sehat juga sayangggg, kamu tuh harus banyak gerak dan kena sinar matahari juga sayang, masa mau di kamar terus sihh" komentar Santy terhadap kebiasan buruk anaknya.

Lanjut omelan Santy "Kamu tuh ya... harusnya juga nemenin Mama tau.... Siapa tau nanti kamu kuliah di luar kota"

"Takutnya jarang ketemu mama nanti, harusnya kita spend time together honey...." ujar Santy sambil mengelus pipi anaknya dan memelas kepada anaknya

Tapi Henry dengan jengkel malah menepis tangan ibunya sendiri. Dan hal itu membuat Sant kaget dan sedit.

"Yaelah....Mam, terserah aku dong Mam, Henry mau ngapain aja toh masih libur juga..." ketus Henry dengan tindakan dan nada yang agak sedikit menjengkelkan di telinga Ibunya.

Santy hanya bisa menghela kecewa dan terdiam menatap anaknya yang barusan menepis tangannya dan ogah-ogahan untuk berolah-raga. "Yauda deh...... terserah kamu mau ngapain aja selama liburan, tapi jangan lupa cari dan daftar kuliah ya sayang..." pinta dan pasrah Santy.

Meski ada rasa kecewa, tapi tetap dengan rasa keibuannya, Santy meminta anaknya untuk sarapan pagi yang sudah disiapkan olehnya. "Oh ya... Hen... tuh ada makanan buat sarapan kamu. Mama tadi beli bubur ayam di warung Pak Joko. At least..... kamu makan teratur dan yang sehat dong sayanggg" lanjut Santy.

"iya... iya....., thanks Mam" Jawab Henry datar.

Di tengah obrolan antara ibu dan anak tersebut, tiba-tiba muncul sesosok pemuda dari dapur rumah Santy dan Henry. Siapa lagi kalau bukan si Andre, jejaka ganteng dan bercharismatic yang baru saja menemani Santy untuk bersepedaan pagi tadi di sekitar komplek mereka.

"Halo broooo....., baru bangun ni hahhaha" sapaan dan tawaan mampir dari mulut Andre.

Terlihat Andre yang berkeringatan yang menenggunakan Jersey Sepeda yang merupakan pakaian ala pesepeda jaman sekarang. Dengan reseleting dada yang terbuka, memarkan badan yang fit dan memiliki six-pack yang dapat memikat wanita manapun. Andre menghampiri pasangan ibu dan anak tersebut lalu bertanya ke Herny "Bergadang lagi ni Hen....?ck.. ck.. ck... Nge-push rank nih?"

Dengan meggaruk-garuk kepala, Henry hanya cengar-cengir mengganguk.

Lalu ejekan datang dari Andre "Sekali-kali olahraga bisa kali brooo.... biar gak tambah bulet gitu badan lo hahaha"

"Hehehe" Cengir Henry atas ejeken temannya itu. Lalu Henry menjawab dengan nada tidak antusias "Males gw bro....., panasss di luar. Enakan naekin rank gw mah"

"Tuhkan Henry lebih mentingin nge-game, sampe gak pernah mau olahraga nemenin mamanya padahal sudah di ajakin juga" omel Santy di depan Andre.

"Wahhhh parahhh....... masa lu gak mau nemenenin nyokap lu juga sih? Durhaka loh hahaha" ejek Andre untuk memana-manasi Santy

Mendengar itu Santy menyahut "Tuh kamu Hen.... dengerin si Andre, durhaka kamu mentingin game daripada mama kamu sendiri....huh..."

Andre manghampir Santy dan berdiri disebelahnya dan menepok dadanya sendiri buk...buk..., Andre berkata "Sudah tante, biar Andre aja yang nemenin sepedaan"

.

"Iya Dre, makasih ya sudah ngajakin dan nemenin tante sepedaan" Jawab Santy.

"Si Henry mending gausa di ajakin lagi ya tante, percuma kan si Henry pasti gak bakal mau dan ngeluh doang...." Lanjut Andre menganjurkan Santy

Dengan mendesah capek, Santy setuju atas anjuran "Hadehh bener kata kamu Dre, Iyaaahh tante juga capek ngajakin anak tante. Bisanya cuma makan tidur makan game doanng".

Henry hanya bisa terdiam pasi atas omongan Andre dan Santy yang menyindir dirinya. Tidak heran dengan sikap Henry yang diam, di depan Andre dia memang cenderung mengalah atau bahkan takut. Bahkan Henry hanya diam melihat tatapan Andre terhadap ibunya yang cenderung mesum.

Lalu ibunya Henry menyeletuk ke Andre "oh ya Dre, padahal baru tiga kali loh bareng kamu Dre...., tapi sudah bikin nagih aja ya sepedean pagi-pagi gitu".

"Iya tante, emang bikin nagih kok. Jadi gini tan...... kalau badan kita sudah terbiasa dengan berolahraga nantinya badan kita bakal nagih untuk terus beraktivitas" Jelas Andre.

Sambil menganggukan kepalanya, Santy bertanya "Oh begitu ya..... ? Kamu tahu juga banyak ya soal ginian ya?"

"Iya dong tante, Andre kan dibiasain olahraga sejak kecil dan pas kecil pernah mimpi jadi atlet tapi gak jadi heheh" Jawab Andre

"Hmmm... bener juga sih, tante dulu sering lihat kamu sama papa kamu jogging kalau pagi. Sekali lagi makasih ya Dre, nanti ajak tante lagi ya" timpa Santi

"Sama-sama tante, biar gak hanya sehat dan badannya jadi bagus hehehe" cengir Andre dengan menatap Santy dari atas hingga bawah.

Tetapi Santy tidak menghiraukan tatapan, toh dia pikir maklum seorang pria, dan tidak mungkin Andre punya niat buruk terhadap dirinya. Lalu tanpa sengaja Santy melihat ke bagian bawah Andre, dan melihat ada "sesuatu yang besar" disitu. Santy langsung menolehkan kepalanya melihat kearah lain. Tanpa disadari oleh Santy, Andre tersenyum melihat gelagat dirinya.

Dan yang terjadi adalah bawah ada beberapa detik di keheningan di rumah tersebut, untuk menghilangi kecangungan itu, Santy berseru "Wah bener tuh Dre!!, biar badan tante makin bagus dan langsing juga".

"Nah bener tante....... makanya besok-besok sepedaan lagi sama Andre ya..." Ajak Andre dengan antusias

"Iya dengan senang hati Dre.... biar tante makin strong dan sehat hihihi." Jawab Santy semangat dan gembira atas ajakan kedepan tetangganya mudanya.

Henry hanya bisa mendengarkan obrolan antara ibu dan temannya sambil melanjutkan diamnya sambil menggaruk-garukan kepalanya yang tidak gatal itu. Bahkan saking asiknya pembicaraan antara Santy dan Andre, Henry tidak di ajak dari pembicaraan mereka lagi. Oleh Karena itu Henry memutuskan untuk ke meja makan untuk menyantap sarapan yang di belikan oleh mama nya. Meskipun gitu Santy dan Andre tetap terus ngobrol tentang rencana sepedaan mereka di kemudian hari tanpa mengacuhkan Henry. Di saat Santy tidak melihat dirinya, Andre hanya tersenyum dan menatap Henry dengan tatapan merendahkan.

Setelah ngobrol panjang dengan Andre, Santy memutuskan untuk mandi. Lalu sebelum Andre pamitan untuk pulang, dia mengajak henry untuk nge-game "Oh ya Hen, nanti kita kapan-kapan maen bareng push rank ya...sambil pake Dscrd juga ya"

Dengan senang menerima tawaran tersebut, memang pada dasarnya Andre sangat jago maen game juga. "Mayan auto-win nih" Pikir Henry

Lagi game dan game yang berada di kepala Henry, dia tidak sadar hal tersebut yang akan menjatuhkannya ke jurang yang amat dalam.

Apakah jurang tersebut?????

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gemoy N

Selebihnya

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Gavin
5.0

Pernikahanku hancur di sebuah acara amal yang kuorganisir sendiri. Satu saat, aku adalah istri yang sedang hamil dan bahagia dari seorang maestro teknologi, Bima Nugraha; saat berikutnya, layar ponsel seorang reporter mengumumkan kepada dunia bahwa dia dan kekasih masa kecilnya, Rania, sedang menantikan seorang anak. Di seberang ruangan, aku melihat mereka bersama, tangan Bima bertengger di perut Rania. Ini bukan sekadar perselingkuhan; ini adalah deklarasi publik yang menghapus keberadaanku dan bayi kami yang belum lahir. Untuk melindungi IPO perusahaannya yang bernilai triliunan rupiah, Bima, ibunya, dan bahkan orang tua angkatku sendiri bersekongkol melawanku. Mereka memindahkan Rania ke rumah kami, ke tempat tidurku, memperlakukannya seperti ratu sementara aku menjadi tahanan. Mereka menggambarkanku sebagai wanita labil, ancaman bagi citra keluarga. Mereka menuduhku berselingkuh dan mengklaim anakku bukanlah darah dagingnya. Perintah terakhir adalah hal yang tak terbayangkan: gugurkan kandunganku. Mereka mengunciku di sebuah kamar dan menjadwalkan prosedurnya, berjanji akan menyeretku ke sana jika aku menolak. Tapi mereka membuat kesalahan. Mereka mengembalikan ponselku agar aku diam. Pura-pura menyerah, aku membuat satu panggilan terakhir yang putus asa ke nomor yang telah kusimpan tersembunyi selama bertahun-tahun—nomor milik ayah kandungku, Antony Suryoatmodjo, kepala keluarga yang begitu berkuasa, hingga mereka bisa membakar dunia suamiku sampai hangus.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku