Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Skandal Cinta Pengantin Pesanan

Skandal Cinta Pengantin Pesanan

Nisa. A

5.0
Komentar
13.1K
Penayangan
80
Bab

Hannah yang berprofesi sebagai perancang gaun pengantin dipaksa Sebastian menjadi pengantin pengganti demi menjaga harga diri pria itu. Keadaan semakin rumit saat kekasih Sebastian kembali muncul dengan sebuah misi dan Hannah menemukan dirinya bertarung melawan wanita itu demi menyelamatkan Sebastian. Yang tidak diduga Hannah adalah misi ini mungkin akan melibatkan perasaannya dan saat semua rahasia akhirnya terbongkar Hannah mungkin telah menghancurkan apa yang paling penting dalam hidupnya.

Bab 1 Terjebak

"Apa ini semacam lelucon, Kit?" Sebastian menatap sekretarisnya dengan sorot mata mengancam. Jika ini lelucon maka Kit harus bersiap menerima kemarahannya dan saat ia marah tidak ada satu pun hal baik yang akan terjadi.

Kit mengangguk. "Saya baru mengkonfirmasinya, Sir."

Sebastian memejamkan mata bukan untuk meredam emosinya seperti yang biasa ia lakukan. Bukan. Ia memejamkan mata dengan harapan kalau yang ia dengar mungkin hanya mimpi buruk. Para pengantin biasa merasakannya bukan?

"Kenapa?" tanyanya bingung, lebih kepada dirinya sendiri.

Kit mengangguk, tidak mengatakan apa pun.

"Periksa semua gedung. Setiap sudut. Temukan dia, Kit! Sialan! Wanita itu mungkin terjatuh atau bisa saja dia sakit!" geramnya dengan rahang mengeras.

"Kami sudah memeriksanya, Sir. Memeriksa setiap sudut. Memerintahkan setiap pengawal untuk mencari di apartemen dan kami menemukan ini." Tangan Kit yang gemetar memberikan secarik kertas pada Sebastian.

Sebastian mengernyit namun menerimanya. Ia membuka lipatan kertas yang rasanya seperti surat kematian dan ketika ia membaca kalimat yang tertulis di sana Sebastian merasakan gelombang kemarahan menusuk-nusuk kulitnya.

"Kapan kalian menemukan ini?" tanyanya datar, nyaris terkesan kasar.

"Kami menemukannya pagi ini. Ketika para pengawal datang untuk menjemputnya, Sir."

Kenapa sekarang? Jika wanita itu ingin menghilang kenapa dia memutuskan untuk melaukannya hari ini? Hari yang seharusnya menjadi saksi atas kebahagiaan mereka?

"Apa yang harus kami lakukan sekarang, Sir? Apa kami perlu mengusir para tamu?"

Kedua tangan Sebastian terkepal hingga menunjukkan buku-buku tangannya yang memutih. Kemarahan memenuhi setiap sel dalam darahnya hingga rasanya menyakitkan. Tara pergi. Wanita itu meninggalkannya tepat di hari pernikahan mereka! Sekarang bagaimana ia akan menyelesiakan kekacauan ini?

Hannah tersenyum lebar mendapati para tamu yang memadati gedung tempat pernikahan akan digelar. Dekorasi gedung ini mengingatkannya akan kisah dongeng yang dulu sering ia baca sewaktu kecil. Mengingat yang akan menikah merupakan taipan yang kekayaannya membuat perutnya mual ia yakin pesta ini layak.

Hannah menyunggingkan senyumnya. Ini akan menjadi harinya juga. Ketika para tamu melihat rancangan yang dikenakan pengantin ia yakin ini akan menjadi awal dari bisnis yang ia bangun.

Ia harus memastikan kalau gaun yang ia rancang benar-benar sempurna. Hannah memasuki kamar yang menjadi tempat pengantin dirias dan langsung membeku saat melihat sosok yang ada di dalamnya. Bukan Tara Dixon yang ada di dalam melainkan Sebastian Carter sang mempelai pria.

"Siapa kau?"

Pertanyaan bernada menuduh itu membuatnya berjengit. Tatapan mata pria itu sedingin es seakan ada badai di balik tatapannya yang menusuk. Kenyataan ini mengirimkan ketakutan pada Hannah. Ia berdeham sebelum membuka suara.

"A-aku," sial! Kenapa ia harus gugup?

Kedua alis Hannah terangkat saat melihat pria yang ada di dekat Sebastian berbisik pada pria itu.

"Ah, jadi kau perancang gaun pengantin itu?"

Hannah mengangguk, meski ia kebingungan. Kenapa pria itu ada di sini dan di mana pengantin wanitanya? Hannah mengedarkan pandangan dan kebingungan saat tidak melihat siapapun ada di sini. Apa yang terjadi?

"Tinggalkan kami, Kit. Aku perlu bicara dengan perancang ini!"

Caranya mengatakan perancang berhasil mengundang kemarahan Hannah. Meski begitu ia berusaha menahannya. Hannah sedikit menepi dari pintu saat melihat pria bernama Kit berjalan kearahnya.

"Mendekat."

Tatapannya, sorot matanya yang mengandung amarah membuat Hannah ragu untuk melangkah.

Tanpa sadar ia menjilat bibirnya.

"Ke mari Hannah! Aku tidak suka menunggu!"

Bentakan itu menyadarkan Hannah. Ia berjalan mendekat dan berada dalam jarak aman Sebastian.

"Apa kau tahu ini akan terjadi?"

Hannah yang kebingungan hanya bisa mengernyit.

"Kau tahu kalau Tara menghilang?" ucap Sebastian mulai kehilangan kesabaran.

Butuh beberapa detik mencerna kalimat itu. Tara menghilang? Yang berarti ... mata Hannah membulat sempurna saat otaknya berhasil mengirimkan informasi yang ia butuhkan. Pengantinnya menghilang? Bagaimana mungkin?

"Kau tahu ini akan terjadi?"

Tuduhan itu berhasil menyulut emosinya. "Kenapa aku harus tahu? Aku perancang bukan pendamping pengantin dan sebelum kau menuduhku lebih kejam, tidak aku bukan temannya."

"Tentu saja aku tahu kau bukan temannya!"

Hannah membuka mulut untuk mengatakan sesuatu namun kemudian ia menutupnya kembali.

Sebastian menyapu pandangan pada tubuh Hannah dari kepala sampai kaki sampai membuat Hannah risih.

"Ukuran tubuhmu sama dengan Tara."

Meski tidak suka dengan nadanya Hannah meyetujui ucapan Sebastian. Tubuhnya mungil seperti Tara.

"Apa gaun itu cocok untukmu?"

Hannah menatap gaun selutut yang ia kenakan. Tidak ada yang aneh. Kenapa pria itu bertanya?

"Tentu saja cocok. Gaun ini-"

"Bukan gaun bodoh itu yang kumaksudkan. Maksudku gaun pengantin rancanganmu apa gaun itu bisa kau kenakan?"

"Kenapa?"

Keheningan pekat mengelilingi mereka. Hannah menatap ekspresi tenang Sebastian. Ia tahu ketenangan pria itu seperti bom waktu. Hanya menunggu detik berlalu sebelum benar-benar meledak. Ketegangan pria itu bahkan bisa membuat udara di sekeliling mereka membeku hingga titik terendah.

"Karena kau yang akan mengenakannya."

Hannah menatap Sebastian seperti melihat makhluk asing yang tiba-tiba mendarat di depannya.

"Kau pasti bercanda."

Satu alis Sebastian terangkat. "Menurutmu situasi saat ini cocok untuk bercanda?"

Hannah membuka mulut, menutupnya kemudian membukanya kembali. "Kalau begitu kepalamu mungkin bermasalah. Namaku Hannah bukan Tara. Aku perancang bukan pengantin."

"Seperti yang kau tahu pengantinnya menghilang dan aku tidak ingin membuat diriku terlihat menyedihkan." Sebastian mengernyit jijik seolah pemikiran menyedihkan merupakan kosa kata baru baginya. "Kau akan menjadi pengantin penggantinya."

Hannah tahu seharusnya ia tertawa. Ucapan pria itu tidak masuk akal, tapi saat melihat kabut kemarahan dan juga emosi menakutkan lainnya di mata biru itu Hannah berusaha mempertahankan kewarasannya.

"Itu tidak mungkin!"

"Kenapa tidak mungkin?"

Hannah tertawa sinis. "Karena bukan aku pengantinnya dan lebih dari segalanya aku tidak mengenalmu." Meski hal itu tidak sepenuhnya benar, Hannah menolak mengakuinya. Matanya yang membola menatap Sebastian yang terlihat luar biasa tenang dengan situasi aneh ini.

"Tunggu! Kenapa pengantinnya menghilang?" tanyanya bingung. Kenapa harus hari ini?

Sebastian menatap jam tangan platinumnya seakan tidak mendengar pertanyaan Hannah.

"Kenakan gaun rancanganmu dan keluarlah dalam 15 menit. Aku akan keluar dan menemui para tamu."

Sebastian sudah berada di ambang pintu saat mendengar teriakan panik Hannah.

"Tidak! Aku tidak mau menikah denganmu!"

Sebastian berhenti. Pria itu berbalik dan saat melihat seringainya tanpa sadar kulit Hannah meremang. Ia menelan ludah susah payah. Sebastian memiliki aura yang membuat nyali ciut hingga terasa menakutkan. Meski begitu Hannah berusaha menunjukkan keteguhannya. Pria itu sinting!

"Kau yakin?" Senyum yang tidak menyentuh mata Sebastian terukir di wajahnya yang rupawan.

Wajah yang terpahat sempurna dan membuat wanita manapun terpesona.

"Ki-kita tidak mungkin menikah," ucapnya terbata-bata.

"Kalau begitu sebagai investor utamamu aku akan menghentikan semua aliran danaku dan bukan hanya itu pinjaman dengan jaminan rumahmu juga akan digadaikan jika dalam 2 hari dana itu tidak dikembalikan. Bagaimana?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nisa. A

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku