Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
A Lover (Alec & Alea)

A Lover (Alec & Alea)

Luisana Zaffya

5.0
Komentar
912
Penayangan
58
Bab

Alec Cage, tak mampu menahan lonjakan gairah yang begitu menggebu ketika menemukan keindahan begitu sempurna yang dimiliki oleh Azalea Mahendra. Ia tak sungguh-sungguh berniat membawa wanita itu ke ranjang, tapi kesepatakan Arsen Mahendra yang ingin mempertahankan posisi CEO memberikannya hadiah yang sangat menarik. Seorang Azalea Mahendra. Jadi, kenapa tidak? Azalea Mahendra, tak mampu menolak paksaan sang kakak, Arsen Mahendra. Yang berniat memberikannya pada Alec Cage sebagai sebuah hadiah. Tanpa kekuatan untuk melawan kekuasaan sang kakak, Alea membiarkan Alec mendapatkan tubuhnya. Awal pernikahan mereka berjalan dengan lancar dan hubungannya dengan Alec berjalan seperti sebuah pernikahan pada umumnya meski hati Alea tertaut pada pria lain. Dan semua berubah menjadi petaka bagi Alea ketika Alec diam-diam menyelidiki dirinya dan mengetahui masa lalu tentang hubungannya dengan sang kakak angkat. Arza Mahendra. Alec pria pecemburu dan bukan seorang baik hati yang pemaaf. Terutama saat dihadapkan pada sebuah pengkhianatan. Tentu saja hanya kematian satu-satunya balasan yang sepadan. Tetapi, ternyata Alec tak semurah hati itu membalas pengkhianatan Alea. Alec bertekad membuat Alea membayar setiap pengkhianatan wanita itu dengan sangat besar. Lebih besar dari yang sanggup Alea terima. Mampukah Alea bertahan?

Bab 1 Prolog

Aroma jasmine dan citrus yang berpadu, membuat mata Alec terpejam demi menyerap aroma manis, menyegarkan, sekaligus tidak menyengat di hidung. Wangi itu melintasi wajahnya hanya dalam hitungan detik, tapi seolah akan bertahan di kepalanya untuk selamanya. Ditambah efek memabukkan. Tanpa daya, kepala Alec berputar mengikuti sesosok tubuh ramping yang kini sudah berjalan menjauh dan berhenti tak jauh dari tempatnya.

Wanita itu memutar tubuh menghadap ke arah Alec, tak hanya wangi tubuhnya yang membuat Alec terhipnotis, kini tubuh Alec terpaku. Meski untuk beberapa detik, ia mengakui keindahan yang ada di hadapannya kali ini. Keindahan yang belum pernah ia temui seumur hidupnya. Sosok itu bagaikan magnet yang menarik dirinya untuk mendekat. Aura memikat begitu kental menyelubungi tubuh seksi itu dari ujung kepala hingga kaki. Daya tarik seksual melekat erat di setiap sudut yang melekuk indah.

Wanita itu berada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Tampak menonjol di antara wanita-wanita yang terang-terangan melemparkan tatapan memuja untuknya. Tak diragukan lagi, hanya wanita itu satu-satunya yang tak menyadari keberadaan serta perhatian yang sengaja ia sisihkan, dengan niat mendapatkan sedikit balasan. Tetapi, seolah wanita itu memiliki dunianya sendiri, terlalu sibuk dengan si pria yang berdiri di hadapan si wanita. Apakah mereka sepasang kekasih? Atau sepasang suami istri? Sepertinya Alec tak pernah punya batasan untuk wanita yang bersedia berbaring di ranjangnya. Wanita ataupun istri orang lain, asalkan mereka bersenang-senang, Alec tak akan keberatan. Toh, hanya untuk satu malam.

Dari jarak sejauh ini, Alec bisa menelusuri dengan sangat jelas setiap inci dan detail wajah mungil itu. Rahang yang kecil, dagu yang runcing, hidung mancung lurus, bibir yang merekah, dan mata sejernih lautan. Alec tahu kecantikan sesempurna itu akan mampu mengguncang dunianya dalam sekali sentakan. Wanita seperti itu tentu lebih dari sekedar mampu untuk mengancam kewarasannya. Ia mulai tak yakin akan menikmati wanita itu hanya untuk satu malam.

Sialan! Alec tak menyangkal hasratnya yang begitu ingin mencicipi keindahan itu. Alec menjilat bibirnya. Cuping hidungnya membesar dan menyempit karena napas serta detak jantungnya yang berdenyut lebih cepat. Dan mendadak ia merasa gelisah. Pertanda saat ia ingin menuntaskan kefrustrasiannya di atas ranjang. Sebaiknya dengan si pencetus gairahnya.

Wanita itu tersenyum, menggumamkan sesuatu dan si pria ikut tertawa. Senyumnya bahkan lebih menawan dari yang Alec perhitungkan. Sialan, ia harus membuat wanita itu berada di atas ranjangnya malam ini juga. Setelah urusannya selesai. Urusan? Sialan lagi, saat ini ia tengah berdiri di antara keriuhan pesta demi membuat sedikit kekacauan agar pesta tidak berakhir membosankan. See, ia bahkan sampai lupa di mana kakinya berpijak karena begitu terpesona oleh wanita pengalih kewarasannya itu.

Memaksa kepalanya berputar ke arah panggung. Pada sosok yang tengah berdiri balik podium, menyebarkan basa-basinya yang sudah sangat busuk dan membuat perutnya mual. Ia harus mengakhiri ceramah itu lebih cepat atau telinganya akan ikut membusuk. Pesta tanpa suara pecahan kaca, gelas, atau apa pun akan jadi sangat membosankan untuk seorang Alec si pengacau.

Praannggggg ....

Keheningan pesta mendadak semakin mencekam dan suara sambutan dari arah podium terhenti. Lalu suara kasak-kusuk para undangan beralih menjadi rasa penasaran akan suara benda pecah yang berasal dari pusat ballrrom. Orang-orang mulai berkerumunan, mencari tahu lebih pada asal suara dan menyisakan ruang yang cukup luas di tengah ballroom.

Di sana, di meja tengah ballrom, tempat patung es berbentuk huruf MH raksasa seharusnya dipajang –karena kini patung esnya sudah jatuh tercerai berai di lantai- berdiri seorang pria. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang terjatuh menutupi salah satu matanya. Tuxedo berwarna gelap yang dirancang dengan bahan kualitas tinggi membungkus tubuh tinggi dan kekar itu dengan sangat apik.

"Perhatian!" Kedua tangan pria itu terangkat dengan kebanggaan dan kepercayan diri yang tinggi, mengingat ia berdiri dengan cara tak sopan di pesta resmi yang bukan miliknya. "Apa kalian tahu siapa aku?"

Keheningan sekali lagi menyebar ke setiap sudut ballroom. Tidak cukup banyak orang yang mengenali Alec, tapi kegilaan yang dilakukan pria itu membuat beberapa orang terpekik kaget ketika beberapa benda jatuh di sekitar meja karena menghalangi gerakan kaki Alec.

"Ya, ini aku. Alec Cage. Pewaris tunggal Cage Group dan bukankah pesta ini perayaan sepuluh tahun Mahendra Hotels?"

Kesiap kaget menyebar di sekitar Alec. Ya, Cage Group adalah rumah besar bagi MH. Yang hanya salah satu cabang perusahaan CG di dunia perhotelan.

"Beberapa tahun aku mengasingkan diri, dan ayahku sudah menunjuk orang lain sebagai CEO Cage Grand Hotels. Dan menggantinya dengan Mahendra Hotels? Apakah kalian benar-benar tidak tahu malu?" Alec melemparkan tawa cemooh pada Arsen yang berdiri di panggung. Tanpa sempat menyelesaikan pidato basa-basinya yang lebih mengarah ke kesombongan. Melemparkan sejuta pujian untuk diri sendiri. Cih, bagi Alec, sosok Arsen Mahendra tak lebih dari seorang pengemis yang berusaha menggerogoti posisi tertinggi dengan muka tebalnya.

Arsen menahan Arza yang hendak menghentikan keributan dengan isyarat tangan. Alec Cage, pewaris tunggal Cage Group secara sah. Apa pun yang berdiri di belakang pria itu bukanlah sesuatu yang perlu ia usik. Lalu dengan isyarat mata, Arsen menyuruh Arza mengamankan wanita yang berdiri di sisi pria itu. Tanpa membantah sedikit pun, Arza mematuhi perintah kakaknya.

"Sekarang aku kembali. Memastikan apa pun yang menjadi milikku tetap aman dalam genggamanku." Tak lupa Alec menyelipkan seringai mengancam di garis bibirnya yang dingin pada Arsen. Lalu ia menyesap anggur di gelasnya, mengangkatnya tinggi seakan bersulang dengan seluruh tamu undangan. "Selamat menikmati pesta yang meriah ini. Tidak perlu sungkan-sungkan."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku