Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Why Im Fall For You

Why Im Fall For You

R. E. D

5.0
Komentar
401
Penayangan
10
Bab

BLURB : Ketika Aria tahu bahwa Luna adalah puteri dari lelaki yang telah merebut ibunya di masa lampau, dia menjadi sedikit kesal dan tertarik untuk menyusun sebuah rencana bagi wanita itu. Dan dia pun benar-benar ingin mewujudkan rencana tersebut tepat saat wanita itu mengalami kesulitan cukup besar, dengan menawarkan sebuah bantuan yang merupakan jalan awal untuk rencana yang telah disusun oleh Aria. Aria membantu Luna mengatasi bisnisnya yang kolaps namun dengan syarat Luna mau menjalin pernikahan kontrak dengannya selama satu tahun. Namun, apakah Luna bersedia dan rencana Aria akan berhasil?

Bab 1 Pria sombong

"Ya ampun, bisakah kau berhati-hati sedikit?"

Luna berusaha menahan amarahnya yang terasa meledak saat gaun putih yang ia kenakan, terkena tumpahan anggur dari bahu hingga ke bawah pinggang oleh seorang pria di depannya.

Kini gaun putih itu tak hanya basah, melainkan juga memperlihatkan bekas warna merah di titik tumpahan dan sekitarnya. Sementara pria yang menumpahkan anggur itu hanya memasang ekspresi santai. Bahkan rasa bersalah pun sepertinya tidak ada. Luna mengenali orang yang terkenal angkuh itu adalah CEO dari sebuah perusahaan Furnitur besar. Aria Pamungkas, ia beberapa kali mendengar namanya di kalangan sesama pengusaha.

Awalnya Luna mengira soal sifat angkuh pria itu hanya gosip dari orang-orang yang mungkin tidak menyukainya. Namun, malam itu ia merasa sudah bisa menilai sendiri bagaimana kebenaran soal gosip tersebut.

"Aku tidak sengaja. Jika kau mau, aku bisa membayar ganti rugi beberapa kali lipat dari harga gaunmu."

Pria dengan raut seperti serigala itu nyatanya memang tidak merasa bersalah sedikitpun. Meski orang-orang di sana menatap pada mereka.

"Aku tahu kau orang kaya. Tapi sayang sekali etikamu sangat kurang." Luna menatap lurus pada mata pria itu.

Aria mengangkat satu alisnya yang tebal, seraya balas menatap pada wanita itu. Perasaannya sedikit terusik dengan kata-kata barusan. Sorot manik hitam setara dengan warna rambutnya mulai menajam. Belum pernah ada wanita yang berani melawan atau mengatainya seperti demikian.

"Pak, kita sedang di tempat ramai-" Pria di samping Aria yang merupakan sekretarisnya, mencoba untuk melerai. Namun tangan Aria lebih dulu terangkat, mengisyaratkan agar diam dulu.

Tetapi tatapan Aria tak lepas satu detik pun dari Luna. Dan Luna sendiri tampak tidak takut sama sekali dengan pria di depannya. Tidak peduli siapa orang tersebut. Baginya semua orang itu sama saja. Sama-sama manusia dan setara.

Meski tidak kenal akrab, Luna tetap tidak suka dengan kelakuan orang yang angkuh seperti Aria.

Orang-orang yang melihat mereka mulai cemas dengan kemungkinan situasi lebih buruk.

"Kak, ini tempat umum. Ayolah kita pergi saja. Demi aku."

Remaja laki-laki berusia sembilan belas tahun berbisik pada Luna seraya mencoba menarik tangan sang kakak dengan hati-hati. Fero tahu bahwa sangat berbahaya jika kakaknya sedang marah. Tapi kali ini ia akan berusaha untuk membujuknya sebisa mungkin.

Dan untungnya berhasil. Luna mau mendengarkan adiknya dan perlahan meninggalkan pria yang bersitegang dengannya. Meski raut wajahnya masih menunjukan bahwa ia tetap menantang pria itu.

Orang-orang mulai merasa lebih lega saat itu. Karena acara peresmian hotel sudah menjadi menyebalkan bagi Aria, maka ia pun memutuskan untuk segera meninggalkan tempat tersebut.

"Hei, menurutmu siapa yang akan menang jika mereka berdua meneruskan yang tadi?" Seorang tamu mencolek temannya sambil masih memandang kepergian Aria dan sekretarisnya dari aula besar itu.

"Apa yang kau bicarakan? Tentu saja kita tidak tahu karena mereka gagal berdebat. Bu Luna juga tidak kalah hebat dalam berdebat. Kecuali ..." Temannya menimpali seraya memasang ekspresi menggoda.

"Kecuali apa?"

"Tidak jadi. Sudahlah, kita pulang juga."

.

"Dia tidak selevel denganku. Hanya seorang pemilik restoran," ujar Aria.

Dia masih agak kesal dengan wanita tadi yang ternyata berhasil mengusiknya walau sedikit.

"Abaikan saja Pak." Sekretarisnya yang mengemudi menimpali, "Tidak perlu diambil hati."

"Benar. Tapi dia berhasil memancingku," timpal Aria.

.

"Seharusnya Kakak tidak usah melayani pria sombong itu. Apa Kakak sedang ada masalah sekarang?"

Fero melirik sekilas pada Luna yang duduk di sampingnya. Sementara tangannya fokus pada kemudi. Ia sengaja menawarkan diri untuk menemani sang kakak pergi ke sebuah acara undangan peresmian hotel. Bukan kali ini saja ia melakukan itu, melainkan beberapa kali. Karena kakaknya adalah seorang pebisnis, maka acara undangan yang berkaitan dengan kewirausahaan adalah hal yang sering ia datangi.

Luna memang memiliki bisnis di bidang kuliner yaitu restoran seafood besar dengan lima cabang di beberapa kota. Ia merintis usaha tersebut ketika usianya menginjak dua puluh empat bersama mendiang sang ayah.

"Tidak ada. Sikap pria itu memang menyebalkan. Jika dibiarkan, ia akan semakin menjadi-jadi."

Meski begitu, jawaban tersebut tidak sepenuhnya benar. Ada hal yang sebenarnya membuat Luna pusing saat ini, dibandingkan sikap seorang CEO angkuh tadi. Dan hal tersebut cukup krusial.

.

"Apa yang sebenarnya terjadi sih? Kok bisa-bisanya pengeluaran bisa sebesar itu?"

Hari itu, hari sebelumnya, dan hari berikutnya, Luna dibuat pusing oleh kabar laporan keuangan restoran miliknya yang sudah mulai memasuki zona kolaps. Tetapi suatu hari, apa yang sebenarnya terjadi, terbongkar pula dengan cepat. Karena salah satu staff-nya memberikan informasi yang cukup membuat dirinya tak menyangka.

"Kita bisa melakukan penyelidikan pada manager anda, Bu. Maaf sekali saya harus mengatakan ini."

Lalu nantinya berita tersebut akan tetap menyebar pada banyak pihak, terutama di kalangan para pebisnis meski Luna dan timnya berusaha agar berita tersebut tersembunyi dari sorotan media dan orang-orang. Berita yang mengatakan bahwa bisnis restoran nona Luna hampir bangkrut dan hendak ditutup akibat kecurangan salah satu pegawai senior yang merupakan karyawwn kepercayaannya. Banyak orang yang akan mendengar kabar tersebut, dan di saat tersebut pula, ia akan mendapatkan masalah atas hidupnya.

.

Pria bertubuh tinggi dengan rambut sedikit terpotong rapi dan wajah campuran itu baru saja tiba di kantornya. Ia memasuki lift dan telah tiba di ruang kerja meski saat itu waktu baru menunjukan jam enam lewat dua puluh sembilan pagi. Begitulah Aria, ia kebanyakan datang lebih pagi daripada rata-rata karyawannya sendiri. Sebagai anak yang didapuk menjadi pimpinan perusahaan sejak usia dua puluh enam tahun menggantikan sang ayah yang meninggal karena kecelakaan, Aria sudah dibiasakan untuk disiplin dalam menjalani kewajiban dan tanggung jawab pekerjaan.

Itu dilakukannya karena ia sangat mencintai mendiang sang ayah. Karenanya ia bertekad melakukan yang terbaik demi aset yang diwariskan terhadapnya. Bagi Aria sendiri, perusahaan properti milik ayahnya bukan hanya sekadar gengsi dan kebanggaan atau simbol kekayaan dirinya meskipun orang-orang banyak yang melihat ia sebagai kalangan atas dengan sifat angkuh. Namun perusahaan itu, bagi Aria adalah sebuah kenangan besar yang dititipkan oleh orang yang paling ia cintai di dunia ini.

Karena sedari ia berusia balita, hingga menjelang tahun ayahnya meninggal, Aria selalu diajak ke perusahaan properti tersebut untuk sekadar berbincang atau makan bersama. Kebetulan sekali Aria dan sang ayah sangat dekat dikarenakan oleh beberapa faktor.

Pertama karena Aria adalah anak tunggal mendiang sang ayah. Ayah Aria adalah pria yang tidak pernah menikah dalam seumur hidupnya. Sementara Aria sendiri lahir bukan atas restu dan keinginan yang kuat dari kedua orang tuanya. Ibu Aria malah hampir melakukan aborsi saat anaknya berusia satu bulan di dalam kandungan jika sang ayah tidak mencegah dan memohon mati-matian agar anak mereka tidak dibunuh.

Setelah Aria lahir, sang ayah mengambilnya untuk merawat dan membesarkan, dan bersamaan dengan itu, ibu Aria berpisah dengan sang kekasih dikarenakan hubungan mereka yang memang sulit sedari awal.

Ibunda Aria tidak bisa menikah dengan ayah Aria dikarenakan orang tuanya tidak merestui. Mereka (orang tua ibu Aria) meminta wanita itu menikah dengan seorang pebisnis yang bisa menyelamatkan keluarga mereka dari ancaman kebangkrutan. Karena cintanya pada keluarga, wanita itu memilih untuk meninggalkan kekasihnya dan menikah dengan pria yang dipilihkan orang tua demi baktinya.

Semenjak perpisahan tersebut, ayah Aria tidak pernah mencari wanita lain meski hatinya terluka. Dia lebih ingin fokus mengurus usaha serta membesarkan sang anak semata wayang.Dan setelah sang ayah tiada dikarenakan insiden kecelakaan yang menimpanya, Aria merasa sangat kehilangan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku