Why Im Fall For You
l 21
i seperti dirinya memanglah tidak mudah. Menghadapi beban besar seorang diri, bahkan hampir tiada orang yang sanggup membantunya. Dia memang memiliki orang-orang yang mendukungnya seperti Fero, Fioni, Emili dan para karyawannya, namun untuk bantuan secara spes
dar tertawa atas jatuhnya bisnis miliknya. Kedua, karena email tersebut dikirim dua minggu yang lalu dan Luna baru menjawabnya sekarang. Entah tawaran tersebut masih berlaku atau tidak. Bahkan ada kemungkina
t dan memejamkan mata. Dia ingin tidur dengan
Tawaran
kan p
lahan lalu setelahnya diam sejenak untuk mengumpulkan kesadaran secara penuh. Barulah kemudian tangannya meraih laptop yang juga berada di atas me
erisi makanan di tangannya. Melihatnya, Luna terdiam. Ia merasa sedikit De Javu, teringat pada momen menyedihkan dua minggu
engan potongan pisang dan stroberi, smo
asisten keluar dari kamar. Sayang, dia harus menelan sedikit rasa kecewa karena tidak melihat email balasan dari kotak masuk. Namun, sesaat kemudian dia memiliki ide lain. Mungkin karena ini masih terlalu pagi, jadi si pengirim belum bangun atau kemungkinan mem
berapa hal dan rencana hari ini, sebelum pergi mandi. Namun ketika dia telah usai berpakaian dan hen
alam. Dia setuju untuk pertemuan mereka hari ini. Luna meremas jemari dan menutup laptop perlahan. Berarti dia harus segera ber
pengawal atau mungkin juga dua orang untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi. Maka dari itu, dia harus segera menghubungi seseorang untuk menemaninya datang ke tempat pertemuan yang telah disepakati
inya di r
a? Kenap
ain adalah Emili itu sedikit terpaku sa
n menembak cukup baik dan kau juga sudah terbiasa dengan senjat
ta jenis revolver kepada Emili yang tampak agak t
a itu adalah senjata asli. Karena Emili memang pernah bekerja di salah satu pabrik se
? Membelinya secara resmi?" Emili menga
ku harap kau tidak keberatan, Bu. Temani aku sa
k, Bu. Saya bers
kasih
ng yang menjadi pengawal untuk pertemuan yang diwaspadai. Dia pikir atasannya itu akan mencari orang lain. Namun dengan kepercay
mili membawa mobil yang mereka tumpangi menuju area parkir, Luna tampak lebih banyak diam. Mengatur napas untuk menetralkan sedikit rasa gugup di dada. Jujur saja, ia
semangat pada Luna. Perempuan berdarah Belanda dengan rambut ikal-pendek itu tampak siaga
dan menanyakan nomor sebuah ruangan yang menjadi tempat pertemuan mereka. Tanpa banyak bicara, si pe
an resepsionis tadi dan ternyata itu mengarah pada seb
ya, apakah memang pimpinan perusahaan furnitur itu atau bukan. Ia sedikit takut salah menduga dan mungkin yang lebih m
. Semua akan b