Why Im Fall For You
ul
sedang membayangkan email tanpa nama pengirim yang diterima semalam. Namun karena saat itu baru bangun dan kurang terkendali, maka dia pun jatuh dari ranjang sebelum meraih benda yang hendak dijangkaunya. Beruntungnya ranjang tempat tidur itu tidak terlalu tinggi. Ia mengaduh pelan sambil memeg
tol yang tersedia di atas meja kecil, setelah mengucek mata. Sangat salah dirinya jika
uka laptop untuk memeriksa email. Itu bisa ditunda. Lagipula saat melirik pada jam di dinding kamar sekilas, waktu masih sangat pagi. Meski ia juga tidak
pun kehilangan jejak, tak tahu lagi harus mencari ke mana perginya tiga pelaku tersebut. Ini menjadi kebingungan tersendiri bagi Luna karena ia tak menyangka bahwa tiga karyawannya tersebut sungguh di luar dugaan. Memiliki kema
g masih bisa diperbaiki meski nyatanya itu sungguh terasa rumit bagi diri Luna. Menghadapi masalah besar, ia berusaha untuk hanya mengandalkan
ubuh dengan sabun ketika mandi. Saat itu juga, ia tetiba terpikirkan untuk bertanya pada seseorang mengenai email yang diterimanya. Dia butuh saran menyikapi sura
satu-satunya cabang restoran miliknya yang tersisa. Akhir-akhir ini semenjak kasus penggelapan dana restoran terbongkar,
ah sarap
asi wajahnya. Wangi harum nan lezat menguar dari tangannya yang memegangi sebuah nampan berisi menu sarapan yang biasa dia bawakan seperti kebanyakan pagi hari untuk puterinya. Ya, tetapi hanya ketika dia sedang sehat seperti sekarang. Terkadang
ah repot-repot membawakan makanan untukku setiap pagi. Ma
buk memandangi layar alat elektronik di hari yang masih sangat pagi. Meski begitu, pemandangan tersebut bukanlah hal baru bagi ibunda Luna. Hal itu justru
an memiliki ujian hidup yang bertambah, setelah ke
terpeleset dan menyebabkan tubuhnya terdorong ke depan. Kepalanya membentur tepian ranjang dengan suara yang cukup keras saat
ibunya yang terbaring langsung tak sadarkan diri di de
! Bibi to
datang bersama adik pertamanya. Mereka segera membawa wanita itu ke rumah sakit saat itu juga. Dalam perjalanan, Luna tak kuasa menahan emosi serta air matanya yang men
it Santo
paruh baya itu terlihat diam satu sama lain. Hanya sesekali saja Fero yang melirik kakaknya dengan raut yang amat tak tenang. Sementara wajah Luna sudah basah karena air mata sedari
dua anak itu. Dia pun tak lagi berani bertanya setelah sebelumnya me
tim medis yang menangani ibu mereka membuka pintu ruangan terse