TIIIINNN! TIIIINNNNN! "HEH!! KALO JALAN ITU DI PINGGIR! DITENGAH KHUSUS BUAT LEWAT MOBIL!!!" cecar Leon tanpa henti. Embun tak memperdulikannya, ia hanya terus berjalan. "Haha, gadis kampungan kayak lo bisa apa?!" ejek Leon kembali dari dalam mobil sport mewahnya. Seketika, Embun menghentikan langkah kakinya. Entah mengapa kini ia emosi mendengar Leon meremehkan dirinya. Tanpa takut, Embun menoleh sadis kearah laki- laki yang mengejeknya barusan. "Tunggu dan lihat saja! Gue akan jadi Ratu di Ajang Pemilihan Queen of School!" tegasnya pada Leon. *** Mutiara Embun Pagi. Itulah nama lengkap gadis yang sering dipanggil "Embun" di sekolahnya. Semenjak orang tuanya meninggal, Embun harus pergi ke Jakarta demi menuruti wasiat ayahnya. Kehidupan di Jakarta membuatnya harus terlibat dengan laki- laki yang terus menganggunya. Leon Bhaskara Granada, seorang playboy tampan dan kaya yang memenangkan Ajang Pemilihan The King of School. Akankah Embun dapat bertahan dan membuat Leon jatuh hati padanya? Akankah Embun dapat memenangkan Ajang Pemilihan Queen of School dan menjadi pendamping Leon? A. Tan mengungkapkan kisah Mutiara Embun Pagi dalam "Ketua Jurusan vs Cewek Kampungan" dengan goresan pena yang sangat menarik!
Semenjak kepergian ayahnya. Gadis berusia tujuh belas tahun yang mempunyai nama lengkap "Mutiara Embun Pagi" mau tidak mau harus menjalankan wasiat yang ditinggalkan oleh almarhum ayahnya.
------------------------
Untukmu anakku tersayang : Mutiara Embun Pagi
Surat ini adalah permohonan maaf sekaligus harapan ayah padamu.
Embun...
Ketika kecil, kamu bernaung di dalam pelukan ayah.
Membiarkan ayah melindungi, mengarahkan, mengajarkanmu hal-hal yang perlu kamu tahu dalam menghadapi dunia ini.
Ayah berusaha memberikan cinta dan perhatian kepadamu, meski terkadang kamu tidak dapat mengerti cara ayah melakukannya.
Pada akhirnya, kamu percaya bahwa kamu akan aman selama ayah ada bersamamu, karena ayah yang memberi kehidupan kepadamu.
Bahkan, kamu menganggap ayah superhero-mu.
Maafkan ayah, Nak.
Jika kamu membaca ini, berarti ayah sudah tidak lagi berada disampingmu.
Ayah harap kamu bisa meraih cita-cita yang kamu impikan, Nak.
"Rumah nomor 01. Jl. Johar Baru Utara 01, Jakarta Pusat."
Setelah membaca surat ini, ayah harap kamu dapat secepatnya datang kesana.
Ada sedikit uang yang ayah tinggalkan didalam guci di meja dapur.
Sekali lagi, maafkan ayah. Nak.
-------------------
Embun membaca surat itu dengan tangan yang bergetar dan hati yang menangis. Ia tidak menyangka, secepat itu ayahnya akan meninggalkannya. Ibunya telah meninggal disaat ia masih kecil, mungkin saat itu ia masih berusia dua tahun. Akhirnya ia hanya dirawat oleh nenek dan ayahnya. Akan tetapi tahun lalu, neneknya juga meninggal. Dan tahun ini ayahnya yang meninggalkannya.
***
Pagi- pagi buta, Embun sudah bersiap untuk pergi ke Jakarta. Dari Demak, ia menaiki biss untu pergi ke Jakarta. Embun membawa beberapa lembar uang seratus ribuan yang ditinggalkan ayahnya di dalam guci dapur.
Suasana pagi itu tak seramai biasanya. Kursi- kursi di dalam bis banyak yang kosong. Embun duduk di kursi tengah, di dekat jendela. Barang- barang yang dibawanya sudah dikemas rapi didalam koper yang ia taruh di bagasi bawah bus. Embun membawa beberapa bekal makanan, ada roti, permen, pisang, dan air putih untuk ia minum di dalam bis. Embun harus berhemat, ia harus segera sampai di alamat yang ditulis oleh ayahnya di surat itu.
Setelah menempuh kurang lebih sepuluh jam perjalanan, akhirnya Embun telah sampai di Jakarta Pusat. Jam tangannya telah menunjukkan pukul empat sore. Ia turun di Terminal Senen, Jakarta Pusat. Tak lupa, Embun mengambil koper yang ditaruhnya di bagasi bis. Dan Embun segera berjalan keluar dari Terminal Senen. Ia mencari kendaraan yang bisa mengantarkannya ke alamat yang tertera di surat wasiat ayahnya. Embun tampak menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia berpikir keras.
"Duh, naik apa ya. Ojek? Ah, tapi aku takut kalo naik ojek. Naik taxi? Mahal. Naik bajaj?" batinnya dalam hati.
Akhirnya ia terus saja berjalan. Sampai ia lihat ada Halte Bus.
"Sepertinya itu halte bus dalam kota, coba aja kesana lah," pikirnya sambil berjalan menyeret kopernya.
Awalnya ia tidak tahu, akan tetapi di halte bus ada penjaganya. Tanpa malu- malu, Embun segera bertanya pada perempuan muda penjaga halte.
"Permisi, Mbak. Maaf, saya mau bertanya. Kalo mau ke Jalan Johar Baru Nomor 01 bisa naik Busway Trans Jakarta ini?" tanya Embun.
"Bisa, dek. Silakan beli tiket busway dulu ya, harganya tiga ribu lima ratus, dek." jelas mbak penjaga halte.
"Oh, iya. Ini uangnya, Mbak." Embun menyerahkan selembar uang lima ribuan ke penjaga halte.
"Iya, tunggu sebentar ya." Tampak perempuan muda penjaga halte itu memencet mesin tiket, dan selembar struk tiket pun keluar dari mesin itu.
"Ini, struknya, ini kembaliannya. Silakan tunggung di koridor tiga ya!" perintah penjaga halte itu.
Embun menerima kembalian uang dan struknya. Lalu mengangguk dan berucap kearah penjaga itu, "terimakasih."
Embun duduk di kursi tunggu penumpang busway. Hingga terdengar seruan dari penjaga perempuan tadi.
"Dek, masuk bis itu," kata penjaga itu sambil menujuk bis yang berhenti.
Dengan cepat, Embun segera menaiki Busway Trans Jakarta itu.
"Wuah, bagus banget bis ini. Andai aja di Demak ada Trans Demak ya, pasti berangkat sekolah akan lebih nyaman. Gak perlu naik sepeda," pekiknya dalam hati.
Embun memejamkan matanya. Menikmati suasana menaiki Busway Trans Jakarta. Ada lagu- lagu yang diputar lembut dan AC bus yang dingin. Membuat Embun sangat betah berada di dalam busway.
Entah berapa menit lamanya ia berada di dalam busway. Penjaga bus menuju ke arahnya dan bertanya, "Mau turun dimana, dek?"
"Di jalan Johar Baru No.1, Kak." Embun menjawabnya,
"Oh, berarti habis ini turun ya," kata Mas laki-laki yang bertugas membukakan pintu busway.
"Iya Mas." Embun hanya mengangguk mengikuti arahannya.
Ting Tong!
Bel busway telah berbunyi. Setelah pintu terbuka, Embun segera turun dari bus dengan menyeret kopernya. Ia membuka ponselnya. Dilihatnya google maps. Embun berjalan kaki mengikuti peta. Memang benar ia sudah berada di Jalan Johar Baru No. 1 sekarang. Ia hanya perlu mencari rumah dengan nomor 01. Embun berjalan melihar satu persatu deretan ruko dan rumah mewah yang berada di jalan itu. Hingga dilihatnya ada pagar tinggi bernomor 01 diatasnya. Rumahnya gedongan dari luar tampak luas dan sangat mewah. Ada pak satpam yang berjaga di pintu gerbang rumah itu.
"Ini, pasti ini. Nomor 01," batinnya dalam hati.
Sebelum memasukinya. Embun membaca kembali suratnya. Jikalau saja ia salah alamat.
"Udah bener kok. Tapi apa ini? Aku disuruh ayah mendatangi rumah artis atau bagaimana? Luas banget!" pekiknya dalam hati.
"Huuuhh. Semoga ada banyak hal baik untukku di dalam sana."
Embun menyempatkan diri untuk berharap sebelum ia memasuki rumah itu. Dan akhirnya, ia melangkahkan kaki mendekati pintu gerbang yang dijaga oleh beberapa satpam.
"Permisi, Pak. Saya Embun. Saya mendapatkan pesan jika saya harus datang ke rumah ini," jelasnya pada pak satpam.
Pak Satpam yang melihat kedatangan Embun itu tampak saling pandang dengan rekannya.
"Joko! Mungkin ini gadis yang dimaksud Nyonya? Yang dsatang dari desa itu, disuruh menjadi pembatu di rumah ini?" Pak Satpam yang bernama Kris itu tampak bertanya- tanya.
"Iya, mungkin. Suruh masuk aja, jangan sampai Nyonya marah kembali dengan kita nanti," sahut Pak Satpam yang bernama Joko.
Ingin sekali Embun menjelaskan dengan Pak Satpam jika saja ia bukan pembantu. Tapi lebih tepatnya disebut tamu. Yang datang dari desa untuk memenuhi wasiat ayahnya. Akan tetapi, ia takut jika menjelaskannya pada Pak Satpam, ia tidak akan diizinkan masuk ke rumah itu.
"Bodo amat lah. Pak satpam mau nyebut aku calon pembantu atau apa! Yang penting aku bisa masuk ke rumah ini dan menunjukkan surat wasiat bapak pada pemilik rumah ini," pekiknya dalam hati.
***
Bab 1 Pergi ke Jakarta
01/07/2023
Bab 2 Rumah Keluarga Bhaskara Granada
01/07/2023
Bab 3 Kamar untuk Embun
01/07/2023
Bab 4 Melihat Leon Sekilas
01/07/2023
Bab 5 Mengenal Leon Bhaskara Granada
01/07/2023
Bab 6 Flash Back, Teddy Menantang Leon
01/07/2023
Bab 7 Flash Back, Perdebatan di Kantin
01/07/2023
Bab 8 Flash Back, Leon Frustasi
01/07/2023
Bab 9 Flash Back, Leon Belajar Keras
01/07/2023
Bab 10 Flash Back, Sarapan dengan Reiji
01/07/2023
Bab 11 Flash Back, Ulangan Bahasa Indonesia 1
05/02/2024
Bab 12 Flash Back, Ulangan Bahasa Indonesia 2
05/02/2024
Bab 13 Flash Back, Ulangan Bahasa Indonesia 3
06/02/2024
Bab 14 Flash Back, Leon Menang
06/02/2024
Bab 15 Proposal Tim Basket SMK Shalazz
06/02/2024
Bab 16 Pertemuan dengan Leon, Memecahkan Piring!
06/02/2024
Bab 17 Hampir Dicium Leon
06/02/2024
Bab 18 Bertemu Reiji
06/02/2024
Bab 19 Informasi dari Agsa
06/02/2024
Bab 20 Pelukan dari Leon
06/02/2024
Bab 21 Embun ke Kamar Leon
06/02/2024
Bab 22 Ya ampun, Leon!
06/02/2024
Bab 23 Go to School with Leon
06/02/2024
Bab 24 Bertemu dengan The Pink
06/02/2024
Bab 25 Mengisi Formulir Kepindahan
06/02/2024
Bab 26 Masuk Jurusan Tata Boga
06/02/2024
Bab 27 Pernyataan Perasaan saat Pertama Kali Bertemu
06/02/2024
Bab 28 Leon Curhat dengan Max
06/02/2024
Bab 29 Melihat Leon Bersama The Pink
06/02/2024
Bab 30 Embun Keren!
06/02/2024
Bab 31 Pembahasan Ajang Queen of School
06/02/2024
Bab 32 Taman Shalazz White
06/02/2024
Bab 33 Terpilih Mengikuti Seleksi
06/02/2024
Bab 34 Leon Mengejek Embun
06/02/2024
Bab 35 Basah Kuyup Gegara Leon
06/02/2024
Bab 36 Makan Siang dengan Leon
06/02/2024
Bab 37 Mencari Kerja Part Time
13/05/2024
Bab 38 Ruang Supervisor HongFood
13/05/2024
Bab 39 Menulis Diary
13/05/2024
Bab 40 Perilaku Impulsif Leon
13/05/2024
Buku lain oleh A. Tan
Selebihnya