Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Di salah satu kamar rawat di rumah sakit terbesar di Kalimantan Selatan. Seorang pria berusia sekitar 40 tahunan sudah lima bulan terbaring lemah di atas brankar dengan peralatan medis terpasang di bagian tubuhnya.
"Mah, sampai kapan aku berada di sini? Aku sudah tidak sanggup lama menahan rasa sakit. Kenapa hidupku bisa bertahan selama ini? Aku sudah lelah. Ini saatnya untuk aku beristirahat dengan tenang," rintih pria bernama Rendy mengusap perutnya yang semakin hari semakin membuncit.
Di sebelah brankarnya, terdapat dua orang wanita. Merupakan istri dan anaknya. Mendengar kata putus asa dari sang suami, Fatiya berderai air mata. Begitu pula dengan Zhenna anak tunggal mereka.
"Papa nggak boleh berkata seperti itu, famali. Umur Papa masih panjang, masih ada jalan untuk kita hidup bersama. Percayalah dengan takdir! Papa pasti akan sembuh," bujuk Zheanna mengusap punggung tangan ayahnya.
Zheanna menyambar tissue basah di atas meja. Hendak membersihkan tubuh ayahnya yang sudah berdebu seharian belum dibersihkan. Hanya bantuan istri dan anaknya lah Rendy dapat membersihkan diri.
"Bagaimana Papa bisa sembuh, biaya berobatnya mahal sekali. Jangankan bayar biaya berobat, untuk makan sekali sehari saja sudah syukur. Jadi kesembuhan Papa hanyalah sebuah harapan belaka," desis Rendy merasa harapan hidup sudah tidak ada lagi.
"Papa tidak usah memikirkan biaya berobat. Aku yakin akan ada pertolongan untukmu dalam bentuk apapun itu. Ada banyak jalan rencana Tuhan mengangkat penyakitmu," sahut Zheanna sambil melab kulit tangan ayahnya yang berdebu.
"Benar kata Zheanna. Kalau Tuhan berkehendak, yang mustahil bisa saja terjadi," tambah Fatiya menyeka air mata yang menangisi keluhan suaminya.
Rendy terdiam menatap sedih kedua wanita di samping brankar. Selama ini, dirinyalah menjadi tulang punggung keluarga. Istrinya pengangguran, sedangkan Zheanna baru kelas dua SMA. Mereka jelas membutuhkan dirinya memenuhi kehidupan.
Klek! Tiba-tiba handle pintu ditarik dari luar oleh seseorang dari luar. Sontak situasi yang tadi sedih, hening seketika. Tiga orang di dalam ruangan itu, mengarahkan pandangan ke ambang pintu.
"Em… permisi!" ucapnya lembut menunjukkan diri.
Pria tinggi 180 sentimeter, dengan kumis tipis menghiasi wajahnya, dan bentuk tubuh kekar menambah, berdiri tegak di ambang pintu melirik semua orang di dalam ruangan tersebut.
Rendy, Fatiya, dan Zheanna menatap pria itu dari ujung kaki hingga kepala. Dari penampilannya, dia bukanlah sembarangan orang. Semua barang yang dikenakannya, branded berharga jutaan yang didesain oleh desainer ternama.
Ia melangkah masuk ke dalam dengan tatapan datar. Pria berumur 27 tahun itu masuk ke dalam menghampiri mereka.
"Selamat siang Om, Tante!" sapanya lembut, senyum manis tersiar dari bibir seksinya menyapa Rendy dan keluarga.
"Kamu siapa yah? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Rendy mengenali wajah pria muda yang menjadi inti di tengah diantara istri dan putri semata wayangnya.
Ia hanya tersenyum sembari menjulurkan tangan kanannya ke hadapan Rendy. Dengan tangan bergetar, Rendy membalas uluran tangannya. Rendy merasakan tangan pria muda itu terasa sangat lembut, bak tissue. Pasti dia bukanlah sembarangan orang.
"Perkenalkan… saya Elvin Saputra Maharani…," ujarnya menggantungkan kalimat berganti menjabat tangan Fatiya dan Zheanna.
"Apakah kalian mengingat akan sesuatu dengan nama belakangku?" tanya Elvin menatap ketiga orang di depan silih berganti. "Aku adalah putra Ryder Saputra Maharani, pemilik perusahaan Cahaya Maharani Crop. Perusahaan paling terbesar kedua di Asia," jelas Elvin mengejutkan Rendy dan Fatiya. Sedangkan Zheanna masih polos, belum tahu apa-apa.
"Jadi, kamu anaknya Ryder?" Rendy bertanya dengan detakan jantung yang begitu kencang. Ternyata Elvin adalah anak dari mantan sahabatnya dulu.
"Iya Om. Saat ini sayalah pemegang kendali perusahaan Cahaya Maharani Crop, menggantikan ayah saya yang telah tiga tahun meninggal dunia. Om mengingat Ayah saya, 'kan?" jelas Elvin membuka kembali lembaran usang kisah dirinya dulu menjadi sahabat Ryder.
Ruangan yang tidak hanya ada empat orang di dalamnya, Elvin telah membuat situasi menjadi hening.