Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dokter Milik Tuan Muda

Dokter Milik Tuan Muda

Naureen Ragdha

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
87
Bab

Menceritakan kisah seorang dokter bernama Kimmy Jordan yang telah menerima perjodohan yang telah direncanakan oleh kedua orang tuanya. Namun, setelah mengiyakan perjodohan tersebut kimmy justru jatuh cinta dengan seorang pria yang merupakan pemilik cafe tempat biasanya ia menghabiskan waktu dengan sahabatnya. Apakah yang dilakukan kini selanjutnya? Akan dibumbui juga dengan kisah dokter Inggit yang menikah karena perjodohan dengan seorang pria dingin dan kaku yang ia berikan julukan sebagai beruang kutub. Bagaimana kisah para dokter cantik ini dalam menjalani kisah percintaan mereka? Nantikan!

Bab 1 Menerima Perjodohan

Suara alarm berbunyi. Di kamar yang cukup luas, bernuansa ungu seorang gadis menggeliat di balik selimutnya yang berwarna senada dengan kamar serta furniture lainnya. Semua serba ungu.

Tangan putih bersihnya berusaha meraih jam weker yang terletak di atas nakas tepat di samping tempat tidurnya,mematikan alarm tersebut. Mengumpulkan separuh nyawanya, mengucek kedua matanya agar penglihatannya bisa kembali normal.

Tak hanya itu, gadis itu kemudian mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi seperti yang biasa ia lakukan sebelum sebelumnya. Itulah kebiasaan wanita itu ketika bangun tidur.

Tanpa mengeluarkan suara, gadis itu beranjak ke bathroom, membersihkan diri kemudian mengambil air wudhu untuk menjalankan ibadah.

Selepas kegiatannya, ia melangkahkan kaki keluar kamar, menuruni anak tangga, menuju ke halaman rumahnya yang cukup luas. Berjalan pagi sambil menghirup udara sejuk nan segar.

"Kimmy!"

Ya, gadis itu bernama Kimmy Jordan. Seorang gadis cantik berusia 22thn, sedang menempuh pendidikan ilmu kedokteran. Setelah mendapatkan gelar S.Ked, ia masih harus menjalankan program pendidikan profesi atau koas.

Saat namanya disebut, gadis itu berbalik ke sumber suara. Suara yang sangat merdu di telinga.

"Iya ma. Ada apa?" Berjalan menuju ke sang mama.

"Bantuin mama dulu sayang, mindahin pot itu." Kiran adalah salah satu wanita gemar memelihara bunga, terutama bunga mawar dan bunga aglonema.

"Ma, perasaan baru tiga hari yang lalu para pot itu dipindahkan. Kenapa pindah tempat lagi?" Kimmy tak habis pikir dengan aktivitas yang menurutnya sangat membosankan itu.

"Disana pencahayaannya nggak bagus Kimkim sayang. Jadi harus pindah tempat lagi, biar bunganya sehat. Udah sini cepat, jangan banyak tanya." Tanpa memberikan waktu Kimmy berbicara, Kiran menarik tangan putrinya.

"Pencahayaan? Kayak mau ambil gambar aja ma," sahut wanita beriris hitam pekat itu.

"Jangan banyak komentar deh! Cepat bantu mama angkat."

Dengan mulut berkomat kamit Kimmy memindahkan satu persatu pot yang cukup besar dengan jumlah yang tak sedikit.

Saat semuanya telah selesai Kimmy menepuk kedua tangannya yang cukup berdebu. "Udah Ma. Kimmy harus mandi. Mau ke Rs nih!"

"Oke. Pergi mandi sana nanti kamu telat lagi." Mengibaskan kedua tangannya tanpa melihat putrinya.

Sebelum melarikan diri, Kimmy mencium pipi Kiran dan mencubit pipi Kiran hingga membuat wanita paruh baya itu berteriak. "Dasar bocah!" Namun ia tetap tersenyum.

*****

"Kimmy, sarapan dulu sayang!" teriak Kiran memanggil putri kesayanganya.

Dengan langkah terburu-buru Kimmy menuruni anak tangga, ransel yang ukurannya cukup kecil melekat di punggungnya.

"Pagi Pa, pagi Ma." Sapanya tersenyum.

"Pagi anaknya Papi. Are you okay?" Bukan tanpa tujuan pertanyaan itu terlontar dari bibir Jordan selaku ayah yang juga berprofesi sama dengan Kimmy, sebab semalam mereka sempat bersitegang.

"Hmm, i'am okay Pi." Meraih roti tawar lalu mengolesnya dengan selai coklat seperti biasanya.

"Baguslah! Habiskan sarapanmu."

Kimmy mengangguk tanpa menjawab, lalu meneguk susu coklat hangat yang di depannya.

Saat semuanya selesai Kimmy berpamitan kepada kedua orang tuanya lalu melangkah ke garasi mengambil mobil putihnya.

.

"Pagi Kim!" sapa teman sejawatnya saat mereka berpapasan di parkiran Rumah sakit.

"Hey, pagi Inggit."

"Laporan sudah selesai?" Kimmy mensejajarkan langkahnya dengan gadis cantik bak model itu, masuk Rs menuju ke ruangan mereka.

"Sedikit lagi!"

"Sama, aku juga."

Pembicaraan itu mengalir seputar tugas tugas mereka di RS tersebut. Sembari membalas sapaan sesama teman sejawat ataupun teman lainnya yang berbeda profesi.

Kimmy dan Inggit melakukan kegiatan rutin mereka setelah sampai di Rs. Kembali bergelut dengan laporan setelah semua kegiatan rutinitasnya terlaksana. Dengan jemarinya yang masih memegang pena Kimmy mengingat kembali percakapannya dengan kedua orang tuanya semalam.

Flashback On

"Kim, ada yang ingin kami bicarakan sayang!" pinta Kiran.

Jordan dan Kiran saling pandang, bermaksud saling mendorong dengan tatapan. Papi yang ngomong. Mami yang ngomong. Seperti itulah kira-kira.

Kimmy mengerutkan keningnya saat kedua orang itu hanya diam dan saling menatap.

"Katanya papi sama mami mau ngomong. Kenapa jadi pandang pandang gitu?"

Eh?!

Kiran berdehem, pada akhirnya dia yang harus membuka suara.

"Sayang, apa kamu keberatan kalau kami menjodohkanmu?"

Kimmy tersentak, terlihat dari ekspresi wajahnya dan alisnya yang hitam itu berkedut. Namun dengan cepat wanita itu mengubah mimik wajahnya kembali normal.

"Dijodohkan dengan siapa?"

"Dengan anak sahabat Papi, Sayang." Kali ini Jordan yang ikut menimpali percakapan itu. "Papi sudah sangat lama kenal dengan beliau. Kebetulan saat itu dia melihat kamu dan sempat bertegur sapa denganmu waktu acara nikahan direktur Rumah Sakit. Dia langsung menyukaimu dan kemarin dia minta Papi untuk menjodohkan kamu dengan putranya."

Kimmy terdiam, otaknya kembali memutar peristiwa dimasa itu.

Ah aku ingat!

"Sebenarnya mami sama papi sangat setuju, Sayang. Karena kami sudah mengenal beliau jadi kami tidak ragu jika nantinya kamu menikah dengan putra mereka. Mereka sangat baik dan juga ramah."

Belum tentu anak mereka sebaik orang tuanya!

"Tapi kami tidak memaksa kamu untuk menerima perjodohan ini, Sayang."

Melihat raut wajah orang tuanya sangat berharap, Kimmy merasa tidak enak hati mematahkan keinginan orang tuanya. Terlebih lagi dia tidak punya alasan tetap untuk menolak. Pacar aja tak punya, mau pakai alasan apa coba! Telak.

Meski kata tak memaksa terlontar dari bibir kedua orang tuanya, namun Kimmy menyadari jika orang tuanya sangat berharap ia menerima perjodohan itu.

Menarik napas dalam. Ya Allah semoga ini yang terbaik. Aku tak ingin membuat mereka kecewa.

"Kamu bisa lihat fotonya dulu kok. Laki-laki itu sangat tampan, dia adalah seorang pengusaha dibidang kuliner." Kiran yang sudah memegang foto itu menghentikan gerakan tangannya saat ingin menyodorkan selembar kertas foto itu.

"Tidak usah Ma. Kalau Mami bilang pria itu tampan berarti memang tampan, tidak perlu diragukan lagi. Biar jadi kejutan saja saat kami bertemu." Tersenyum kecil, keputusan pun telah ditetapkan Kimmy setelah berperang batin dengan dirinya sendiri.

"Jadi itu artinya, kamu?" Jordan menelisik putrinya.

"Iya Pi, Kimmy terima. Kimmy yakin, jika itu pilihan Papi dan Mami pasti itu terbaik untuk Kimmy." Beranjak duduk di perantara kedua orang tuanya, lalu memeluk mereka.

Aku tidak ingin mengecewakan kalian.

"Terima kasih, Sayang." Kimmy dan Jordan mencium masing masing pipi Kimmy yang terjangkau dari bibir mereka. Tertawa bahagia dengan keputusan sang putri tanpa harus melalui drama yang menegangkan.

Flashback Off

"Kim ... Kim ...." Menggoyangkan bahu Kimmy, namun wanita itu belum menyadarinya.

"Kimmy Jordan."

"Iya dokter. Tekanan darahnya 120/80." Suaranya semakin melemah saat menyadari siapa di depannya.

Inggit tertawa mendengar ucapan Kimmy.

"Inggit ih! Iseng banget sih!" Kimmy mencubit pelan lengan Inggit.

"Habis kamu melamun sih. Dipanggil dari tadi nggak sadar sadar. Apa yang kamu lamunin? Fokus benar!"

"Lagi merenungi nasibku." Wajah menyedihkan ditampilkan wanita itu lalu merebahkan kepalanya di meja.

"Memangnya nasibmu kenapa?" Inggit heran.

Mengangkat kembali kepalanya. "Nasibku malang, karena harus satu tim dengan kamu, yang super bawel, tukang makan, tukang gosip, suka stalking Ig Dr.Aidil, ehmmptt ...." Ucapan Kimmy terjedah saat Inggit membekap mulutnya.

"Jangan kencang-kencang ngomongnya, nanti ada yang dengar," bisik keras Inggit. Wajahnya bersemu merah.

"Cie blushing!" Jari telunjuk Kimmy berada tepat di depan wajah Inggit. Senyum jenakanya membuat Inggit tambah merona sekaligus kesal.

"Ih apaan sih!" Inggit menjauh dari Kimmy, kembali ke tempat duduknya.

"Cie, malu-malu."

"Diam nggak?"

"Cie cie. Jatuh cinta."

"Kimkim, nyebelin ih!"

"Biarin ih!"

Kimmy sejenak terhibur dengan kelakuan Inggit. Namun didalam hatinya juga sedang berkecamuk. Perjalanan hidup seperti apa yang akan dilaluinya nanti? Apakah semuanya berjalan lancar? Apakah kisah cintanya akan berjalan mulus, bebas tanpa hambatan? Semoga saja!

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Naureen Ragdha

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku