Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Om Duda and Me

Om Duda and Me

Naureen Ragdha

5.0
Komentar
2.7K
Penayangan
56
Bab

Azalea, seorang gadis cantik yang masih duduk dibangku SMA. Memilih melabuhkan hatinya kepada Om Sahabatnya yang berstatus Duda beranak satu. Kenzo, seorang pria tampan dan juga kaya raya. Istrinya meninggal saat melahirkan anak mereka. Sejak saat itu Kenzo tidak pernah lagi jatuh cinta. Namun suatu waktu seorang gadis yang umurnya terpaut cukup jauh darinya, mencoba mengusik ketenangannya. Bagaimanakah usaha Azalea menaklukkan Kenzo? Nantikan kisahnya!

Bab 1 Azalea dan Sahabat

Suara ramai terdengar dari para siswa-siswi yang sedang dalam mata pelajaran olahraga. Seorang gadis cantik, rambut hitam sebahu sedang melakukan pemanasan di sudut lapangan Volly.

"Azalea!" Terdengar suara cempreng yang memanggil namanya. Siapa lagi kalau bukan kedua sahabatnya.

Azalea, merupakan salah satu siswi kelas XII yang berprestasi di sekolah. Nilainya tak pernah mengecewakan. Selain pintar dia juga masuk kategori sebagai gadis yang cantik dan ramah namun sedikit pemalu. Ingat yah, hanya sedikit.

Banyak para siswa yang selalu ingin dekat dengannya, bahkan pemuja rahasianya tak terhitung lagi jumlahnya. Terbukti begitu banyak hadiah kecil yang selalu ia jumpai di laci mejanya di kelas setiap hari.

"Udah siap main?" tanya Viola yang sedang berjalan beriringan dengan Zinnia.

Viola dan Zinnia adalah sahabat Azalea. Berbeda dengan Azalea yang terkesan sedikit pemalu, kedua sahabatnya itu lebih terkesan ke sifat tak tahu malu. Yah, kedua sahabatnya itu adalah gadis yang narsis, bawel kayak emak-emak berdaster, tukang ghibah kayak para tetangga.

Namun nasib mereka berbeda, Viola dan Zinnia adalah anak seorang pengusaha kaya sedangkan Azalea hanya berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang buruh di salah satu pabrik penghasil makanan instan yang tak lain adalah perusahaan milik ayah Zinnia dan ibunya seorang penjahit rumahan. Kendati demikian Viola serta Zinnia selalu memperlakukan Azalea dengan baik. Bahkan ketika ada yang menghina Azalea mereka akan berada di barisan paling depan untuk membela Azalea.

Back to Lapangan Volly

Azalea dan para teman lainnya tengah bersiap untuk bermain. Para siswi berhadapan dengan siswi juga, begitu pun juga para siswa.

"Udah deh, ngaku kalah aja. Ngapain juga capek-capek main, kan sudah bisa ditebak siapa yang bakalan menang!" teriak salah satu siswa yang merupakan lawan Azalea dan juga sahabatnya.

"Ck, sombong sekali kau. Entar kalah juga paling nangis kejer. Huaaa ... Mami... Mami," ledek Viola dengan nada mengejek sambil memainkan bibirnya. Siswa lain yang mendengarnya ikut tertawa.

"Kau! Awas kau yah! Kalau begitu ayo buktikan siapa yang bakalan nangis di sini," sahut Asoka yang tak mau kalah. Asoka merupakan salah satu siswa satu kelas dengan Azalea dan lainnya. Meskipun pintar tapi Asoka terkesan sombong dan sedikit manja.

Asoka selalu menganggap Azalea dan sahabatnya sebagai musuh. Karena ia merasa iri dengan persahabatan mereka.

Permainan pun dimulai. Para suporter dari masing-masing team terdengar berteriak saling memberikan dukungan. Permainan berlangsung dengan begitu meriah, bahkan ada sebagian para guru yang sedang free ikut menyaksikan permainan para siswinya, terkadang mereka pun ikut bersuara.

Para siswa yang sedang bertanding di lapangan sebelah pun merasa terusik sekaligus penasaran. Mereka berlarian ke sumber suara untuk ikut menyaksikan pertandingan tersebut karena memang saat itu guru olahraga berhalangan hadir jadi mereka semua hanya bermain-main saja.

"Ayo Azalea, semangat!" teriak Afdal. Afdal merupakan salah satu cowok yang tak lain adalah teman Iqbal.

Iqbal adalah teman sekelas Azalea yang sudah satu tahun jatuh hati pada gadis itu, hanya saja tak pernah ia ungkapkan karena belum memiliki keberanian untuk itu. Bukan hanya Afdal yang mengetahui jika Iqbal temannya itu menyukai Azalea, bahkan Viola dan Zinnia pun tahu. Hanya saja mereka mengabaikannya dan

tidak pernah mengatakan kepada Azalea yang kurang peka itu.

Silih berganti para siswa-siswi berteriak menyuarakan dukungannya.

Setelah beberapa menit permainan berlangsung pertandingan pun dimenangkan oleh team dari Azalea dan kawan-kawan. Mereka semua berteriak sambil berpelukan serta lompat-lompat kegirangan, sedangkan team Jenika sedang bersungut kesal sambil menghentakkan kaki.

"SEKARANG KAU BISA LIHAT KAN SIAPA YANG TERBAIK. MAKANYA JANGAN SOK JAGOAN. HUU!" teriak Viola dan di ikuti tawa oleh sebagian siswa-siswi yang ada di sekitar lapangan tersebut.

"Jangan nangis yah..." tambah Zinnia.

Asoka mengepalkan kedua tangannya mendengar teriakan dari rivalnya tersebut. Dengan wajah yang merah padam karena marah sekaligus malu dia dan para dayang-dayangnya meninggalkan lapangan tersebut. Azalea hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum tipis melihat kelakuan para sahabatnya.

...

Sepulang sekolah seperti biasa Azalea selalu diantar oleh Viola dan Zinnia dengan mobil. Kadang memakai mobil Viola kadang juga dengan mobil Zinnia. Yah, Viola dan Zinnia memang tinggal satu kompleks. Sedangkan Azalea tinggal di perumahan sederhana.

"Assalamualaikum!" teriak Azalea begitu masuk ke dalam rumah dan disambut hangat oleh kucing kampung kesayangannya. Azalea menggendong kucing yang diberinya nama yaitu Si Manis sambil membelainya.

"Waalaikumsalam," balas Melati yang merupakan bunda Azalea.

Azalea meraih punggung tangan sang Bunda kemudian mengecup pipi kanan,kiri Melati dan bergelayut manja di lengannya. Sang bunda hanya tersenyum melihat kelakuan manja putri satu-satunya tersebut.

"Udah sana ke kamar bersihkan diri dulu. Kamu mau makan sayang?" tanya Melati kepada anaknya yang baru saja melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

"Nggak bun. Lea masih kenyang," jawab Azalea. Lea adalah panggilan keseharian Azalea ketika di rumah dan juga panggilan untuknya dari para tetangga dan kerabat dekat Azalea.

"Ya sudah, kamu bersihkan diri baru istirahat yah," titah sang bunda dengan nada lembutnya.

"Siap Bundaku Sayang," jawabnya sambil memberi hormat layaknya seorang prajurit sejati. Ia kemudian berlalu menuju ke kamarnya. Sedangkan Melati hanya tersenyum.

...

Langit sudah berganti warna, suara manusia yang berlalu lalang kini telah tergantikan oleh suara hewan-hewan kecil di balik rerumputan. Televisi kini tengah menayangkan cerita yang tayang bisa sampai 1000 episode dimana menjadi kegemaran para ibu-ibu berdaster. Begitupun dengan tayangan berita. Pada jam istirahat seperti ini terkadang Melati dan juga Wiranto Ayah Azalea memperebutkan remote televisi untuk melihat tayangan kesayangan mereka.

Wiranto atau biasa di sapa Wira, pria berumur setengah abad itu masih terlihat sangat tampan meskipun di wajahnya sudah sedikit ada keriput. Begitu juga dengan Melati. Tak salah jika Azalea lahir dengan wajah yang cantik. Karena memang ayah dan bundanya merupakan salah satu idola di sekolah dulu pada zamannya.

Azalea tengah bergelut di dapur untuk membuat makan malam. Selain pintar di sekolah Lea juga senang memasak. Keahlian memasaknya didapatkan dari sang Bunda dan Neneknya yang ada di kampung.

"Taraaa... Bunda, Ayah, makanannya udah siap! Makan yuk!" teriak Azalea kepada kedua orang tuanya yang saat ini tengah berada di depan televisi.

Di meja makan tengah tersedia nasi panas dengan lauk tempe goreng tepung, ayam goreng, sayur tumis sawi serta sambal. Sungguh makanan yang dapat menambah timbunan lemak di perut, sebab kalau sudah dapat lauk seperti ini dipastikan susah untuk berhenti sebelum piring lauk kosong. Heheh.

"Wah enak nih! Putri ayah emang jago masak," puji Wira kepada sang putri yang saat ini tengah tersenyum senang sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

"Iya donk Ayah, kan Bunda yang udah ajarin. Bunda nggak di puji nih?" tanya Melati dengan wajah cemberut.

"Iya iya. Pokoknya Bunda dan Lea deh yang terbaik," puji Wira yang membuat senyum terbit di wajah kedua orang kesayangannya.

Mereka pun makan dengan lahap sambil sesekali berbincang mengenai sekolah Azalea,pekerjaan Ayah, dan juga banyaknya orderan jahit untuk sang Bunda.

Setelah semua piring kosong, Lea membersihkan meja makan dan mencuci piring. Yah ketika malam hari ia memang biasa menggantikan sang Bunda untuk masalah dapur. Karena ia tak mau jika bunda kesayangannya itu sampai kecapean, terlebih lagi akhir-akhir ini orderan jahitnya menumpuk.

Sesekali Azalea pun juga turut andil membantu sang Bunda memproses jahitannya jika sedang tak banyak tugas sekolah. Iya sangat gemar memainkan pensilnya untuk merancang baju baju yang menurutnya cantik dan wow.

Tak salah jika Azalea bercita-cita menjadi seorang fashion desainer. Karena menurutnya sangat menyenangkan ketika ide yang dituangkannya di dalam kertas dinilai baik oleh orang lain apalagi ketika sang Bunda mengaplikasikannya dalam wujud sebuah gaun atau gamis untuk para customernya dan mereka pun puas dengan hasilnya.

Seperti sekarang ini, pagi-pagi salah satu ibu muda yang satu kompleks dengan mereka sedang mencoba gaun pesanannya untuk acara nikahan.

"Wow, ini pas sekali Bu Melati. Gaunnya cantik sekali. Aku selalu puas dengan hasil karyamu," puji tetangga mereka yang tak lain adalah Bu Icha. Bu Icha adalah salah satu customer tetap Sari. Kadang ia menerima orderan darinya dia sampai tiga kali dalam satu bulan.

"Terima kasih Bu Icha untuk orderannya. Ini juga modelnya bantuan dari Lea," ucap Sari.

"Iya, itu sebabnya aku selalu menyuruh Lea yang memilihkan model atau memodifikasi berbagai macam model, karena aku yakin hasilnya selalu memuaskan seperti ini. Semoga Azalea betul-betul bisa menjadi desainer yah bu Melati," tutur Bu Icha tulus sambil menyelipkan sedikit doa.

"Iya Bu Icha, semoga yah!" Senyum Sari kepada tetangganya itu.

Icha pun memberikan upah kepada Melati. Tak jarang kadang ia memberi lebih dari harga yang telah dibicarakan dengan alasan tambahan uang jajan untuk Azalea. Meskipun tak enak hati tapi Melati terpaksa menerimanya karena tak ingin mengecewakan Bu Icha.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Naureen Ragdha

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku