Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Budak ranjang tuan muda

Budak ranjang tuan muda

Elputri

5.0
Komentar
1.8M
Penayangan
151
Bab

Demi bisnis yang menguntungkan dirinya sendiri Rian tega menjual kekaksihnya pada seorang tuan muda yang bernama Albert. Albert menjadikan Renata yang merupakan seorang mahasiswa pertanian sebagai budak ranjangnya setiap hari, jika Albert marah Renata harus melayani Albert yang menyakitinya. namun seiring berjalannya waktu Albert memiliki rasa pada Renata dan menjadikannya pendamping hidup meski Albert harus menentang orang tuannya dan memutuskan pertunangannya dengan seorang wanita pilihan orang tuanya.

Bab 1 Dijual

"Ini wanita yang saya janjikan Tuan," kata Rian dengan sedikit mendorong tubuh Renata.

Renata yang takut tidak mau melepas tangan Rian, dia semakin erat memegangi tangan kekasihnya tersebut.

"Mas, aku takut mas. Kenapa kamu bawa aku kesini?" tanya Renata yang belum tau kalau dia tengah dijual oleh Rian.

Rian adalah kekasih biadab yang tega menjual kekasihnya sendiri pada seorang tuan muda yang suka main wanita.

"Lebih baik kamu duduk disana dengan tuan muda Albert, jangan buat dia marah dengan sikap kamu," kata Rian dengan berbisik.

Renata menatap Rian dengan tatapan bingung, dirinya merasa ambigu dengan perkataan Rian yang menyuruhnya untuk duduk di samping Albert.

"Ngapain duduk disana mas?" Tanya Renata.

Rian berusaha melepas tangannya dan mendorong Renata namun Renata enggan melepas tangan Rian tentu hal ini membuat Rian kesal.

"Tuan Albert sudah menunggu jangan buat dia marah," bisik Rian.

"Aku nggak mau mas," sahut Renata.

Renata memohon pada Rian untuk membawanya pulang karena hari sudah malam namun Rian hanya tersenyum.

"Dia ini masih berusia dua puluh tahun, kuliah baru semester empat Tuan, meski saya lama berhubungan dengannya tapi tidak sedikit pun saya diperbolehkan menyentuhnya jadi bisa dipastikan kalau dia masih ori Tuan Albert," jelas Rian yang membuat Renata membolakan matanya.

"Kamu menjual aku mas!" teriak Renata yang tidak percaya kalau Rian tengah menjualnya.

"Kurang lebih seperti itulah," sahut Rian dengan santai.

Renata sangat shock dirinya sungguh tak percaya, lelaki yang amat sangat dia cintai tega menjual dirinya.

"Mas aku mohon mas jangan lakukan ini," pinta Renata.

Mata Renata membasah, dia terus memohon namun Rian seakan tidak perduli.

Tak ingin ada banyak drama, Albert meminta anak buahnya untuk membawa Rian keluar.

"Jangan tinggalkan aku mas! mas!" teriak Renata saat Rian dibawa keluar oleh anak buah Albert.

Renata meronta ingin keluar namun anak buah Albert menahan Renata. Dengan tubuh yang gemetar Renata mendekati Albert meminta supaya dilepaskan.

"Tuan saya mohon, ijinkan saya pergi," pinta Renata.

Albert tertawa keras, mana mungkin dia melepas Renata begitu saja sedangkan untuk menyetujui bisnis dengan Rian, Albert telah mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

"Kalau kamu mau bebas bayar tiga triliun dulu," kata Albert.

Renata menangis darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Untuk biaya kuliah saya orang tuanya harus kerja keras.

Renata yang tidak mau dijadikan jaminan atas bisnis kekasihnya memutuskan untuk berlari namun secepat kilat anak buah Albert menangkap Renata. Dirinya terus meronta dan berteriak meminta untuk dilepaskan tapi anak buah Albert tidak perduli dengan teriakan Renata.

Albert yang mulai kesal menghampiri Renata yang dipegangi oleh anak buahnya. Albert mengelus pipi Renata dengan tersenyum sinis.

"Setiap wanita ingin sekali aku tiduri tapi kamu malah ingin lari," kata Albert.

Renata menangis histeris, dia tidak mau digagahi oleh orang asing, apalagi usia Albert jauh diatasnya.

"Tuan saya mohon, biarkan saya pergi," pinta Renata.

"Enak saja," sahut Albert.

Albert memerintahkan anak buahnya untuk membawa Renata ke mobil karena dia ingin pulang ke mension.

Renata terus menangis, di dalam mobil dia terus meminta pada Albert untuk melepaskannya.

Melihat Renata yang menangis membuat Albert pusing, selama ini tidak ada wanita yang bersikeras untuk pergi darinya justru para wanita menawarkan diri untuk bisa dekat dengannya.

"Kamu sekarang telah menjadi milikku, Rian kekasihmu itu telah menjual dirimu padaku, jadi sudahi tangisanmu itu, telingaku sakit mendengarnya," Albert sungguh kesal.

Renata seketika terdiam, percuma juga dia meminta dan menangis. Kekasihnya Rian sungguh biadab menukarkan dirinya dengan bisnis yang menguntungkan dirinya sendiri tanpa memikirkan nasibnya sama sekali.

Sesampainya di mension, Albert membawa Renata masuk ke dalam kamarnya. Renata sungguh takut, dia bingung apa yang harus dilakukannya.

Dengan tubuh yang gemetar Renata duduk di sofa sambil meremas tangannya yang penuh dengan keringat.

Albert yang merasa gerah masuk kamar mandi dan beberapa saat kemudian dia keluar hanya dengan handuk kecil yang melilit di pinggangnya.

Renata yang terpesona menatap Albert dengan lekat, melihat perut yang kotak-kotak membuat Renata menelan saliva yang terus mengalir.

"Ini perut apa roti sobek," batin Renata.

Tau Renata memperhatikan tubuhnya membuat Albert tersenyum.

"Kelihatannya kamu tertarik dengan tubuhku," kata Albert yang seketika membuat Renata membuang tatapannya.

Dengan senyum yang mengembang Albert berjalan kemudian duduk di samping Renata.

"Sudah siap?" tanya Albert sambil merangkul Renata.

Renata menggeleng dan ini membuat Albert tertawa.

"Sayangnya kamu tidak memiliki opsi untuk menolak," bisik Albert.

"Pilihan kamu adalah melepas baju kamu sendiri atau aku yang akan melepaskannya," sambungnya kemudian.

Renata membola matanya kali ini tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.

"Jangan takut, aku akan memperlakukan kamu dengan baik tapi semua tergantung servis kamu di ranjang. Ingatlah mulai sekarang kamu adalah budak ranjang aku," tukas Albert.

Air mata Renata merembes keluar, hatinya sungguh perih mendengar status yang diberikan oleh Albert.

"Wanita aneh, setiap wanita pasti akan senang jika dekat dengan aku tapi dia kenapa malah menangis? apakah aku keliatan tua atau jelek?" batin Albert sembari meraba kulit wajahnya.

"Ibu, ayah maafkan Renata yang harus menjadi budak ranjang tuan muda ini," batin Renata.

Albert dan Renata bicara di dalam hati mereka masing-masing.

"Tuan, malam ini saya akan melayani anda tapi dengan satu syarat," Renata mengajukan persyaratan.

"Apa?" tanya Albert.

"Saya ingin anda tidak menahan saya disini," jawab Renata.

Lagi-lagi albert tertawa mendengar permintaan Renata, namanya budak tentu harus stay di tempat karena sewaktu-waktu si tuan membutuhkan budaknya.

"Kamu itu budak bukan kekasih," kata Albert yang lagi-lagi membuat hati Renata tercabik.

Kata-kata Albert sungguh menusuk hatinya, budak bahkan lebih rendah dari seorang pelayan.

"Tapi bagaimana dengan kuliah saya tuan?" tanya Renata dengan menangis.

Melihat Renata menangis membuat Albert iba, baru kali ini hatinya merasa iba pada orang lain.

"Baiklah aku akan berbaik hati padamu, kamu bisa kuliah dan seusai kuliah kamu kembali lagi ke sini dan awas jangan coba-coba lari dariku," jawab Albert dengan mengancam.

Meski takut namun Renata sangat senang, setidaknya dia masih diperbolehkan kuliah.

Tak ingin membuang waktu, Albert menaikkan dagu Renata lalu mencium bibirnya.

Mendapatkan ciuman yang tiba-tiba membuat Renata mematung, dirinya hanya diam membiarkan Albert melahap bibirnya.

Kesal karena Renata mengunci mulutnya Albert berinisiatif menggigit bibir bawah Renata dan ini berhasil membuat Renata membuka mulutnya, tanpa basa basi Albert langsung masuk saja untuk mengabsen rongga mulut wanita yang kini berstatus menjadi budaknya.

"Kamu sangat kaku sekali, apa tidak pernah berciuman?" tanya Albert setelah melepas pautannya.

"Tidak," jawab Renata.

"OMG, kemana saja kamu Renata," sahut Albert.

Albert memijat pelipisnya, tak disangka dia mendapatkan wanita polos, jaman sekarang sungguh jarang ditemui wanita yang benar-benar virgin.

"Ya sudah sekarang layani aku," titah Albert.

Renata hanya diam sambil mencengkeram sofa dengan tangannya, keringatnya mengucur deras meski kamar Albert bersuhu rendah.

"Jangan menguji kesabaranku Renata, opsinya seperti yang aku bilang tadi, aku yang melepas pakaian kamu atau kamu yang melepasnya sendiri tidak ada opsi menolak," jelas Albert.

"Saya sendiri saja Tuan." Renata memilih melepaskan bajunya sendiri.

Tangan Renata bergetar saat membuka resleting bajunya, air mata tak kunjung berhenti berharap Albert mengurungkan niatnya.

"Kalau kamu menangis terus kapan terbukanya baju kamu?" kata Albert dengan memijat kepalanya karena sedari tadi menurutnya terlalu banyak drama.

"Maaf Tuan saya tidak bisa melakukannya," ucap Renata yang membuat Albert sontak marah karena merasa dipermainkan oleh Renata.

Kesabarannya sungguh diuji oleh seorang Renata. Ingin bercocok tanam saja harus bertele-tele.

"Jangan menguji kesabaranku, aku tidak ingin ada drama malam ini. Aku hanya butuh pelepasan," maki Albert.

"Aku mohon Tuan," pinta Renata.

Amarah yang dia tahan kini memaksa keluar, tangannya menyeret tubuh Renata dan melemparnya ke tempat tidur.

"Sudah aku bilang, jangan menguji kesabaranku, aku tidak mau ada drama apapun, aku sudah membayar kamu dengan mahal tidak peduli kamu mau atau tidak, kamu tetap menjadi budak ranjang aku sampai aku bosan," ucap Albert dengan tatapan mautnya.

Tangan Albert melepas baju Renata dengan kasar, amarah di dadanya meletup-letup hingga dirinya tidak ingin bicara baik-baik lagi.

Tanpa aba-aba Albert menindih tubuh mungil Renata. Dirinya melahap bibir dan leher Renata dengan kasar plus panas, dia tidak peduli dengan tangisan Renata karena yang terpenting baginya adalah mendapatkan pelepasan.

Bibirnya turun ke bawah untuk menjelajah pegunungan ranum milik Renata yang tidak pernah tersentuh sama sekali.

Meskipun pemaksaan namun Renata bisa merasakan nikmat saat bibir Albert menghisap pucuk buah dadanya.

Inilah saat yang ditunggu oleh Albert yaitu melakukan penyatuan, meski sulit menerobos pertahanan Renata namun Albert tidak menyerah, dia tidak peduli dengan teriakan Renata yang mengeluhkan sakit.

"Aaaaaahhhhhhh," teriakan Albert menggema saat batang kerasnya mampu menerobos goa sempit Renata.

Air mata semakin mengalir deras, hilang sudah mahkota yang selalu Renata jaga, mahkota yang akan dia persembahkan untuk suaminya nanti kini ambil paska oleh Tuan Muda yang tidak memiliki hati seperti Albert.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Elputri

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku