Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
Albert yang selesai meeting dengan Gibran segera kembali ke kamar, dia yang ingin menggagahi Renata nampak kecewa karena ternyata Renata sudah tidur.
"Yah sudah tidur," gumam Albert.
Albert mengambil laptop miliknya yang dipinjam oleh Renata, dia nampak penasaran dengan apa yang dicari Renata.
"Astaga historinya video panas semua." Albert merasa geli.
"Niat sekali memuaskan aku." Albert bermonolog dengan dirinya sendiri.
Albert terus menggeser kursor dan melihat video apa saja yang dilihat Renata.
"Menggemaskan sekali gadis ini, sangat polos dan lucu." Albert tertawa geli sambil menggelengkan kepala.
"Pasti saat melihat video panas ini dia menginginkannya," imbuh Albert kemudian.
Lelah Albert berubah jadi hasrat, dia sungguh tidak membiarkan Renata tidur dengan hasrat yang terlupakan.
Albert melepas kemeja miliknya lalu membuangnya sembarang.
Langsung saja dia menindih Renata yang tengah tidur.
"Bangunlah, bukankah kamu menginginkannya?" bisik Albert.
"Tuan saya mengantuk sekali," sahut Renata dengan mata tertutup.
"Tidur saja biar aku bermain sendiri," timpal Albert.
Benar saja Albert bermain sendiri, sungguh dia benar-benar kecanduan tubuh Renata meskipun sudah memakan budak ranjangnya berkali-kali namun dirinya tetap saja menginginkan lagi dan lagi.
Renata yang setengah sadar dapat merasakan sodokan Albert. Dia juga mendesah saat Albert memainkan pucuk dadanya.
Keeoskannya saat bangun tidur Renata merasakan tubuhnya pegal-pegal semua.
"Tubuhku pegal sekali ya?" gumam Renata.
Memori Renata pergi ke kejadian semalam, dia kini sadar kalau semalam bukanlah sebuah mimpi.
"Astaga bearti semalam itu bukanlah mimpi," ucap Renata.
Renata kemudian mengumpat, dia kesal sekali pada Albert yang menggagahinya padahal dirinya sudah tidur.
"Dasar manusia mesum, bisa-bisanya menggagahi aku saat aku tidur," umpatnya.
Renata yang kesal juga menarik rambut Albert dan mencubit lengannya tanpa dia ketahui kalau Albert ternyata sudah bangun.
"Kamu tuh ngeselin banget tau nggak, wajah doang yang tampan tapi kelakuan menyimpang." Renata trus saja mencela Albert dengan menarik rambut Albert.
Albert menahan sakit namun dia tetap pura-pura tidur, dia ingin tau apa yang akan Renata lakukan padanya kalau dia tidur.
Tak puas dengan rambut Albert dia kini menarik telinga Albert dan saling saking kuatnya tarikan Renata membuat Albert terbangun.
"Wanita gila, beraninya kamu menarik telingaku," teriak Albert yang membuat Renata takut.
"Maaf Tuan," ucap Renata dengan menunduk.
"Ya Tuhan, hamba pasrah," batin Renata.
Albert beranjak lalu menatap Renata sambil mengelus telinganya yang panas.
"Kesalahan kamu kali ini sangat besar, kamu menarik rambutku, mencubit lenganku dan menarik telingaku, berani-beraninya kamu melakukan itu?" Maki Albert.
Renata menyipitkan matanya tak disangka Albert mengetahui apa yang telah dia lakukan.
"Matilah aku," batin Renata.
Albert menarik dagu Renata, lalu dia mencium Renata dengan panas.
"Pikirkan sendiri hukuman apa yang pas untuk kamu," kata Albert lalu dia pergi ke kamar mandi.
Meskipun sakit tapi penganiayaan yang dilakukan Renata justru membuat Albert tertawa.
Baru kali ini ada yang berani padanya bahkan seumur-umur inilah pertama kalinya ada orang menganiaya dirinya saat tidur.
Tak lama kemudian Albert keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.
"Jadi sudah kamu pikirkan hukuman kamu?" tanya Albert.
"Sudah tuan," jawab Renata.
Albert tersenyum puas dan bertanya pada Renata apa hukuman buatnya.
Renata berdiri dan berjoged di depan Albert tentu hal ini membuat Albert memijat pelipisnya.
"Apa-apaan dia," gumam Albert.
Albert memanggil Renata dan memintanya duduk di pangkuannya.
Dengan gemetar Renata duduk dipangkuan Albert.
"Siapa yang menyuruh kamu berjoget?" bisik Albert.
"Saya sendiri tuan kan tuan bilang kalau saya boleh memilih hukuman buat saya," sahut Renata.
"Boleh joget tapi joget striptis," bisik Albert.
Renata membuka mulutnya dengan lebar, dia tidak menyangka kalau Albert memintanya menari striptis.
"Lepas baju kamu dan menari lah," titah Albert dengan tersenyum licik.
Renata menggeleng, tentu dia tidak mau menuruti keinginan Albert kali ini.
"Kalau kamu tidak mau, praktekkan apa yang kamu pelajari semalam." Albert memberikan opsi lain.
Renata beranjak dari pangkuan Albert, dia mendorong tubuh Albert setelah Albert berbaring Renata naik di atas tubuh tuannya.
Tangannya tergerak untuk melepas lilitan handuk Albert, tak hanya itu Renata memposisikan tangannya di batang kemaluan Albert.
"Mainkan," titah Albert.
Renata menaik turunkan milik Albert dan ini membuat Albert mendesah penuh nikmat.
Mereka saling paut dan saling menyerang, Renata benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, biasanya dia pasif namun kali ini dia lebih aktif seperti yang dia pelajari dari internet.
Albert menggelinjing merasakan sensasi nikmat yang Renata berikan, bibirnya aktif mengeluarkan desahan yang membuat Renata sedikit tersanjung karena bisa membuat Albert puas.
"Oohhh sayang nikmat sekali," kata Albert saat Renata menjepit miliknya dengan milik Renata.
Kata sayang terucap dari mulut Albert, seumur umur ini pertama kalinya Albert memanggil sayang pada wanita yang menjadi teman tidurnya.
Albert bermain dari bawah sehingga membuat Renata mendesah kuat karena sodokan maut yang Albert berikan.
"Oh ah ah," teriak Renata dan membuat Albert semakin cepat memainkan miliknya.
Hingga mereka berdua kini lemas karena telah mendapatkan pelepasannya.
Renata ambruk di atas Albert, dia memeluk Albert dengan nafas yang terengah-engah.
Beberapa waktu kemudian Albert membawa Renata ke kamar mandi untuk mandi berdua.
**********
"Sarapan yang banyak kamu tadi kan sudah bekerja keras membayar hukuman kamu," kata Albert dengan tersenyum.
"Lalu permintaan saya bagaimana? kan tadi beberapa ronde Tuan masa dihitung hanya hukuman saja," tanya Renata.
"Beda lagi, untuk permintaan itu kamu harus lebih greget lagi, buat aku melayang bila perlu bergoyang lah di atasku," bisik Albert yang membuat Renata membolakan matanya.
"Matilah aku," gumam Renata spontan yang membuat Albert gemas.
Albert mengusap rambut Renata, dia juga mencubit pipi tembem Renata, Gibran dan kepala pelayan tersenyum melihat pemandangan indah di depannya.
Albert yang sangat dingin bisa hangat seperti ini pada wanita.
Setelah sarapan mereka berangkat, seperti kemarin Renata diantar ke kampus terlebih dahulu setelahnya baru Albert dan Gibran ke kantor.
"Gibran, hancurkan Rian," titah Albert.
"Hancurkan bisnis yang baru dia buat," imbuh Albert.
Gibran mengerutkan dahi, bukankah bisnis yang Rian geluti saat ini adalah pemberian darinya, jika Rian hancur otomatis dia tidak mendapatkan apa-apa atas uang yang telah dia keluarkan?
"Kenapa otaknya miring begini," batin Gibran.
"Bearti kita akan rugi 3 triliun tuan," kata Gibran.
"Tak masalah," sahut Albert.
Di sisi lain, Renata nampak sedih karena sayur hasil praktek pertanian miliknya tak tau harus di distribusikan kemana, uang iuran juga sudah menipis.
"Kita butuh sponsor dan juga orang dalam yang bisa membantu agar produk kita bisa masuk supermarket," kata Renata.
"Benar, tapi siapa? kita kan tidak punya link orang up Ren," ucap Mira teman Renata.
"Kita hanya bisa menangis dipojokan guys," imbuh Ana.
"Semoga ada keajaiban ya guys," kata Renata sambil memeluk temanya.
Saat mereka asik pelukan datanglah Yuke yang merupakan anak rektor di kampus, dia sangat sombong dan tidak menyukai orang kalangan menengah ke bawah seperti Renata dan gengnya.
"Kasian gak bisa mendistribusikan hasil panennya, jual sendiri saja di depan kampus," kata Yuke mengejek Renata dan gengnya.
"Siapa bilang, jangan asal ngomong kamu!" hardik Renata.
"Siap-siap dapat nilai D/E kalian," kata Yuke dengan tertawa.
Renata mengepalkan tangannya, dirinya sungguh kesal dengan Yuke yang selalu mengejek dirinya dan juga teman-temannya.