Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
Albert sengaja membuat Renata bingung antara mengikuti kemauan dirinya atau Renata dan kelompoknya mendapatkan nilai E.
"Baiklah baiklah," ucap Renata pasrah.
Albert tersenyum puas lalu dia menepuk pahanya dan meminta Renata untuk duduk di atas pangkuannya.
"Kalau ada masalah sebaiknya diskusi padaku karena aku akan membantu kamu," bisik Albert dengan menggigit kecil telinga Renata.
Renata yang takut kalau rektor masuk mencoba berdiri namun dengan cepat Albert menarik tangan Renata.
"Kalau ada yang masuk bisa gawat Tuan," kata Renata.
Tanpa pikir panjang Albert mencium bibir Renata dengan lembut dia terus melumat sembari tangannya meremas buah dada milik Renata.
"Tubuhmu sudah menjadi candu buat aku," bisik Albert.
Takut ketahuan Renata segera beranjak sehingga tangan Albert terpaksa lepas dari pengunungan kembar milik Renata.
"Sudah tuan takut kalau ada yang masuk," kata Renata sambil membenahi pakaian dan lipstik di bibirnya.
Di luar Yuke nampak kepo, apa yang dibicarakan sehingga lama sekali.
Tidak sabar menunggu Yuke langsung menerobos masuk untungnya mereka duduk di sofa masing-masing.
"Jadi penuhi syarat dari aku tadi," kata Albert.
"Jika kamu sudah memenuhi permintaan aku besok temui aku di kantor lalu kita tinjau lahan tanam kamu," imbuh Albert dengan tersenyum licik.
Renata nampak kesal, bagaimana bisa dia terjerat oleh belenggu pria seperti Albert yang selalu bisa memanfaatkan keadaan.
"Lelaki brengsek," umpat Renata dengan menatap punggung Albert dan Gibran yang semakin menjauh.
Yuke yang melihat Renata terus menatap Albert jadi kesal.
"Kalau mimpi jangan ketinggian kalau jatuh sakit banget Lo," kata Yuke.
Renata tertawa
"Kamu pikir aku suka sama lelaki model dia, nggak mungkin," kata Renata lalu pergi meninggalkan Yuke yang kesal.
"Lagian ya Tuan Albert juga nggak mungkin suka padamu," teriak Yuke.
Renata segera bergabung dengan kelompoknya yang terdiri dari dirinya, Mira, Andy, Leo dan Ana.
Dia ingin memberi kabar baik pada mereka semua.
"Tuan Albert mau menjadi sponsor kita guys," kata Renata.
"Kamu yakin Ren?" tanya Ana.
"Yakinlah, semoga nilai kita naik jadi A ya," jawab Renata.
"Wah, benar kata kamu Ren akan ada keajaiban pada kelompok kita," timpal Mira.
Melihat kelompoknya bahagia membuat Renata bahagia juga meski nanti malam dia akan digempur habis habisan oleh Albert.
"Siapkan proposal An, besok aku akan ke kantornya," titah Renata.
Berkorban sedikit tak apalah asalkan dia dan kelompoknya bisa mendapatkan nilai a dan lolos ujian.
Hari ini Renata pulang sendiri karena Albert tidak menjemputnya. Dia langsung makan dan menuju kamarnya.
Hidupnya seperti dalam sangkar emas, mewah tapi tidak bebas.
Albert selalu menghukumnya jika dia melakukan kesalahan dan selalu hukuman ranjang yang Albert berikan.
Renata yang lelah memutuskan untuk istirahat dan tanpa sengaja dia malah tertidur dia bangun saat ada seorang yang menjelajah tubuhnya siapa lagi kalau bukan Albert.
Tubuh Albert selalu bereaksi setiap melihat Renata, entah mengapa seperti ada magnet tersendiri.
"Tuan kamu sudah pulang, sampai kapan kamu akan tidur," bisik Albert dengan berbisik ditelinga Renata.
"Oo jadi tidak mau bangun," bisik Albert lagi yang membuat Renata segera membuka matanya.
Renata mengalungkan tangannya ke leher Albert.
"Eh tuan sayang sudah pulang," kata Renata sesaat dia membuka matanya.
"Aku suka cara panggil kamu, seterusnya panggil aku seperti itu," sahut Albert.
Renata tersenyum manis sambil mencubit hidung Albert.
"Sudah sudah, ayo bangun. Bersiaplah ayo ikut aku ke pesta," titah Albert.
"Tapi tuan...." belum sempat melanjutkan kata-katanya bibir Renata telah dibungkam oleh Albert.
"Bukan itu jawaban yang aku mau, aku hanya ingin mendengar kata iya," kata Albert.
Albert mengajak mandi bersama tapi mereka tidak melakukan cocok tanam mengingat waktu sangat mepet.
Renata nampak cantik dengan balutan gaun yang dibelikan Albert, ini membuat mata Albert tak lepas dari Renata.
"Kamu amazing sekali, sayang mau ke pesta coba kalau nggak sudah aku gagahi dirimu," kata Albert.
"Nanti kalau pulang," sahut Renata lalu terkekeh.
"Kelihatannya kamu sudah menyiapkan segalanya untuk makan malam aku," timpal Albert dengan tersenyum licik.
Renata menghela nafas, setiap hari dia tidak akan bisa lari dari Albert.
Mobil sudah siap kini waktunya Albert dan Renata untuk berangkat.
Ini adalah pasta rekan bisnis Albert jadi banyak para pebisnis yang diundang untuk meramaikan pesta tersebut.
Saat masuk semua mata tertuju pada Albert dan Renata, tatapan semua mata nampak sinis ke Renata. Ini bukan yang pertama Albert mengajak wanitanya ke pesta. Wanita- wanita sebelumnya juga banyak yang diajak Albert ke pesta.
Pak Robby sang tuan rumah mendekati Albert dengan Vera anaknya, rencannya dia akan mengenalkan Albert pada anaknya.
"Kamu minum di sana dulu ya Ren, aku akan mengobrol dengan Pak Robby," titah Gabriel.
"Tapi saya takut tuan," bisik Renata.
"Aku cuma sebentar kok," bujuk Albert
Renata sebenarnya enggan untuk jauh jauh dari Albert namun dia juga harus menuruti keinginan dari sang tuan meski hatinya sangat dongkol.
Renata minum dan makan beberapa kudapan yang tersaji dan tiba-tiba ada seseorang pria yang mendekatinya.
"Sendirian?" tanya pria yang bernama Daniel.
"Anda punya mata kan? tentunya sudah tau saya sendiri atau tidak," jawab Renata sinis.
Daniel tersenyum.
"Menggemaskan juga nih cewek," batin Daniel.
"Kenalkan nama saya Daniel." Daniel mengulurkan tangannya dan Renata membalasnya.
"Renata," ucap Renata.
"Nama yang bagus, Renata dalam bahasa Jerman memiliki arti terlahir kembali, kalau dari karakteristiknya Renata itu wanita yang bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, cerdas, keras kepala, pengambil keputusan berani dan penuh gairah," ucap Daniel.
"Kamu pandai mengartikan nama seseorang apa itu pekerjaan kamu? jasa arti nama," sahut Renata dengan tertawa.
Daniel juga tertawa mendengar tawa Renata, tak disangka Renata memiliki jiwa humoris juga.
"Kamu kerja dimana?" tanya Daniel.
"Aku masih kuliah semester empat," jawab Renata.
"Maaf maaf, aku kira sudah bekerja," sahut Daniel.
"Apa kelihatan sudah tua ya," ucap Renata dengan memegangi wajahnya.
Daniel menggeleng.
"Kelihatan dewasa dan dewasa itu bukan bearti tua Lo," timpal Daniel.
Renata tersipu malu nampak pipinya memerah karena malu.
Renata nampak asik mengobrol dengan Daniel tanpa tau sepasang mata telah memperhatikannya sedari tadi.
"Berani sekali dia dekat dengan pria," batin Albert.
Karena kesal Albert mengobrol dengan pak Roby sambil minum, entah sudah berapa sloki koktail yang dia minum.
"Anda baik baik saja tuan?" tanya Vera.
"Iya aku baik," jawab Albert.
"Apa boleh kita pergi bersama kalau anda ada waktu luang?" kata Vera.
"Boleh," jawab Albert tanpa mengalihkan pandangannya dari Renata.
Albert meninggalkan Vera dan berjalan ke arah Renata.
"Ayo kita pulang," ajak Albert dengan suara yang dingin.
"Albert apa kabar?" tanya Daniel.
"Jangan banyak ngomong Daniel, aku ingin mengajak Renata pulang," jawab Albert dengan ketus.