icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 9
Hukuman keji
Jumlah Kata:1016    |    Dirilis Pada:16/07/2022

"Oh dia wanita kamu," kata Daniel

Renata pamit pada Daniel kalau akan pulang.

Daniel menatap kepulangan Renata dan Albert dengan intens.

Menurut Daniel Renata adalah wanita yang baik kenapa mau jadi wanita Albert?

Daniel memijat pelipisnya kemudian kembali dengan rekan bisnisnya.

Di dalam mobil Albert sangat marah pada Renata dia berbicara yang tidak-tidak sehingga membuat Renata marah juga.

"Aku hanya mengobrol kenapa sih anda harus marah tuan," protes Renata.

"Kamu itu wanita aku, budak ranjang aku jadi jangan membantah ucapan aku," ucap Albert.

"Heran aku semakin seenaknya sendiri," sahut Renata.

Albert yang sedikit mabuk dan marah meminta Gibran untuk menepikan mobilnya dan ini membuat Renata takut karena pasti Albert akan menggagahinya.

"Anda mau apa tuan?" tanya Renata.

Albert segera mengunci Renata di bawah kungkungannya.

"Tuan anda bau alkohol," kata Renata.

Albert tidak peduli akan hal itu, dia menciumi Renata dengan rakus.

Albert membuka baju Renata dan langsung melahap kedua benda kenyal milik Renata secara bergantian.

"Ah ah, tuan," desah Renata.

Albert yang marah melakukannya cukup kasar dan ini membuat Renata kesakitan.

Dia menggigit pucuk dua benda kenyal Renata dan ini membuat Renata menjerit.

Albert meremas-remas benda kenyal Renata dengan keras sehingga nampak merah.

"Sakit tuan," kata Renata.

"Ini hukuman buat kamu yang telah membuat aku marah," sahut Albert.

Tak hanya benda kenyal miliknya yang jadi sasaran empuk, perut Renata pun dikecup hingga berwarna biru-biru.

Renata merintih kesakitan namun Albert tidak peduli.

Puas dengan penyiksaan kecil yang dia lakukan, Albert kini membuka semua bajunya dan mengeluarkan senjata tumpulnya.

Tanpa pikir panjang Albert memasukannya ke dalam milik Renata yang belum begitu basah sehingga membuat Renata menjerit kesakitan.

"Sakit tuan," kata Renata dengan lirih.

Albert memaju mundurkan panggulnya pinggulnya dengan cepat dan ini semakin membuat perih bagian sensitif Renata.

Suara decakan mulai terdengar, Albert semakin gencar melajukan rudal miliknya, tak hanya itu dia tangannya juga meremas buah kenyal Renata.

Lagi-lagi Renata merintih kesakitan bahkan air matanya lolos begitu saja karena sudah tidak kuat menahan sakit yang Albert berikan.

"Ampun Tuan, sakit," kata Renata memohon iba.

Albert yang setengah mabuk tentu tidak memiliki rasa empati, dia hanya ingin kepuasan meski harus menyiksa Renata.

Puas mendapatkan pelepasannya, Albert meminta Renata untuk membersihkan miliknya dengan tisu dia juga meminta Renata untuk memakaikan celana kemudian baru dia memakai bajunya.

Setelah puas Albert langsung memejamkan matanya sedangkan Renata menangis karena perlakuan Albert tadi.

"Benar-benar iblis kamu Albert," umpat Renata dalam hati.

Gibran nampak prihatin dengan apa yang terjadi dengan Renata tapi dia juga tidak bisa menolong yang bisa dia lakukan hanyalah menjatuhkan Rian sejatuh-jatuhnya karena tega menjual Renata demi sebuah bisnis.

Sesampainya di rumah Renata segera berlari masuk dan meninggalkan Albert yanng masih di mobil.

Dia segera mandi dan membersihkan bekas Albert yang menempel meski kecupan Albert tidak akan hilang.

Setelah mandi Renata minta makan pada pelayan karena dia sangat lapar, tadi di pesta dia tidak makan berat hanya camilan dan minuman saja apalagi di mobil dia digempur habis habisan tanpa ampun.

Setelah kenyang Renata kembali ke kamar lalu tidur dengan membelakangi Albert.

Tepat pukul dua Albert terbangun, dia mengingat kembali kejadian di mobil dan dia membolakan matanya karena telah menyiksa Renata.

Albert membalik tubuh Renata dan membuka piyama milik Renata yang benar saja buah dada Renata nampak masih merah, tak hanya merah banyak juga warna biru di leher, dada dan perut.

"Aku telah menyiksa gadis kecil ini," kata Albert.

"Kenapa aku bisa sangat marah saat melihatnya dengan pria lain." Albert bermonolog dengan dirinya sendiri.

Dia telah menyesal dengan apa yang telah dilakukannya semalam. Berkali-kali dia mengecup kening Renata dan memeluknya.

"Please jangan membuat aku marah," bisik Alber dengan mengelus rambut Renata.

Hingga pagi Albert memeluk renata, dia sungguh menyesal.

Pagi sekali sebelum Renata bangun, Albert sudah turun dia menunggu pelayannya memasak.

"Siapkan sepiring nasi goreng untuk nona," titah Albert.

Setelah siap Albert membawa sepiring nasi goreng ke kamar lalu dia membangunkan Renata.

"Sayang, bangunlah," kata Albert dengan menggoyang tubuh Renata.

Renata menggeliat lalu membuka matanya.

"Pagi," sapa Albert.

Renata yang agak takut segera mundur jauh dari Albert dan ini membuat Albert tersenyum, dia cukup tau kalau perbuatannya semalam membuat Renata takut.

Albert memeluk Renata dengan kuat meski Renata bersikeras untuk lepas dari pelukan Albert.

"Maafkan aku Renata," pinta Albert.

"Tidak, anda menyakiti saya tuan," sahut Renata dengan menangis.

Renata memukul mukul dada Albert karena kesal dan Albert membiarkannya.

"Please jangan buat aku marah lagi," bisik Albert.

Bukannya diam tangis Renata semakin pecah, entah menatap dia ingin terus menangis di dalam pelukan tuannya.

"Makan dulu yuk, kamu nggak lelah pagi-pagi menangis," goda Albert.

Renata melepas pelukannya dan menatap Albert sedangkan Albert mengambil nasi goreng lalu menyuapi Renata.

"Kemarin malam dia seperti iblis dan hari ini seperti malaikat, apa anda memiliki kepribadian ganda tuan?" batin Renata.

Sebentar saja nasi goreng di piring tandas tanpa sisa, Albert tersenyum manis lalu mengusap Renata.

"Nanti biar aku saja yang ke kampus untuk mengambil proposal kamu sambil melihat kebun kamu. Setelah aku setujui aku akan mentransfer uang sebesar 300 juta untuk modal pertanian kalian dan hasilnya kirim saja di super market milih Al grup," kata Albert yang membuat Renata tersenyum senang.

"Nanti kamu bisa jual sawi organik dengan harga sepuluh ribu seikat, sepuluh kali lipat kan dari nilai jual pasar tradisional," imbuh Albert.

Renata langsung memeluk Albert dan berkali-kali mengucap terima kasih.

"Oh ya dan Untuk Rian dia otw mengalami kehancuran," ucap Albert.

Renata nampak puas mendengar kehancuran Rian meski apa yang Rian perbuat padanya juga bisa dibilang menguntungkan.

Meski menjadi budak tapi dia masih bisa kuliah dan tanpa sepengetahuan Renata, Albert membayar semua biaya kuliah Renata sampai semester delapan.

"Jangan terlalu menjatuhkannya Tuan, ada hal yang harus saya syukuri, meskipun jadi budak anda tapi anda sangat baik kepada saya," kata Renata.

"Meski terkadang seperti iblis," imbuh Renata dalam hati.

Albert merasa tersanjung dengan pujian Renata, dia sendiri juga tidak tau kenapa dia peduli dengan Renata padahal sebelumya dia benar-benar cuek dan tidak mau peduli sedikit pun pada wanitanya, yang dia butuhkan hanya pelepasan setelahnya dia memberi uang dan sudah selesai.

Dengan Renata semua berbeda, ada rasa untuk melindungi, ada rasa untuk ingin bersama bahkan rasa kesal melihat Renata dengan pria lain.

Apa yang telah terjadi dengan Gabriel? entahlah.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dijual 2 Bab 2 Sudah kotor3 Bab 3 Bertemu Rian4 Bab 4 Belajar dari internet5 Bab 5 Di bathub 6 Bab 6 Tidak ingin ada bekas wanita lain 7 Bab 7 Membantu tapi tidak gratis 8 Bab 8 Cemburu 9 Bab 9 Hukuman keji10 Bab 10 Segera kembali 11 Bab 11 Pulang 12 Bab 12 Rindu 13 Bab 13 Albert ke kampus 14 Bab 14 Di hukum lagi 15 Bab 15 Kemarahan Rian16 Bab 16 Amarah Albert17 Bab 17 Siksaan Albert 18 Bab 18 Maafkan aku 19 Bab 19 Mira tau20 Bab 20 Hubungan terlarang Monica dan Rian 21 Bab 21 Nikmat luar biasa 22 Bab 22 Aku sakit tuan 23 Bab 23 Mobil bergoyang 24 Bab 24 Hamil 25 Bab 25 Memuaskan kamu 26 Bab 26 Diperbudak Rian 27 Bab 27 Lupa datang makan malam 28 Bab 28 Bertahan sakit pergi tak bisa 29 Bab 29 Datang bulan 30 Bab 30 Membawa rindu 31 Bab 31 Renata cemburu 32 Bab 32 Tinggal bersama 33 Bab 33 Vera vs Renata34 Bab 34 Hukuman lagi 35 Bab 35 Berantem 36 Bab 36 Nonton film panas37 Bab 37 Kedatangan mama Albert 38 Bab 38 Meninggal dalam perut 39 Bab 39 Digantikan Daniel40 Bab 40 Takut kehilangan41 Bab 41 Jatuh cinta lagi dan lagi 42 Bab 42 Seujung kuku43 Bab 43 Tekanan mama Albert44 Bab 44 Please jangan ragukan aku 45 Bab 45 Obat tidur 46 Bab 46 Sikap posesif Albert 47 Bab 47 Steven sangat bijak 48 Bab 48 Tidur lagi!49 Bab 49 Hukuman buat Renata50 Bab 50 Sulit berjalan51 Bab 51 Dibully52 Bab 52 Semua heran53 Bab 53 Tidur lagi!54 Bab 54 Kelakuan busuk Monica 55 Bab 55 Drama mie instan 56 Bab 56 Renata tidak enak 57 Bab 57 Siasat melawan Monica 58 Bab 58 Apa rencana Albert59 Bab 59 Jebakan balik 60 Bab 60 Ingin bertukar posisi 61 Bab 61 Kelicikan Monica 62 Bab 62 Kisah Renata yang diklaim Monica 63 Bab 63 Anda egois sekali 64 Bab 64 Kena jebakan Gibran 65 Bab 65 langsung minta jatah 66 Bab 66 Tak bisa bila tanpa kamu 67 Bab 67 Serangan fajar 68 Bab 68 ke pesta 69 Bab 69 Mengulang kesalahan yang sama 70 Bab 70 Kalung insial A71 Bab 71 Cemburu 72 Bab 72 Pergantian CEO lagi.73 Bab 73 Siasat mama Albert dan Monica 74 Bab 74 Santorini75 Bab 75 Dijebak76 Bab 76 Kelicikan mama Albert 77 Bab 77 Kelicikan Albert 78 Bab 78 Menemui mama Albert79 Bab 79 Ingin mengakhiri 80 Bab 80 Sidang 81 Bab 81 Selangkah lebih maju 82 Bab 82 Jatuh cinta lagi dan lagi 83 Bab 83 Anda kenapa 84 Bab 84 Tidak ada pertemanan dengan lawan jenis85 Bab 85 Terlanjur kecewa86 Bab 86 Dijebak 87 Bab 87 Aku mohon David 88 Bab 88 Dirawat 89 Bab 89 Menjenguk di RSJ90 Bab 90 Selalu enak enak 91 Bab 91 Cara memisahkan Albert dan Renata.92 Bab 92 Mengikuti Renata ke pesta93 Bab 93 Diculik mama sendiri94 Bab 94 Mau nggak mau harus menurut95 Bab 95 Bertemu Monica 96 Bab 96 Naluri keibuan yang mati 97 Bab 97 Menculik Renata98 Bab 98 Terkejut dengan pelayan yang datang 99 Bab 99 Melepas rindu 100 Bab 100 Tunangan