Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
"Oh dia wanita kamu," kata Daniel
Renata pamit pada Daniel kalau akan pulang.
Daniel menatap kepulangan Renata dan Albert dengan intens.
Menurut Daniel Renata adalah wanita yang baik kenapa mau jadi wanita Albert?
Daniel memijat pelipisnya kemudian kembali dengan rekan bisnisnya.
Di dalam mobil Albert sangat marah pada Renata dia berbicara yang tidak-tidak sehingga membuat Renata marah juga.
"Aku hanya mengobrol kenapa sih anda harus marah tuan," protes Renata.
"Kamu itu wanita aku, budak ranjang aku jadi jangan membantah ucapan aku," ucap Albert.
"Heran aku semakin seenaknya sendiri," sahut Renata.
Albert yang sedikit mabuk dan marah meminta Gibran untuk menepikan mobilnya dan ini membuat Renata takut karena pasti Albert akan menggagahinya.
"Anda mau apa tuan?" tanya Renata.
Albert segera mengunci Renata di bawah kungkungannya.
"Tuan anda bau alkohol," kata Renata.
Albert tidak peduli akan hal itu, dia menciumi Renata dengan rakus.
Albert membuka baju Renata dan langsung melahap kedua benda kenyal milik Renata secara bergantian.
"Ah ah, tuan," desah Renata.
Albert yang marah melakukannya cukup kasar dan ini membuat Renata kesakitan.
Dia menggigit pucuk dua benda kenyal Renata dan ini membuat Renata menjerit.
Albert meremas-remas benda kenyal Renata dengan keras sehingga nampak merah.
"Sakit tuan," kata Renata.
"Ini hukuman buat kamu yang telah membuat aku marah," sahut Albert.
Tak hanya benda kenyal miliknya yang jadi sasaran empuk, perut Renata pun dikecup hingga berwarna biru-biru.
Renata merintih kesakitan namun Albert tidak peduli.
Puas dengan penyiksaan kecil yang dia lakukan, Albert kini membuka semua bajunya dan mengeluarkan senjata tumpulnya.
Tanpa pikir panjang Albert memasukannya ke dalam milik Renata yang belum begitu basah sehingga membuat Renata menjerit kesakitan.
"Sakit tuan," kata Renata dengan lirih.
Albert memaju mundurkan panggulnya pinggulnya dengan cepat dan ini semakin membuat perih bagian sensitif Renata.
Suara decakan mulai terdengar, Albert semakin gencar melajukan rudal miliknya, tak hanya itu dia tangannya juga meremas buah kenyal Renata.
Lagi-lagi Renata merintih kesakitan bahkan air matanya lolos begitu saja karena sudah tidak kuat menahan sakit yang Albert berikan.
"Ampun Tuan, sakit," kata Renata memohon iba.
Albert yang setengah mabuk tentu tidak memiliki rasa empati, dia hanya ingin kepuasan meski harus menyiksa Renata.
Puas mendapatkan pelepasannya, Albert meminta Renata untuk membersihkan miliknya dengan tisu dia juga meminta Renata untuk memakaikan celana kemudian baru dia memakai bajunya.
Setelah puas Albert langsung memejamkan matanya sedangkan Renata menangis karena perlakuan Albert tadi.
"Benar-benar iblis kamu Albert," umpat Renata dalam hati.
Gibran nampak prihatin dengan apa yang terjadi dengan Renata tapi dia juga tidak bisa menolong yang bisa dia lakukan hanyalah menjatuhkan Rian sejatuh-jatuhnya karena tega menjual Renata demi sebuah bisnis.
Sesampainya di rumah Renata segera berlari masuk dan meninggalkan Albert yanng masih di mobil.
Dia segera mandi dan membersihkan bekas Albert yang menempel meski kecupan Albert tidak akan hilang.
Setelah mandi Renata minta makan pada pelayan karena dia sangat lapar, tadi di pesta dia tidak makan berat hanya camilan dan minuman saja apalagi di mobil dia digempur habis habisan tanpa ampun.
Setelah kenyang Renata kembali ke kamar lalu tidur dengan membelakangi Albert.
Tepat pukul dua Albert terbangun, dia mengingat kembali kejadian di mobil dan dia membolakan matanya karena telah menyiksa Renata.
Albert membalik tubuh Renata dan membuka piyama milik Renata yang benar saja buah dada Renata nampak masih merah, tak hanya merah banyak juga warna biru di leher, dada dan perut.
"Aku telah menyiksa gadis kecil ini," kata Albert.
"Kenapa aku bisa sangat marah saat melihatnya dengan pria lain." Albert bermonolog dengan dirinya sendiri.
Dia telah menyesal dengan apa yang telah dilakukannya semalam. Berkali-kali dia mengecup kening Renata dan memeluknya.
"Please jangan membuat aku marah," bisik Alber dengan mengelus rambut Renata.
Hingga pagi Albert memeluk renata, dia sungguh menyesal.
Pagi sekali sebelum Renata bangun, Albert sudah turun dia menunggu pelayannya memasak.
"Siapkan sepiring nasi goreng untuk nona," titah Albert.
Setelah siap Albert membawa sepiring nasi goreng ke kamar lalu dia membangunkan Renata.
"Sayang, bangunlah," kata Albert dengan menggoyang tubuh Renata.
Renata menggeliat lalu membuka matanya.
"Pagi," sapa Albert.
Renata yang agak takut segera mundur jauh dari Albert dan ini membuat Albert tersenyum, dia cukup tau kalau perbuatannya semalam membuat Renata takut.
Albert memeluk Renata dengan kuat meski Renata bersikeras untuk lepas dari pelukan Albert.
"Maafkan aku Renata," pinta Albert.
"Tidak, anda menyakiti saya tuan," sahut Renata dengan menangis.
Renata memukul mukul dada Albert karena kesal dan Albert membiarkannya.
"Please jangan buat aku marah lagi," bisik Albert.
Bukannya diam tangis Renata semakin pecah, entah menatap dia ingin terus menangis di dalam pelukan tuannya.
"Makan dulu yuk, kamu nggak lelah pagi-pagi menangis," goda Albert.
Renata melepas pelukannya dan menatap Albert sedangkan Albert mengambil nasi goreng lalu menyuapi Renata.
"Kemarin malam dia seperti iblis dan hari ini seperti malaikat, apa anda memiliki kepribadian ganda tuan?" batin Renata.
Sebentar saja nasi goreng di piring tandas tanpa sisa, Albert tersenyum manis lalu mengusap Renata.
"Nanti biar aku saja yang ke kampus untuk mengambil proposal kamu sambil melihat kebun kamu. Setelah aku setujui aku akan mentransfer uang sebesar 300 juta untuk modal pertanian kalian dan hasilnya kirim saja di super market milih Al grup," kata Albert yang membuat Renata tersenyum senang.
"Nanti kamu bisa jual sawi organik dengan harga sepuluh ribu seikat, sepuluh kali lipat kan dari nilai jual pasar tradisional," imbuh Albert.
Renata langsung memeluk Albert dan berkali-kali mengucap terima kasih.
"Oh ya dan Untuk Rian dia otw mengalami kehancuran," ucap Albert.
Renata nampak puas mendengar kehancuran Rian meski apa yang Rian perbuat padanya juga bisa dibilang menguntungkan.
Meski menjadi budak tapi dia masih bisa kuliah dan tanpa sepengetahuan Renata, Albert membayar semua biaya kuliah Renata sampai semester delapan.
"Jangan terlalu menjatuhkannya Tuan, ada hal yang harus saya syukuri, meskipun jadi budak anda tapi anda sangat baik kepada saya," kata Renata.
"Meski terkadang seperti iblis," imbuh Renata dalam hati.
Albert merasa tersanjung dengan pujian Renata, dia sendiri juga tidak tau kenapa dia peduli dengan Renata padahal sebelumya dia benar-benar cuek dan tidak mau peduli sedikit pun pada wanitanya, yang dia butuhkan hanya pelepasan setelahnya dia memberi uang dan sudah selesai.
Dengan Renata semua berbeda, ada rasa untuk melindungi, ada rasa untuk ingin bersama bahkan rasa kesal melihat Renata dengan pria lain.
Apa yang telah terjadi dengan Gabriel? entahlah.