Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
Sepulang dari kampus Renata enggan sekali untuk pulang ke mension Albert, dia malas melayani Albert yang merupakan penggemar sex.
"Malas sekali pulang ke rumahnya tapi kalau aku kabur percuma juga," gumam Renata dengan sedih.
Renata memutuskan jalan-jalan ke mall yang letaknya tak jauh dari kampus, saat akan masuk mall ponselnya berdering.
"Nomor siapa ini?" batin Renata lalu mengangkat panggilan yang masuk.
"Cepat pulang dan tunggu aku, siapa yang mengijinkan kamu jalan-jalan ke mall," maki Albert dari seberang sambungan telponnya.
Seketika Renata membolakan mata, bagaimana bisa Albert tau kalau dirinya kini berada di mall?
Bola mata Renata memutar mencari keberadaan Albert namun nihil malah yang dia temukan adalah Rian si mantan yang tega menjaminkan dirinya untuk bisnis yang menguntungkan Rian sendiri.
"Iya-iya aku pulang," sahut Renata yang langsung memutus panggilan telpon dari Albert.
Renata bergegas menghampiri Rian, melihat Rian darahnya langsung mendidih, amarah di dalam dadanya bergejolak hebat.
"Enak sekali kamu mas, berduaan dengan seorang wanita dan tidak memperdulikan nasib aku yang kamu jual pada Albert," maki Renata.
Rian tertawa keras mendengar makian Renata, untuk apa memperdulikan nasib Renata jika nasibnya sudah enak.
"Lagian siapa yang tahan dengan wanita sok suci seperti kamu, oh ya pasti sekarang hilang sudah kan kesucian kamu yang selalu kamu jaga itu," sahut Rian sembari meledek Renata.
"Brengsek kamu mas, tidak kah kamu pikir kalau apa yang kamu lakukan ini adalah tindakan tidak bermoral," timpal Renata.
"Bodoh amat asal aku dapat banyak uang," tukas Rian.
Renata mengepalkan tangannya, dia sungguh menyesal telah membuka pintu hatinya untuk pria brengsek seperti Rian.
"Lihat saja aku akan membuat kamu hancur," ancam Renata.
"Silahkan. seharusnya kamu itu berterima kasih padaku karena tidak semua wanita bisa menjadi wanita Tuan muda Albert," Rian tertawa sambil mengibaskan tangannya, mengkode Renata untuk pergi.
Renata yang kesal mengambil segelas lemon tea yang ada di meja dan menyiramkannya pada Rian kemudian dia berlari.
"Awas kamu Renata!" teriak Rian dengan baju yang basah kuyup.
Renata membalikan badannya, dia menjulurkan lidahnya pada Rian lalu tertawa, dia sungguh puas sekali karena bisa menyiram Rian dengan es.
Merasa lelah Renata berhenti untuk mengambil nafas, tiba-tiba ada sebuah mobil yang mendekatinya.
"Masuk!" teriak seorang pria yang tak lain adalah Albert.
Renata menolah dan betapa kagetnya dia kalau yang berteriak adalah Albert.
"Bagaimana bisa dia ada disini," batin Renata.
"Aku hitung sampai tiga, kalau kamu masih berdiri di sana jangan salahkan aku jika aku turun dan memaksa kamu," ancam Albert yang membuat Renata segera masuk ke dalam mobil.
"Jalan Gibran," titah Albert.
Albert yang kesal mencengkeram lengan Renata dan ini membuat Renata kesakitan.
"Aku meminta kamu untuk pulang tapi kenapa masih di sini, hah! dan lagi seenaknya memutus telpon dariku memangnya kamu siapa!" bentak Albert yang membuat Renata tersentak kaget.
"Saya tidak tau menahu urusan anda dan Rian, saya juga tidak ingin menjadi budak ranjang anda tuan Albert, lagipula ya beginilah saya kalau tidak suka anda bisa melepaskan saya," sahut Renata yang membuat Albert semakin emosi.
Dengan tatapan bak kilatan petir, Albert meminta Gibran untuk menepikan mobilnya.
Renata menelan salivanya dengan kasar, dia takut melihat Albert yang marah seperti ini.
Setelah mobil berhenti, Albert meminta Gibran untuk keluar.
"Keluarlah Gibran," Gibran segera keluar.
Setelah Gibran keluar, dia mengendurkan dasi miliknya lalu melepas kancing satu persatu.
"Apa yang akan anda lakukan tuan?" tanya Renata dengan tubuh yang bergetar karena ketakutan.
"Mengingatkan kamu bahwa kamu adalah seorang budak yang seharusnya tidak boleh melawan tuannya apalagi berbicara kasar. Ingat! aku sudah membeli dirimu jadi semua telah menjadi milik aku termasuk harga diri kamu," jawab Albert.
Albert memaksa Renata untuk melepas pakaiannya, Renata berusaha keras menolak namun tenaga Albert lebih besar darinya.
Kini tubuhnya di bawah kungkungan tubuh Albert dan fenomena mobil bergoyang pun terjadi. Albert yang marah melakukan hal itu dengan kasar, dia tidak peduli dengan Renata yang kesakitan. Albert meluapkan emosinya pada tubuh Renata, kulit yang semula putih kini berubah menjadi merah bahkan ada yang sampai membiru.
Albert menggigit pucuk buah dada Renata dengan keras sehingga membuat Renata menangis, dia merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan.
Sudah dua puluh menit fenomena mobil bergoyang masih belum selesai, Albert terus menggila dan ini membuat Renata kesakitan.
"Maafkan aku tuan Albert," bisik Renata memohon ampun pada tuannya karena dia telah membangkang.
Albert tentu tidak mempedulikan ucapan Renata, baginya yang terpenting adalah dia bisa menghukum plus mendapatkan pelepasannya.
Albert meremas buah dada Renata hingga memerah, dia terus memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat hingga mobil bergoyang cukup kuat
Renata menangis bukan hanya sakit fisiknya tapi juga sakit hatinya karena diperlakukan seperti binantang.
"Aaaaaahhhhhhh." Albert mengerang hebat karena dia telah mendapatkan pelepasannya.
Dia segera mencabut miliknya dan membersihkannya dengan tisu sedangkan Renata berusaha keras untuk bangun karena dia juga harus membersihkan area kewanitaannya.
Melihat baju Renata yang sobek, Albert berinisiatif meminjamkan kemejanya pada Renata sedangkan dia memilih bertelanjang dada.
"Sekali lagi kamu melawanku, lihatlah apa yang akan aku lakukan," ancam Albert yang membuat Renata mengangguk dengan takut.
Kini Albert memerintahkan Gibran untuk masuk mobil, melihat Albert yang bertelanjang dada sudah dipastikan kalau mereka habis bercocok tanam.
"Tuan Albert memang gila," batin Gibran.
Sesampainya di mention, Albert menggendong Renata masuk ke kamar namun sebelumnya dia meminta pelayan untuk mengantar makanan ke kamar.
"Kamu kenapa diam saja?" tanya Albert.
"Apa aku disuruh berteriak?" batin Renata yang kesal dengan Albert.
"Lagi tidak mood bicara tuan," jawab Renata.
"Kenapa? apa karena aku memaksa kamu bercinta di mobil tadi?" tanya Albert.
"Salah satunya itu tapi yang membuat saya dongkol adalah Rian mantan saya," jawab Renata.
Albert mengerutkan dahinya sedangkan Renata tiba-tiba mendapatkan ide untuk membalaskan dendamnya pada Rian.
"Boleh saya minta sesuatu tuan?" tanya Renata.
"Apa?" tanya Albert balik.
"Hancurkan Rian, anda kan orang berkuasa tentu pasti mudah untuk menghancurkan Rian," jawab Renata.
Albert menatap Renata dengan tatapan yang tak biasa, dia tak menduga kalau Renata ingin membalaskan dendamnya pada Rian.
"Semua tergantung servis kamu Renata, semakin kamu membuat aku puas, aku akan menghancurkan Rian hingga dia menyesal karena lahir di dunia ini," kata Albert.
Renata mendengus kesal, Albert selalu menginginkan tubuhnya, tidak bisakah membantu tanpa harus ada bayarannya?
"Baiklah Tuan, tapi beri saya waktu untuk belajar memuaskan anda," pungkas Renata.
Renata yang ingin melihat Rian hancur pun menyanggupi keinginan Albert, toh dia juga sudah tidak suci lagi dan ini semua juga karena Rian.
"Aku hancur kamu juga harus hancur karena sungguh tidak adil jika aku sendiri yang hancur mas Rian sayang," batin Renata.
Renata menggunakan laptop milik Albert untuk Googling dia mencari artikel bagiamana cara memuaskan pasangan, ada banyak video panas yang bisa buat referensi bagi Renata.
"Lihat videonya ah," gumam Renata.
Video yang Renata lihat adalah blue film, awalnya Renata agak kurang suka namun demi bisa memuaskan Albert dirinya rela menonton video itu sampai selesai.
"Ah membuat aku pengen saja," batin Renata.
Renata yang tidak ingin memanas menyudahi pencairannya yang penting dia sedikit banyak tau bagaimana menservis Albert dengan baik.