icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 2
Sudah kotor
Jumlah Kata:1080    |    Dirilis Pada:16/07/2022

Suara desahan dan erangan Albert menggema memenuhi kamarnya yang luas, entah berapa kali dia menggagahi Renata, dia selalu nambah dan nambah hingga Renata dibuat lemah tak berdaya oleh Albert.

"Aaahhhhhhhh." Albert menegang dan mendapatkan pelampiasannya lagi.

"Tubuhku lelah sekali," kata Renata.

Albert tersenyum ingin sekali dia menggempur wanitanya tersebut namun karena pinggulnya sudah pegal Albert pun menyudahi aksinya.

"Kita lanjut besok pagi lagi," kata Albert lalu dia membersihkan diri dan tidur.

Renata yang lelah juga memutuskan tidur dengan tubuh polosnya namun tetap menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Entah berapa lama Renata tidur, dia merasa kalau tubuhnya ada yang menindih lagi dan benar saja Albert tengah memainkannya kembali. Renata tak habis pikir dengan Albert yang kuat menggagahinya padahal semalam dia sudah menggagahinya lebih dari tiga ronde.

"Tidurlah kalau kamu lelah biar aku bermain sendiri," kata Albert dengan tersenyum licik.

"Apa anda tidak memiliki rasa puas tuan? sehingga anda menggagahi saya lagi," kata Renata dengan kesal.

"Kalau mainan baru aku tidak pernah puas," sahut Albert.

Renata terdiam dia merasa sangat hina karena Albert menganggapnya mainan yang bisa bebas digagahi tanpa memikirkan perasaannya sama sekali.

Kejam dan biadab ya begitulah namun bagaimana lagi Renata telah dijual oleh Rian pada Albert.

Albert yang merasa telah membeli tentu bebas melakukan apapun pada Renata.

Lama bermain kini Albert sudah mendapatkan pelepasannya, dia segera beranjak dan membersihkan diri sedangkan Renata menangis lagi mengingat nasib dirinya yang tiada arti seperti ini. Begitu rendah dan hina di mata Albert.

"Aku kini sudah kotor," gumamnya dengan memukul-mukulkan tangannya di kasur, dia berusaha melampiaskan rasa kesalnya.

Seusai mandi Albert segera memakai baju kerjanya, dia nampak tampan sekali dengan setelan jas warna abu-abu.

"Boleh saya ke kampus tuan?" tanya Renata sambil menghapus air matanya yang tersisa.

Albert menatap Renata lalu mengangguk.

"Bersiaplah aku akan mengantarmu," kata Albert.

"Jangan GR dulu aku mau mengantar kamu karena pasti antara pangkal paha kamu sakit," Imbuh Albert

"Punya hati juga dia," batin Renata.

Renata segera melangkahkan kaki ke kamar mandi, sungguh bagian sensitifnya sangat perih entah bagaimana keadaannya di dalam.

"Auuuwwwww," pekik Renata saat dia buang air kecil.

Dia merasakan perih saat air seninya keluar dan mengenai lubang sensitifnya.

"Perih sekali, rudal besar milik Albert telah mengobrak abrik milikku," gerutu Renata.

Dengan pelan Renata membasuh bagian sensitifnya setelah itu dia mengguyur tubuhnya dengan air, dibawah guyuran air Renata menggosok tubuhnya dengan banyak sabun supaya bekas Albert hilang.

Sesudah mandi, Renata keluar dan di tempat tidur sudah ada baju bangus untuknya.

Renata bergegas memakainya lalu keluar.

"Lama sekali," protes Albert.

"Makanlah setelah itu kita berangkat," imbuh Alber.

Albert menunggu Renata makan, asistennya tersenyum karena baru kali ini dia menunggui wanita makan biasanya dia akan meninggalkan wanitanya makan sendirian.

Renata yang lelah karena digempur semalaman sengaja makan dengan porsi jumbo, di samping itu dia sengaja membuat Albert ilfil padanya supaya Albert mau melepaskannya.

"Kamu berapa tahun tidak makan?" tanya Albert.

"Makan saya memang banyak, lagipula semalam kan tuan menggagahi saya hingga dini hari," seloroh Renata.

Asisten dan anak buah Albert yang berada di sana menahan tawa, mereka baru tau kalau bosnya maniak sex.

"Tertawa potong gaji lima puluh persen," ancam Albert sehingga mereka semua tidak berani menahan tawa.

Albert menatap gadis kecil yang berada di seberang tempatnya duduk, ada rasa kesal karena Renata telah berani mempermalukannya depan anak buahnya.

"Lihatlah nanti setelah aku pulang kerja," batin Albert dengan senyum menyeringai.

Seusai makan Renata sengaja bersendawa dengan keras sehingga membuat Albert menggelengkan kepala.

"Astaga," batin Albert.

Renata bisa saja menahan sendawa namun lagi-lagi dia ingin membuat Albert ilfil, dengan begitu Albert akan berpikir kembali untuk menjadikannya budak di ranjang panas miliknya.

"Tuan anda punya mobil lain sekali mobil ini?" tanya Renata.

Melihat dirinya akan diantar mobil Renata menjadi tidak enak sehingga dia meminta Albert untuk menggunakan mobil lainnya.

"Ada banyak kenapa?" tanya Albert heran.

"Anda bisa kan mengantar saya menggunakan mobil biasa saja, saya tidak enak dengan teman-teman kalau diantar menggunakan mobil seperti ini," jawab Renata.

Albert dan asistennya saling pandang, biasanya wanita wanita Albert suka bila diantar dengan mobil mewah tapi Renata malah memilih diantar menggunakan mobil biasa.

"Gimana tuan, ganti mobil atau tidak?" tanya Gibran

"Ganti dengan yang lain," jawab Albert.

Lagi-lagi Albert menuruti keinginan Renata setelah ganti mobil mereka berangkat.

"Kenapa kamu tidak suka jika aku mengantar kamu menggunakan mobil mewah?" tanya Albert.

"Aku gak suka saja jadi pusat perhatian, pasti setelah itu mereka pada kepo dan tanya macam-macam padaku," jawab Renata.

Albert menatapnya dengan tersenyum.

"Logis juga wanita ini," batin Albert.

Tak selang lama mereka telah sampai di kampus, Renata turun dari mobil Albert namun sebelumnya dia mencium terlebih dahulu punggung tangan Albert.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Albert.

"Ini tuh namanya Salim, tradisi dari keluarga aku," jawab Renata lalu turun sedangkan Albert masih memperhatikan Renata yang berjalan masuk ke dalam kampus.

Di kampusnya Renata tidak begitu terkenal dia juga tidak memiliki banyak teman hanya ada beberapa orang yang mau berteman dengannya.

"Ren," teriak Mira

Renata menoleh lalu menghentikan langkahnya.

Temannya yang bernama Mira memanggil.

"Aku perhatikan jalan kamu agak aneh seperti orang habis malam pertama saja," kata Mira dengan menatap Renata.

"Udah deh nggak usah negatif thinking sama aku, aku kemarin habis jatuh dan itu aku kena kursi sumpah rasanya sakit banget," sahut Renata dengan berbohong.

"Oh ya bagaimana dengan tugas praktek kita?" tanya Renata mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

"Kan kamu tau sendiri kalau kelompok kita tidak memiliki sponsor, bisanya juga masuk ke kalangan bawah dengan harga minim tidak sebanding dengan biaya yang kita keluarkan. Berbeda dengan kelompok lain yang up, sayur mereka tentu masuk supermarket besar dengan bantuan orang dalam," jawab Mira menjelaskan panjang kali lebar.

Renata melemas nasib orang di bawah rata-rata memang seperti ini berbeda dengan orang kalangan up.

"Ren, kan cowok kamu itu pebisnis kenapa kamu nggak minta tolong ma dia untuk memasukkan sayur organik kita ke supermarket besar." Mira memberikan ide.

Renata mengepalkan tangannya, dia teringat kembali akan kebiadaban Rian kekasihnya.

"Jangan sebut si brengsek itu," kata Renata dengan marah.

"Kenapa? bukannya kamu cinta mati tu ma dia?" tanya Mira heran.

"Udahlah Mir, aku tu benci tujuh turunan sama dia, please ya jangan sebut dia saat bersama aku," jawab Renata.

Meskipun Mira penasaran dengan apa yang terjadi pada Renata dan Rian namun Mira tidak ingin membuat temannya ilfil.

Di sisi lain Gibran dan Albert memutar jalan karena jalan kantor dan kampus Renata berlawanan arah.

"Tuan, kampus nona Renata dalam naungan perusahaan kita," lapor Gibran.

"Benarkah," sahut Albert.

Terlintas berbagai rencana licik di otak Albert sehingga membuatnya tersenyum licik.

Entah apa yang Albert pikirkan, sehingga dia tersenyum licik seperti itu.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dijual 2 Bab 2 Sudah kotor3 Bab 3 Bertemu Rian4 Bab 4 Belajar dari internet5 Bab 5 Di bathub 6 Bab 6 Tidak ingin ada bekas wanita lain 7 Bab 7 Membantu tapi tidak gratis 8 Bab 8 Cemburu 9 Bab 9 Hukuman keji10 Bab 10 Segera kembali 11 Bab 11 Pulang 12 Bab 12 Rindu 13 Bab 13 Albert ke kampus 14 Bab 14 Di hukum lagi 15 Bab 15 Kemarahan Rian16 Bab 16 Amarah Albert17 Bab 17 Siksaan Albert 18 Bab 18 Maafkan aku 19 Bab 19 Mira tau20 Bab 20 Hubungan terlarang Monica dan Rian 21 Bab 21 Nikmat luar biasa 22 Bab 22 Aku sakit tuan 23 Bab 23 Mobil bergoyang 24 Bab 24 Hamil 25 Bab 25 Memuaskan kamu 26 Bab 26 Diperbudak Rian 27 Bab 27 Lupa datang makan malam 28 Bab 28 Bertahan sakit pergi tak bisa 29 Bab 29 Datang bulan 30 Bab 30 Membawa rindu 31 Bab 31 Renata cemburu 32 Bab 32 Tinggal bersama 33 Bab 33 Vera vs Renata34 Bab 34 Hukuman lagi 35 Bab 35 Berantem 36 Bab 36 Nonton film panas37 Bab 37 Kedatangan mama Albert 38 Bab 38 Meninggal dalam perut 39 Bab 39 Digantikan Daniel40 Bab 40 Takut kehilangan41 Bab 41 Jatuh cinta lagi dan lagi 42 Bab 42 Seujung kuku43 Bab 43 Tekanan mama Albert44 Bab 44 Please jangan ragukan aku 45 Bab 45 Obat tidur 46 Bab 46 Sikap posesif Albert 47 Bab 47 Steven sangat bijak 48 Bab 48 Tidur lagi!49 Bab 49 Hukuman buat Renata50 Bab 50 Sulit berjalan51 Bab 51 Dibully52 Bab 52 Semua heran53 Bab 53 Tidur lagi!54 Bab 54 Kelakuan busuk Monica 55 Bab 55 Drama mie instan 56 Bab 56 Renata tidak enak 57 Bab 57 Siasat melawan Monica 58 Bab 58 Apa rencana Albert59 Bab 59 Jebakan balik 60 Bab 60 Ingin bertukar posisi 61 Bab 61 Kelicikan Monica 62 Bab 62 Kisah Renata yang diklaim Monica 63 Bab 63 Anda egois sekali 64 Bab 64 Kena jebakan Gibran 65 Bab 65 langsung minta jatah 66 Bab 66 Tak bisa bila tanpa kamu 67 Bab 67 Serangan fajar 68 Bab 68 ke pesta 69 Bab 69 Mengulang kesalahan yang sama 70 Bab 70 Kalung insial A71 Bab 71 Cemburu 72 Bab 72 Pergantian CEO lagi.73 Bab 73 Siasat mama Albert dan Monica 74 Bab 74 Santorini75 Bab 75 Dijebak76 Bab 76 Kelicikan mama Albert 77 Bab 77 Kelicikan Albert 78 Bab 78 Menemui mama Albert79 Bab 79 Ingin mengakhiri 80 Bab 80 Sidang 81 Bab 81 Selangkah lebih maju 82 Bab 82 Jatuh cinta lagi dan lagi 83 Bab 83 Anda kenapa 84 Bab 84 Tidak ada pertemanan dengan lawan jenis85 Bab 85 Terlanjur kecewa86 Bab 86 Dijebak 87 Bab 87 Aku mohon David 88 Bab 88 Dirawat 89 Bab 89 Menjenguk di RSJ90 Bab 90 Selalu enak enak 91 Bab 91 Cara memisahkan Albert dan Renata.92 Bab 92 Mengikuti Renata ke pesta93 Bab 93 Diculik mama sendiri94 Bab 94 Mau nggak mau harus menurut95 Bab 95 Bertemu Monica 96 Bab 96 Naluri keibuan yang mati 97 Bab 97 Menculik Renata98 Bab 98 Terkejut dengan pelayan yang datang 99 Bab 99 Melepas rindu 100 Bab 100 Tunangan