Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
Suara desahan dan erangan Albert menggema memenuhi kamarnya yang luas, entah berapa kali dia menggagahi Renata, dia selalu nambah dan nambah hingga Renata dibuat lemah tak berdaya oleh Albert.
"Aaahhhhhhhh." Albert menegang dan mendapatkan pelampiasannya lagi.
"Tubuhku lelah sekali," kata Renata.
Albert tersenyum ingin sekali dia menggempur wanitanya tersebut namun karena pinggulnya sudah pegal Albert pun menyudahi aksinya.
"Kita lanjut besok pagi lagi," kata Albert lalu dia membersihkan diri dan tidur.
Renata yang lelah juga memutuskan tidur dengan tubuh polosnya namun tetap menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya.
Entah berapa lama Renata tidur, dia merasa kalau tubuhnya ada yang menindih lagi dan benar saja Albert tengah memainkannya kembali. Renata tak habis pikir dengan Albert yang kuat menggagahinya padahal semalam dia sudah menggagahinya lebih dari tiga ronde.
"Tidurlah kalau kamu lelah biar aku bermain sendiri," kata Albert dengan tersenyum licik.
"Apa anda tidak memiliki rasa puas tuan? sehingga anda menggagahi saya lagi," kata Renata dengan kesal.
"Kalau mainan baru aku tidak pernah puas," sahut Albert.
Renata terdiam dia merasa sangat hina karena Albert menganggapnya mainan yang bisa bebas digagahi tanpa memikirkan perasaannya sama sekali.
Kejam dan biadab ya begitulah namun bagaimana lagi Renata telah dijual oleh Rian pada Albert.
Albert yang merasa telah membeli tentu bebas melakukan apapun pada Renata.
Lama bermain kini Albert sudah mendapatkan pelepasannya, dia segera beranjak dan membersihkan diri sedangkan Renata menangis lagi mengingat nasib dirinya yang tiada arti seperti ini. Begitu rendah dan hina di mata Albert.
"Aku kini sudah kotor," gumamnya dengan memukul-mukulkan tangannya di kasur, dia berusaha melampiaskan rasa kesalnya.
Seusai mandi Albert segera memakai baju kerjanya, dia nampak tampan sekali dengan setelan jas warna abu-abu.
"Boleh saya ke kampus tuan?" tanya Renata sambil menghapus air matanya yang tersisa.
Albert menatap Renata lalu mengangguk.
"Bersiaplah aku akan mengantarmu," kata Albert.
"Jangan GR dulu aku mau mengantar kamu karena pasti antara pangkal paha kamu sakit," Imbuh Albert
"Punya hati juga dia," batin Renata.
Renata segera melangkahkan kaki ke kamar mandi, sungguh bagian sensitifnya sangat perih entah bagaimana keadaannya di dalam.
"Auuuwwwww," pekik Renata saat dia buang air kecil.
Dia merasakan perih saat air seninya keluar dan mengenai lubang sensitifnya.
"Perih sekali, rudal besar milik Albert telah mengobrak abrik milikku," gerutu Renata.
Dengan pelan Renata membasuh bagian sensitifnya setelah itu dia mengguyur tubuhnya dengan air, dibawah guyuran air Renata menggosok tubuhnya dengan banyak sabun supaya bekas Albert hilang.
Sesudah mandi, Renata keluar dan di tempat tidur sudah ada baju bangus untuknya.
Renata bergegas memakainya lalu keluar.
"Lama sekali," protes Albert.
"Makanlah setelah itu kita berangkat," imbuh Alber.
Albert menunggu Renata makan, asistennya tersenyum karena baru kali ini dia menunggui wanita makan biasanya dia akan meninggalkan wanitanya makan sendirian.
Renata yang lelah karena digempur semalaman sengaja makan dengan porsi jumbo, di samping itu dia sengaja membuat Albert ilfil padanya supaya Albert mau melepaskannya.
"Kamu berapa tahun tidak makan?" tanya Albert.
"Makan saya memang banyak, lagipula semalam kan tuan menggagahi saya hingga dini hari," seloroh Renata.
Asisten dan anak buah Albert yang berada di sana menahan tawa, mereka baru tau kalau bosnya maniak sex.
"Tertawa potong gaji lima puluh persen," ancam Albert sehingga mereka semua tidak berani menahan tawa.
Albert menatap gadis kecil yang berada di seberang tempatnya duduk, ada rasa kesal karena Renata telah berani mempermalukannya depan anak buahnya.
"Lihatlah nanti setelah aku pulang kerja," batin Albert dengan senyum menyeringai.
Seusai makan Renata sengaja bersendawa dengan keras sehingga membuat Albert menggelengkan kepala.
"Astaga," batin Albert.
Renata bisa saja menahan sendawa namun lagi-lagi dia ingin membuat Albert ilfil, dengan begitu Albert akan berpikir kembali untuk menjadikannya budak di ranjang panas miliknya.
"Tuan anda punya mobil lain sekali mobil ini?" tanya Renata.
Melihat dirinya akan diantar mobil Renata menjadi tidak enak sehingga dia meminta Albert untuk menggunakan mobil lainnya.
"Ada banyak kenapa?" tanya Albert heran.
"Anda bisa kan mengantar saya menggunakan mobil biasa saja, saya tidak enak dengan teman-teman kalau diantar menggunakan mobil seperti ini," jawab Renata.
Albert dan asistennya saling pandang, biasanya wanita wanita Albert suka bila diantar dengan mobil mewah tapi Renata malah memilih diantar menggunakan mobil biasa.
"Gimana tuan, ganti mobil atau tidak?" tanya Gibran
"Ganti dengan yang lain," jawab Albert.
Lagi-lagi Albert menuruti keinginan Renata setelah ganti mobil mereka berangkat.
"Kenapa kamu tidak suka jika aku mengantar kamu menggunakan mobil mewah?" tanya Albert.
"Aku gak suka saja jadi pusat perhatian, pasti setelah itu mereka pada kepo dan tanya macam-macam padaku," jawab Renata.
Albert menatapnya dengan tersenyum.
"Logis juga wanita ini," batin Albert.
Tak selang lama mereka telah sampai di kampus, Renata turun dari mobil Albert namun sebelumnya dia mencium terlebih dahulu punggung tangan Albert.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Albert.
"Ini tuh namanya Salim, tradisi dari keluarga aku," jawab Renata lalu turun sedangkan Albert masih memperhatikan Renata yang berjalan masuk ke dalam kampus.
Di kampusnya Renata tidak begitu terkenal dia juga tidak memiliki banyak teman hanya ada beberapa orang yang mau berteman dengannya.
"Ren," teriak Mira
Renata menoleh lalu menghentikan langkahnya.
Temannya yang bernama Mira memanggil.
"Aku perhatikan jalan kamu agak aneh seperti orang habis malam pertama saja," kata Mira dengan menatap Renata.
"Udah deh nggak usah negatif thinking sama aku, aku kemarin habis jatuh dan itu aku kena kursi sumpah rasanya sakit banget," sahut Renata dengan berbohong.
"Oh ya bagaimana dengan tugas praktek kita?" tanya Renata mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
"Kan kamu tau sendiri kalau kelompok kita tidak memiliki sponsor, bisanya juga masuk ke kalangan bawah dengan harga minim tidak sebanding dengan biaya yang kita keluarkan. Berbeda dengan kelompok lain yang up, sayur mereka tentu masuk supermarket besar dengan bantuan orang dalam," jawab Mira menjelaskan panjang kali lebar.
Renata melemas nasib orang di bawah rata-rata memang seperti ini berbeda dengan orang kalangan up.
"Ren, kan cowok kamu itu pebisnis kenapa kamu nggak minta tolong ma dia untuk memasukkan sayur organik kita ke supermarket besar." Mira memberikan ide.
Renata mengepalkan tangannya, dia teringat kembali akan kebiadaban Rian kekasihnya.
"Jangan sebut si brengsek itu," kata Renata dengan marah.
"Kenapa? bukannya kamu cinta mati tu ma dia?" tanya Mira heran.
"Udahlah Mir, aku tu benci tujuh turunan sama dia, please ya jangan sebut dia saat bersama aku," jawab Renata.
Meskipun Mira penasaran dengan apa yang terjadi pada Renata dan Rian namun Mira tidak ingin membuat temannya ilfil.
Di sisi lain Gibran dan Albert memutar jalan karena jalan kantor dan kampus Renata berlawanan arah.
"Tuan, kampus nona Renata dalam naungan perusahaan kita," lapor Gibran.
"Benarkah," sahut Albert.
Terlintas berbagai rencana licik di otak Albert sehingga membuatnya tersenyum licik.
Entah apa yang Albert pikirkan, sehingga dia tersenyum licik seperti itu.