Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
"Sabar Ren," ucap Mira sambil memegangi pundak sahabatnya tersebut.
Renata terus saja memikirkan perkataan Yuke kalau sampai dia dan kelompoknya mendapatkan nilai e bagiamana. Sia-sia sudah jerih payahnya selama setengah semester ini.
"Aarrrggg pusing sekali," kata Renata.
Tak terasa waktu pulang telah datang dengan langkah loyo Renata keluar kampus. Dia sangat tidak bersemangat karena memikirkan nasib ujian praktek yang nyaris gagal. Di sisi lain Albert yang kebetulan telah selesai meeting
memutuskan untuk menjemput Renata.
Renata yang pusing memikirkan ujian prakteknya terus melamun sehingga dia tidak sadar kalau Albert datang menjemputnya.
"Dia mau kemana?" tanya Albert pada Gibran.
"Mana saya tau Tuan," jawab Gibran.
Renata berdiri di tepi jalan menunggu angkot yang lewat, dia benar-benar tidak tau kalau Gibran telah menjemputnya.
Albert mencoba menghubungi Renata namun Renata hanya melihat ponselnya lalu memasukkan kembali ke dalam tas tanpa mengangkat panggilan yang masuk.
Gibran yang melihatnya tertawa, baru kali ini ada wanita yang mengabaikan telpon dari Tuannya.
"Kamu tunggu apa lagi Gibran, cepat mendekat," titah Albert.
Gibran mendekatkan mobil pas di depan Renata, kemudian Albert membuka jendela dan meminta Renata untuk masuk.
"Cepat masuk," titah Albert.
Tanpa berkata apa-apa Renata segera masuk dan duduk agak jauh dari Albert.
"Siapa dirimu berani mengabaikan panggilanku!" Hardik Albert.
"Saya Renata Tuan," jawab Renata dengan menundukkan kepala.
Albert memijat pelipisnya sedangkan Gibran tertawa dalam hati.
"Aku sudah tau kalau kamu Renata," sahut Albert.
"Kenapa anda masih bertanya?" tanya Renata yang kesal.
Emosi Albert sudah di ubun-ubun sungguh kesal sekali dengan Renata.
"Apa perlu saya keluar Tuan?" tanya Gibran.
"Nanti saja di kantor," jawab Albert.
Renata hanya diam, dia takut kalau Albert menganiaya dirinya lagi.
"Kenapa sih hidup aku sial begini, sudah bingung dengan ujian praktek dan kini selalu dikejar-kejar monster ini," batin Renata.
Selama perjalanan ke kantor tidak ada obrolan sama sekali antara Albert maupun Renata mereka berdua hanya diam sambil memainkan ponsel masing-masing, pikiran Renata pergi kemana-mana begitu pula dengan Albert.
"Ayo turun," kata Albert setelah mobil sudah sampai di depan loby kant
Renata segera turun dan mengekor Albert masuk ke dalam kantor.
Semua mata menatap Renata dan ini membuat Renata berlari mengejar Albert.
"Tuan," panggil Renata.
"Ada apa?" tanya Albert.
"Tunggu," jawab Renata.
Kini mereka berdua telah tiba di ruangan Albert, Renata langsung duduk saja karena lelah mengikuti langkah Albert yang lebar.
Bersamaan ponsel Renata berbunyi dan Mira yang menghubunginya.
"Iya Mir," kata Renata dalam sambungan telponnya.
"Ren, besok kita harus sudah dapat sponsor, kalau tidak nilai kita semua e," ucap Mira yang membuat Renata terdiam.
"Berdoa saja semoga ada keajaiban Mir," timpal Renata.
Renata kemudian memutuskan panggilan secara sepihak, dia yang pusing merebahkan tubuhnya di sofa panjang.
"Ya Tuhan bagaimana ini," kata Renata lalu memejamkan matanya, niat awalnya hanya memejamkan mata namun siapa sangka Renata malah tidur sungguhan.
Albert yang sedikit banyak mendengar percakapan Renata tau kalau wanitanya kini dalam masalah.
Albert segera memerintahkan Gibran untuk mencari informasi terkait kegiatan Renata di kampus.
Tak berselang lama Gibran datang dan melaporkan hasil yang dia dapat.
"Bicaralah, dia sedang tidur," titah Albert meminta Gibran untuk bicara.
"Jadi Nona Renata ada ujian praktek mencari sponsor untuk ujian tanam sayur dan buah selain itu mereka juga diminta menjual hasil tanam hasil dari tanam ini akan menjadi penilaian tersendiri, berhubung kelompok nona Renata tidak memiliki sponsor dan mereka juga menjual hasil tanam ke pasar tradisional sehingga hasil mereka dibawah standar dan mereka semua terancam nilai e termasuk nona Renata," jelas Gibran yang membuat Albert mengangguk paham.
"Besok kita ke kampus," kata Albert.
"Siap Tuan," sahut Gibran.
Waktu berjalan dengan cepat waktu pulang kantor telah datang sedangkan Renata masih saja tidur.
"Enak sekali dia," kata Albert.
Albert duduk di sofa juga sambil melihat Renata yang tidur.
"Hey." Albert menggoyang bahu Renata.
"Apa sih," sahut Renata yang enggan untuk bangun.
"Aku mau pulang apa kamu mau menginap disini?" Tapi Renata tidak bergeming.
Renata yang tidak mau bangun membuat Albert geram dia mengambil air dan memercikkannya ke wajah Renata.
Renata menggeliat dan perlahan membuka matanya.
"Apaan sih, ganggu orang tidur saja," protes Renata.
"Bangun, cepat bangun," teriak Albert
"Kenapa sih! Inikan masih subuh," kata Renata lalu beranjak.
"Aku mengajak kamu ke kantor bukan untuk tidur, enak sekali dirimu," maki Albert.
Renata membolakan matanya dia mencoba mengingat kembali benar saja dirinya tadi pulang kuliah dan dijemput Albert.
"Hehe maaf Tuan," kata Renata dengan
terkekeh.
Albert yang kesal memerintahkan Renata untuk duduk di pangkuannya.
Renata menurut saja, saat di atas pangkuan Albert, tangan Albert malah meremas pantatnya tentu ini membuat Renata sedikit tak nyaman.
"Dengar, jika maaf berguna tidak akan ada polisi," bisik Albert.
"Lalu?" tanya Renata.
"Kamu harus aku hukum," jawab Albert.
Renata menghela nafas dia mengiba pada Albert supaya tidak menghukumnya. Dia belum mandi dan belum makan jadi tidak memiliki tenaga untuk bertempur melawan rudal Albert.
Albert nampak tersenyum kali ini alasan Renata masuk di akal sehingga Albert pun melepasnya.
"Ya sudah hukuman beratnya nanti dan sekarang hukuman ringannya," bisik Albert.
Albert menaikkan dagu Renata kemudian melumat bibir Renata.
Renata juga membalasnya dia tidak ingin merusak mood Albert atau dia dihukum di kantor.
Setelah saling puas kini mereka mengambil nafas untuk mengisi paru-paru mereka dengan udara.
"Ya sudah ayo kita pulang karena aku tidak sabar untuk menghukum kamu," bisik Albert yang membuat Renata melemas.
Sesampainya di rumah Albert segera memerintahkan pelayan untuk menyiapkan makan sedangkan dia dan Renata masuk ke kamar.
"Kita akan mandi bersama," kata Albert sambil menanggalkan pakaiannya.
"Tapi tuan...." Belum sempat melanjutkan kata-katanya Albert meletakkan telunjuknya di bibir yang merupakan kode agar Renata tidak membantahnya.
"Baik Tuan," ucap Renata dengan menunduk.
Mau nggak mau, Renata menuruti kemauan Albert untuk mandi bersama.
Albert menuangkan sabun di dada Renata, perlahan dia mengusapnya dengan lembut.
"Tuan, ayo kita mandi nanti keburu dingin," kata Renata yang mulai merinding karena Albert malah memainkan dadanya.
"Mandi itu dinikmati biar bersih," sahut Albert.
Renata berdecak kesal mana ada mandi dinikmati seperti makan saja.
Tangan Albert masuk ke dalam bagian sensitif Renata dan tangan satunya meremas bagian dada sambil memelintir pucuknya.
Renata menggeliat merasakan sensasi nikmat yang Albert berikan.
"Oh Tuan," desahan merdu mulai terdengar nyaring di telinga Albert sehingga membuat Albert semakin ingin memakan Renata.
Puas memainkan bagian-bagian sensitif Renata kini Albert menuntun tangan Renata untuk memainkan bagian vitalnya juga.
Dia meletakkan sabun dan meminta Renata untuk memainkannya.
"Oh, nikmat sekali sayang," desah Albert saat Renata mulai menaik turunkan tangannya.
Puas saling bermain di area sensitif kini Albert dan Renata pindah ke bathub, airnya bergelombang saat Albert melakukan penyatuan dan airnya tumpah saat Albert mulai melajukan rudalnya maju dan mundur.
Suara-suara desahan menggema di seluruh ruangan kamar mandi bahkan Renata ikut menjerit merasakan sensasi nikmat yang Albert berikan.