Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
"Makan yang banyak," titah Albert.
Renata hanya mengangguk, pikirannya yang kacau membuat dirinya tidak nafsu makan sama sekali sehingga dari tadi dia hanya mengaduk aduk makanannya itupun hanya buah potong yang dia ambil.
Albert yang selesai makan terlihat geram dengan Renata sehingga dia mengambil apel potong dan memasukannya ke dalam mulut Renata dengan mulutnya.
Renata nampak terkejut namun saat hendak memuntahkannya Albert malah mengancam.
"Hukuman kamu aku tambah jika berani memuntahkannya,"
Akhirnya Renata dia tidak punya pilihan lain selain mengunyah dan menelan apel dari mulut Albert.
Semua yang ada di ruang makan nampak terkejut dengan perilaku Albert tapi tidak ada yang berani bersuara.
"Aku suapi lagi atau kamu segera menghabiskan makanan kamu," kata Albert yang membuat Renata menggelengkan kepala.
"Saya makan sendiri tuan," ucap Renata lalu memakan makanannya.
Gibran melihat jam tangan kemudian melapor kalau ada meeting setengah jam lagi.
"Tunggu di mobil." Albert memberikan perintahnya.
"Baik Tuan," sahut Gibran lalu dirinya berjalan keluar.
Sebelum berangkat Albert mendekati Renata, dia mengingatkan Renata akan hukuman yang harus dia terima.
"Tunggulah aku di kamar, ingat hukuman kamu malam ini jadi persiapkan diri," bisik Albert.
"Iya iya," sahut Renata dengan bibir yang maju.
Melihat bibir maju Renata membuat Albert gemas sekali dan langsung melahap bibir mungil Renata.
Semua pelayan dan kepala pelayan menundukkan kepala saat melihat adegan dewasa tuan mereka.
"Tuan malu dilihat mereka," gerutu Renata sesaat Albert melepaskan pautannya.
"Anggap saja mereka nggak ada," sahut Albert sambil mengusap sisa saliva di bibir Renata.
Selepas kepergian Albert Renata pergi ke kamarnya. Dia yang masih bingung memikirkan ujian prakteknya memutuskan menelpon Mira untuk bertanya rencana selanjutnya.
Dirinya dan Mira sepertinya sama-sama tidak tau, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menemui dosen dan meminta belas kasian setidaknya nilai C bukan D apalagi E.
"Kita ketemu yuk Ren," ajak Mira.
"Kamu dimana emangnya?" tanya Renata.
"Aku ini sedang ikut kakak aku bekerja, kafenya mewah banget, kamu nyusul aku ya Ren," pinta Mira dalam sambungan telponnya.
"Ok share saja lokasinya." Renata kemudian mematikan sambungan ponselnya.
Saat hendak keluar Renata melihat penjaga yang berjaga diluar, dia segera memikirkan cara untuk bisa keluar dari mension. Dengan kelicikan yang dia miliki akhrinya Renata berhasil lolos dari penjaga.
Dengan menggunakan taxi online Renata menuju tempat dimana Mira berada.
"Hi Mir," sapa Renata.
"Hai Ren," balas Mira.
Mira dan Renata mengobrol di taman samping kafe, mereka membahas tentang ujian praktek yang mengancam nilai mereka.
Saat asik bercerita kakak Mira meminta Mira untuk menggantikan pekerjaannya sebentar karena dia ada urusan dengan cowoknya.
"Kerjaannya apa kak?" tanya Renata.
"Mengantar minuman ke ruang VIP nanti tipsnya kamu ambil saja deh," jawab kakak Mira.
Mira dan Renata yang butuh uang tentu mau-mau saja menggantikan pekerjaan kakak Mira.
Mereka berdua membawa banyak minuman dan camilan ke ruang VIP no 1.
"Ren, tiba-tiba aku kebelet pipis kamu masuk dulu ya," kata Mira sambil memindahkan nampan yang berisi minuman beralkohol, es batu dan juga camilan ke tangan Renata.
"Jangan lama-lama segera susul aku," sahut Renata.
Renata nampak gugup pasalnya baru kali ini dia membawakan minuman untuk para tamu di kafe seperti ini.
Renata menghela nafas berkali kali kemudian dia mengetuk pintu.
Teriakan masuk dari dalam membuat Renata membuka pintu, saat beberapa langkah masuk betapa kagetnya dia karena yang ada di dalam adalah Albert dengan klien bisnisnya serta para wanita yang mengerubungi mereka.
Nampak Albert memangku seorang wanita cantik dengan body yang aduhai.
"Dasar lelaki brengsek, udah memperbudak aku namun masih saja main dengan wanita lain," umpat Renata dengan tatapan mautnya yang mengarah ke Albert.
Kini tatapan Albert dan Renata saling bertemu, kilatan amarah nampak di mata Albert begitu pula dengan Renata.
Karena kesal Renata meletakkan nampan yang dibawanya kemudian langsung keluar sedangkan Albert meminta Gibran untuk mengejar Renata dan membawanya kembali.
"Baik Tuan," kata Gibran.
Gibran segara berlari mengejar Renata.
"Nona Renata," panggil Gibran.
Renata berhenti tanpa membalikan badan.
"Mohon ikut saya nona, Tuan Albert memanggil anda," kata Gibran.
"Bilang sama si monster eh maksudku tuan Albert kalau aku mau pulang," sahut Renata.
"Mohon nona jangan memperburuk keadaan, anda kan tau bagaimana kalau tuan Albert marah," ucap Gibran.
Renata menghela nafas, mau nggak mau dia ikut Gibran kembali ke ruang VIP no 1.
Albert menyudahi meeting dengan kliennya dia juga meminta kliennya untuk pergi, kini tinggal wanita cantik yang masih duduk di pangkuan Albert.
"Kemari lah," titah Albert.
Renata hanya diam karena Albert masih memangku wanita lain.
"Kenapa sih tuan menyuruh wanita cupu ini datang? Tanya wanita yang ada di atas pangkuan Albert.
Renata nampak kesal karena dibilang cupu tapi dia hanya diam karena tidak ingin membuat masalah.
"Kamu turun dan pergilah," titah Albert yang kini membuat si wanita itu kesal.
Sebelum dia pergi, si wanita mencium Albert terlebih dahulu sambil meremas benda sensitif Albert.
"Aku akan selalu merindukan anda tuan," bisik wanita tersebut
Albert yang sejatinya lelaki normal tentu terpancing dengan perilaku si wanita, dia juga membalas meremas pantat wanita tersebut lalu menyuruhnya cepat pergi.
"Cih, menjijikan sekali," umpat Renata.
Selepas kepergian si wanita malam itu, Albert meminta Renata untuk mendekat.
"Duduklah!" titah Albert sambil menepuk pahanya, dia meminta Renata untuk duduk di pangkuannya.
"Ogah, bekas wanita itu," kata Renata yang memiliki duduk di sofa dengan wajah cemberut.
Meskipun kesal dengan penolakan Renata namun Albert tidak mempermasalahkan hal itu.
"Siapa yang menyuruh kamu datang kesini?" tanya Albert.
Renata nampak gugup, dia baru ingat dengan Mira temannya.
"Saya janjian dengan teman saya tuan karena ada hal yang ingin kami bahas," jawab Renata tanpa menatap Albert.
"Lalu kenapa bisa membawa minuman kemari?" tanya Albert lagi.
"Tadi kakak teman saja meminta saya dan teman saya untuk menggantikan pekerjaannya," jawab Renata.
"Kenapa mau?" Albert terus saja bertanya sehingga membuat Renata kesal.
"Kenapa sih anda terus bertanya tuan?" protes Renata.
"Kamu tidak memiliki option untuk protes, option kamu hanya menjawab dengan jujur," jelas Albert.
Renata lagi-lagi menghela nafas sambil memegangi dadanya.
"Karena kata kakak teman saya tips mengantar minuman sangat banyak," jawab Renata.
Albert tertawa, dia lupa tidak memberi uang sama sekali pada Renata lagipula Renata juga tidak pernah memintanya.
"Kenapa kamu tidak minta padaku?" tanya Renata.
"Memangnya ada siapa saya tuan, ayah bukan, kakak juga bukan suami juga bukan lalu kenapa saya harus meminta uang kepada anda?" tanya Renata.
Gibran dan Albert saling melempar senyum baru kali ini ada wanita yang tidak meminta uang pada dirinya.
"Ya sudah ini tips buat kamu karena kamu sudah membawakan minuman untuk aku." Albert menyodorkan beberapa lembar uang untuk Renata.
Bukannya menerima tips dari Albert Renata malah menolaknya.
"Tidak usah," kata Renata menolak tips yang diberikan oleh Albert.
Albert jadi bingung lalu dia menyuruh Renata untuk duduk di pangkuannya.
Lagi-lagi Renata menggeleng.
"Nggak mau, ada bekas wanita itu," kata Renata yang masih bersikeras pada pendiriannya.
Albert meminta Gibran untuk keluar dan berjaga di depan jangan ada yang boleh masuk.
Albert menanggalkan pakaiannya dan ini membuat Renata membolakan mata.
"Apa yang ada lakukan tuan," tanya Renata.
"Katanya kamu tidak mau kalau ada bekas wanita itu, sekarang kemari lah," titah Albert.
Renata masih menggeleng dan kali ini kesabaran Albert sudah diambang maksimal.
"Kemari atau aku memaksa kamu," ancam Albert.