icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 6
Tidak ingin ada bekas wanita lain
Jumlah Kata:1160    |    Dirilis Pada:16/07/2022

"Makan yang banyak," titah Albert.

Renata hanya mengangguk, pikirannya yang kacau membuat dirinya tidak nafsu makan sama sekali sehingga dari tadi dia hanya mengaduk aduk makanannya itupun hanya buah potong yang dia ambil.

Albert yang selesai makan terlihat geram dengan Renata sehingga dia mengambil apel potong dan memasukannya ke dalam mulut Renata dengan mulutnya.

Renata nampak terkejut namun saat hendak memuntahkannya Albert malah mengancam.

"Hukuman kamu aku tambah jika berani memuntahkannya,"

Akhirnya Renata dia tidak punya pilihan lain selain mengunyah dan menelan apel dari mulut Albert.

Semua yang ada di ruang makan nampak terkejut dengan perilaku Albert tapi tidak ada yang berani bersuara.

"Aku suapi lagi atau kamu segera menghabiskan makanan kamu," kata Albert yang membuat Renata menggelengkan kepala.

"Saya makan sendiri tuan," ucap Renata lalu memakan makanannya.

Gibran melihat jam tangan kemudian melapor kalau ada meeting setengah jam lagi.

"Tunggu di mobil." Albert memberikan perintahnya.

"Baik Tuan," sahut Gibran lalu dirinya berjalan keluar.

Sebelum berangkat Albert mendekati Renata, dia mengingatkan Renata akan hukuman yang harus dia terima.

"Tunggulah aku di kamar, ingat hukuman kamu malam ini jadi persiapkan diri," bisik Albert.

"Iya iya," sahut Renata dengan bibir yang maju.

Melihat bibir maju Renata membuat Albert gemas sekali dan langsung melahap bibir mungil Renata.

Semua pelayan dan kepala pelayan menundukkan kepala saat melihat adegan dewasa tuan mereka.

"Tuan malu dilihat mereka," gerutu Renata sesaat Albert melepaskan pautannya.

"Anggap saja mereka nggak ada," sahut Albert sambil mengusap sisa saliva di bibir Renata.

Selepas kepergian Albert Renata pergi ke kamarnya. Dia yang masih bingung memikirkan ujian prakteknya memutuskan menelpon Mira untuk bertanya rencana selanjutnya.

Dirinya dan Mira sepertinya sama-sama tidak tau, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menemui dosen dan meminta belas kasian setidaknya nilai C bukan D apalagi E.

"Kita ketemu yuk Ren," ajak Mira.

"Kamu dimana emangnya?" tanya Renata.

"Aku ini sedang ikut kakak aku bekerja, kafenya mewah banget, kamu nyusul aku ya Ren," pinta Mira dalam sambungan telponnya.

"Ok share saja lokasinya." Renata kemudian mematikan sambungan ponselnya.

Saat hendak keluar Renata melihat penjaga yang berjaga diluar, dia segera memikirkan cara untuk bisa keluar dari mension. Dengan kelicikan yang dia miliki akhrinya Renata berhasil lolos dari penjaga.

Dengan menggunakan taxi online Renata menuju tempat dimana Mira berada.

"Hi Mir," sapa Renata.

"Hai Ren," balas Mira.

Mira dan Renata mengobrol di taman samping kafe, mereka membahas tentang ujian praktek yang mengancam nilai mereka.

Saat asik bercerita kakak Mira meminta Mira untuk menggantikan pekerjaannya sebentar karena dia ada urusan dengan cowoknya.

"Kerjaannya apa kak?" tanya Renata.

"Mengantar minuman ke ruang VIP nanti tipsnya kamu ambil saja deh," jawab kakak Mira.

Mira dan Renata yang butuh uang tentu mau-mau saja menggantikan pekerjaan kakak Mira.

Mereka berdua membawa banyak minuman dan camilan ke ruang VIP no 1.

"Ren, tiba-tiba aku kebelet pipis kamu masuk dulu ya," kata Mira sambil memindahkan nampan yang berisi minuman beralkohol, es batu dan juga camilan ke tangan Renata.

"Jangan lama-lama segera susul aku," sahut Renata.

Renata nampak gugup pasalnya baru kali ini dia membawakan minuman untuk para tamu di kafe seperti ini.

Renata menghela nafas berkali kali kemudian dia mengetuk pintu.

Teriakan masuk dari dalam membuat Renata membuka pintu, saat beberapa langkah masuk betapa kagetnya dia karena yang ada di dalam adalah Albert dengan klien bisnisnya serta para wanita yang mengerubungi mereka.

Nampak Albert memangku seorang wanita cantik dengan body yang aduhai.

"Dasar lelaki brengsek, udah memperbudak aku namun masih saja main dengan wanita lain," umpat Renata dengan tatapan mautnya yang mengarah ke Albert.

Kini tatapan Albert dan Renata saling bertemu, kilatan amarah nampak di mata Albert begitu pula dengan Renata.

Karena kesal Renata meletakkan nampan yang dibawanya kemudian langsung keluar sedangkan Albert meminta Gibran untuk mengejar Renata dan membawanya kembali.

"Baik Tuan," kata Gibran.

Gibran segara berlari mengejar Renata.

"Nona Renata," panggil Gibran.

Renata berhenti tanpa membalikan badan.

"Mohon ikut saya nona, Tuan Albert memanggil anda," kata Gibran.

"Bilang sama si monster eh maksudku tuan Albert kalau aku mau pulang," sahut Renata.

"Mohon nona jangan memperburuk keadaan, anda kan tau bagaimana kalau tuan Albert marah," ucap Gibran.

Renata menghela nafas, mau nggak mau dia ikut Gibran kembali ke ruang VIP no 1.

Albert menyudahi meeting dengan kliennya dia juga meminta kliennya untuk pergi, kini tinggal wanita cantik yang masih duduk di pangkuan Albert.

"Kemari lah," titah Albert.

Renata hanya diam karena Albert masih memangku wanita lain.

"Kenapa sih tuan menyuruh wanita cupu ini datang? Tanya wanita yang ada di atas pangkuan Albert.

Renata nampak kesal karena dibilang cupu tapi dia hanya diam karena tidak ingin membuat masalah.

"Kamu turun dan pergilah," titah Albert yang kini membuat si wanita itu kesal.

Sebelum dia pergi, si wanita mencium Albert terlebih dahulu sambil meremas benda sensitif Albert.

"Aku akan selalu merindukan anda tuan," bisik wanita tersebut

Albert yang sejatinya lelaki normal tentu terpancing dengan perilaku si wanita, dia juga membalas meremas pantat wanita tersebut lalu menyuruhnya cepat pergi.

"Cih, menjijikan sekali," umpat Renata.

Selepas kepergian si wanita malam itu, Albert meminta Renata untuk mendekat.

"Duduklah!" titah Albert sambil menepuk pahanya, dia meminta Renata untuk duduk di pangkuannya.

"Ogah, bekas wanita itu," kata Renata yang memiliki duduk di sofa dengan wajah cemberut.

Meskipun kesal dengan penolakan Renata namun Albert tidak mempermasalahkan hal itu.

"Siapa yang menyuruh kamu datang kesini?" tanya Albert.

Renata nampak gugup, dia baru ingat dengan Mira temannya.

"Saya janjian dengan teman saya tuan karena ada hal yang ingin kami bahas," jawab Renata tanpa menatap Albert.

"Lalu kenapa bisa membawa minuman kemari?" tanya Albert lagi.

"Tadi kakak teman saja meminta saya dan teman saya untuk menggantikan pekerjaannya," jawab Renata.

"Kenapa mau?" Albert terus saja bertanya sehingga membuat Renata kesal.

"Kenapa sih anda terus bertanya tuan?" protes Renata.

"Kamu tidak memiliki option untuk protes, option kamu hanya menjawab dengan jujur," jelas Albert.

Renata lagi-lagi menghela nafas sambil memegangi dadanya.

"Karena kata kakak teman saya tips mengantar minuman sangat banyak," jawab Renata.

Albert tertawa, dia lupa tidak memberi uang sama sekali pada Renata lagipula Renata juga tidak pernah memintanya.

"Kenapa kamu tidak minta padaku?" tanya Renata.

"Memangnya ada siapa saya tuan, ayah bukan, kakak juga bukan suami juga bukan lalu kenapa saya harus meminta uang kepada anda?" tanya Renata.

Gibran dan Albert saling melempar senyum baru kali ini ada wanita yang tidak meminta uang pada dirinya.

"Ya sudah ini tips buat kamu karena kamu sudah membawakan minuman untuk aku." Albert menyodorkan beberapa lembar uang untuk Renata.

Bukannya menerima tips dari Albert Renata malah menolaknya.

"Tidak usah," kata Renata menolak tips yang diberikan oleh Albert.

Albert jadi bingung lalu dia menyuruh Renata untuk duduk di pangkuannya.

Lagi-lagi Renata menggeleng.

"Nggak mau, ada bekas wanita itu," kata Renata yang masih bersikeras pada pendiriannya.

Albert meminta Gibran untuk keluar dan berjaga di depan jangan ada yang boleh masuk.

Albert menanggalkan pakaiannya dan ini membuat Renata membolakan mata.

"Apa yang ada lakukan tuan," tanya Renata.

"Katanya kamu tidak mau kalau ada bekas wanita itu, sekarang kemari lah," titah Albert.

Renata masih menggeleng dan kali ini kesabaran Albert sudah diambang maksimal.

"Kemari atau aku memaksa kamu," ancam Albert.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dijual 2 Bab 2 Sudah kotor3 Bab 3 Bertemu Rian4 Bab 4 Belajar dari internet5 Bab 5 Di bathub 6 Bab 6 Tidak ingin ada bekas wanita lain 7 Bab 7 Membantu tapi tidak gratis 8 Bab 8 Cemburu 9 Bab 9 Hukuman keji10 Bab 10 Segera kembali 11 Bab 11 Pulang 12 Bab 12 Rindu 13 Bab 13 Albert ke kampus 14 Bab 14 Di hukum lagi 15 Bab 15 Kemarahan Rian16 Bab 16 Amarah Albert17 Bab 17 Siksaan Albert 18 Bab 18 Maafkan aku 19 Bab 19 Mira tau20 Bab 20 Hubungan terlarang Monica dan Rian 21 Bab 21 Nikmat luar biasa 22 Bab 22 Aku sakit tuan 23 Bab 23 Mobil bergoyang 24 Bab 24 Hamil 25 Bab 25 Memuaskan kamu 26 Bab 26 Diperbudak Rian 27 Bab 27 Lupa datang makan malam 28 Bab 28 Bertahan sakit pergi tak bisa 29 Bab 29 Datang bulan 30 Bab 30 Membawa rindu 31 Bab 31 Renata cemburu 32 Bab 32 Tinggal bersama 33 Bab 33 Vera vs Renata34 Bab 34 Hukuman lagi 35 Bab 35 Berantem 36 Bab 36 Nonton film panas37 Bab 37 Kedatangan mama Albert 38 Bab 38 Meninggal dalam perut 39 Bab 39 Digantikan Daniel40 Bab 40 Takut kehilangan41 Bab 41 Jatuh cinta lagi dan lagi 42 Bab 42 Seujung kuku43 Bab 43 Tekanan mama Albert44 Bab 44 Please jangan ragukan aku 45 Bab 45 Obat tidur 46 Bab 46 Sikap posesif Albert 47 Bab 47 Steven sangat bijak 48 Bab 48 Tidur lagi!49 Bab 49 Hukuman buat Renata50 Bab 50 Sulit berjalan51 Bab 51 Dibully52 Bab 52 Semua heran53 Bab 53 Tidur lagi!54 Bab 54 Kelakuan busuk Monica 55 Bab 55 Drama mie instan 56 Bab 56 Renata tidak enak 57 Bab 57 Siasat melawan Monica 58 Bab 58 Apa rencana Albert59 Bab 59 Jebakan balik 60 Bab 60 Ingin bertukar posisi 61 Bab 61 Kelicikan Monica 62 Bab 62 Kisah Renata yang diklaim Monica 63 Bab 63 Anda egois sekali 64 Bab 64 Kena jebakan Gibran 65 Bab 65 langsung minta jatah 66 Bab 66 Tak bisa bila tanpa kamu 67 Bab 67 Serangan fajar 68 Bab 68 ke pesta 69 Bab 69 Mengulang kesalahan yang sama 70 Bab 70 Kalung insial A71 Bab 71 Cemburu 72 Bab 72 Pergantian CEO lagi.73 Bab 73 Siasat mama Albert dan Monica 74 Bab 74 Santorini75 Bab 75 Dijebak76 Bab 76 Kelicikan mama Albert 77 Bab 77 Kelicikan Albert 78 Bab 78 Menemui mama Albert79 Bab 79 Ingin mengakhiri 80 Bab 80 Sidang 81 Bab 81 Selangkah lebih maju 82 Bab 82 Jatuh cinta lagi dan lagi 83 Bab 83 Anda kenapa 84 Bab 84 Tidak ada pertemanan dengan lawan jenis85 Bab 85 Terlanjur kecewa86 Bab 86 Dijebak 87 Bab 87 Aku mohon David 88 Bab 88 Dirawat 89 Bab 89 Menjenguk di RSJ90 Bab 90 Selalu enak enak 91 Bab 91 Cara memisahkan Albert dan Renata.92 Bab 92 Mengikuti Renata ke pesta93 Bab 93 Diculik mama sendiri94 Bab 94 Mau nggak mau harus menurut95 Bab 95 Bertemu Monica 96 Bab 96 Naluri keibuan yang mati 97 Bab 97 Menculik Renata98 Bab 98 Terkejut dengan pelayan yang datang 99 Bab 99 Melepas rindu 100 Bab 100 Tunangan