Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sweet Temptation (Aliya and her stepfather)

Sweet Temptation (Aliya and her stepfather)

Anak_Dukun

5.0
Komentar
10.2K
Penayangan
20
Bab

Warning! Terdapat beberpa adegan dewasa dalam novel ini, yang belum tujuh belas tahun ke atas menyingkir, dan harap bijak dalam memilih sebuah bacaan. Aliya Jasmine adalah seorang gadis cantik yang begitu polos, periang dan juga manja. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit yaitu kehilangan sosok seorang ibu di usianya yang baru empat tahun. Kini Aliya diasuh oleh pria yang berstatus ayah tirinya, yang bernama Revandra Gramentha. Seorang lelaki tampan dan juga seorang presedir di Gramentha grup. Selisi usianya hanya enam belas tahun. Revandra menikahi ibu Aliya karena satu alasan, dan ibu Aliya meninggal tudak lama setelah pernikahan tersebut. Lima belas tahun berlalu, Revandra mengasuh Aliya layaknya anak kandungnya sendiri. Dia bahkan begitu memanjakan Aliya, hingga gadis itu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan manja. Namun, karena kejadian di suatu malam, perasaan Revandra kepada Aliya berubah. Kini dia tidak lagi mengangap Aliya sebagai putrinya lagi. Melainkan menganggapnya sebagai seorang gadis yang dicintainya. Di sisi lain Aliya sering kali melihat ayahnya bersama wanita lain. Lantaran tidak mau ayahnya menikah lagi, Aliya berpikir daripada ayahnya jatuh di tangan wanita lain, lebih baik ayahnya jatuh di tangannya sendiri. Maka Aliya menggoda ayahnya menggunakan tubuhnya, semua itu berkat ajaran dari sahabatnya yaitu Aren.

Bab 1 Putri kesayangan

"Jam segini kamu belum bangun, Sayang?" Seorang lelaki dewasa yang tampan masuk ke sebuah kamar bernuansa biru muda. Lelaki itu duduk di samping pembaringan sembari berusaha membangunkan putrinya yang masih nyaman dalam tidurnya meskipun sinar matahari telah menerobos masuk melalui sela-sela jendela kaca. "Sayang, ayo bangun! Sudah pagi. Bukankah hari ini kamu ada ujian semester?" kata lelaki dewasa itu lagi. Namun, gadis yang dibangunkan tidak ada pergerakan sama sekali.

"Ugh!" leguh Aliya sedikit bergerak.

"Aliya ayo bangun! Kalau tidak bangun sekarang, ayah akan menarikmu ke kamar mandi dan memandikanmu dengan air dingin." Revandra mengancam Aliya karena dia tahu jelas bahwa Aliya begitu anti mandi dengan air dingin di pagi hari.

"Stop, Ayah! Pleae don't threaten me." Aliya langsung bangun sambil mengucak mata setelah Revandra mengancam.

"Sayang, ayah tidak ingin kamu gagal dalam ujian semester ini. Cepatlah mandi dan berangkat ke kampus. Pak Aris akan mengantarmu."

"Ayah ...!" Gadis itu melototi Revandra sambil meletakkan tangan pada wajah tampan Revandra, dia heran kenanpa dia harus diantar oleh sopir kali ini. Bukankah biasaya Revandra lah yang mengantarnya.

"Sudah, jangan banyak berpikir. Hari ini akan ada tamu yang datang ke rumah, jadi aku tidak bisa mengantarmu," jelas Revandra pada Aliya seakan-akan dia mengerti dari tatapan gadis itu.

Dengan wajah kecut dan masam Aliya melangkah masuk ke kamar mandi. Jujur saja, di dalam hati Aliya begitu kesal terhadap Revandra. Sebab, demi seorang tamu Revandra bahkan tidak mengantarnya ke universitas, padahal hari ini adalah ujian semester tingkat pertama untuk Cleah.

"Dasar! Dia lebih memilih menemui orang lain dari pada mengantar putri semata wayang untuk kuliah!" Aliya menggerutu di dalam kamar mandi. "Tamu seperti apa yang akan datang menemui ayah?"

Revandra adalah seorang lelaki dewasa yang masih lajang, bukan berarti belum menikah. Usia Revandra kini menginjak tiga puluh lima tahun dan dia telah sukses menjalankan bisnisnya dalam berbagai bidang. Lelaki itu memiliki putri yang bernama Aliya, berusia sembilan belas tahun. Revandra begitu menyayangi Aliya. Dia bahkan memanjakan gadis itu dengan cara apapun yang diminta akan dikabulkan selama itu masih normal dan dibatas kemampua Revandra sendiri.

Tapu, kenyataan yang sesungguhnya Aliya bukanlah putri kandung Revandra. Melainkan anak dari seorang wanita yang dia nikahi lima belas tahun yang lalu dengan suatu alasan. Namun, setelah pernikahannya, wanita itu meninggal dunia seminggu setelah pernikahan. Sejak saat itulah Revandara merawat dan menjaga Aliya layaknya putri kandung sendiri dan begitu menyayangi gadis kecil itu.

Sebentar kemudian Aliya telah selesai dengan aktivitas memperisapkan diri untuk ke universitas. Gadis itu berlari menuruni anak tangga dan mendapati Revandra sedang duduk di meja makan, ditemani secangkir kopi hitam yang berbau harum. Tidak lupa di samping cangkir kopi itu ada sebuah laptop untuk memeriksa pekerjaannya.

"Good morning, Ded," sapa Aliya sambil mencium kedua pipi ayahnya.

"Morning, Honey," sahut Revandra membalas kecupan putrinya seperti biasa.

Lalu Revandra menarik kursi untuk Aliya duduk sembari menunggu pelayan menyiapkan makanan untuk mereka. Tidak berselang waktu lama pelayan pun membawakan makanan untuk mereka.

Aliya sejak tadi tidak fokus pada makanan yang ada di hadapannya, dia terus saja memandangi wajah tampan seorang lelaki yang berstatus ayah tirinya itu. Revandra yang melihat wajah Aliya penuh dengan pertanyaan kembali menatap gadis itu.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu? apa aku sudah melakukan suatu kesalahan kepadamu, Gadis kecil?" tanya Revandra menyelidik.

"Ayah sudah berubah!" jawab Aliya ketus.

"Maksudmu apa, Aliya?"

"Ayah lebih memilih menemui orang lain dari pada mengantar Aliya ke universitas. Aliya tetap menjawab dengan nada ketus. Meski Revandra mencoba untuk menjelaskan, gadis itu tidak menerima penjelasan apapun itu. "Aliya tidak mau tahu, kalau ayah tidak mengantar Aliya ke universutas, Aliya tidak ingin berbicara lagi kepadamu, Ayah."

Melihat putri yang begitu dia sayangi merajuk, Revandra menjadi tidak tega dan kali ini dia benar-benar harus membatalkan janji untuk bertemu dengan tamu tersebut. Dia menghela napas dalam-dalam kemudian menghembuskan secara perlahan.

"Baiklah, Ayah akan mengantarmu ke universits." Demi putrinya, Revndra terpaksa mengalah saja.

"Really?" tanya Aliya, wajahnya langsung berubah jadi gembira.

"Ya, maka lanjutkan makanmu," kata Revandara. Lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. "Halo! Selamat pagi, Emma," sapa Revandra setelah panggilan tersambung.

"Pagi ...," jawab seseorang di ujung telepon.

"Hari ini kita tidak bisa bertemu. Sebab, aku ada sesuatu yang mendesak," jelas Revandra sembari mengakhiri penggilan tanpa pamit kepada yang dihubunginya.

"Emma? Siapa Emma? Ah, mungkin itu salah satu rekan bisnis Ayah," pikir Aliya dalam benaknya. Aliya juga sedikit kaget mendengar nama Emma disebut oleh ayahnya.

"Jam berapa kau pulang nanti?" Pertanyaan Revandra yang tiba-tiba membuat Aliya terkejut dari lamunannya dan sendok yang ada di tangan Aliya terpental mengenai baju Revandra. Dengan tergesa-gesa, gadis itu beranjak dari tempat duduknya, mengambil tisu, baru membersihkan kemeja yang dipakai Revandra.

"I am sorry, Ded. Aliya tidak sengaja," ucapnya sambil masih sibuk mebersihkan kemeja Revandra. Lalu Aliya mendongak ingin mencari tahu apakah ayahnya marah atau tidak. Bibir mereka hampir saja bersentuhan karena sewaktu mendongak wajah Aliya begitu dekat dengan wajah Revandra. "Ayah, maaf."

"Sudahlah, kamu juga tidak sengaja kan?" Revandra tersenyu. Aliya merangkul leher lelaki dewasa itu.

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Ayah memang yang terbaik." Aliya melayangkan kecupan di pipi kiri dan kanan Revandra, lelaki yang dia anggap sebagai ayah.

Setelah selesai makan, Revandra mengantarkan Aliya ke universitas. Dan sebelum turun dari mobil Aliya meminta sesuatu kepada ayahya.

"Ayah, Aliya ingin sekali belajar menari. Boleh?" Aliya menatap Revandra penuh harap dan begitu manja.

"Oo ... boleh. Nanti ayah akan mencarikan tempat les menri untukmu."

"Thank you, Ded."

"Sayang ... jam berapa kamu pulang?"

"Mungkin sekitar jam satu, Ayah. Nanti Aliya telepon supir untuk menjemput."

"Okey, kamu harus langsung pulang dan jangan berkeliaran ke mana-mana." Revandra memperingatkan.

"Baik, Ayah." Aliya berlari sambil melambaikan tangan pada Revandra setelah turun dari mobil.

Di sebuah tempat duduk berbatu, Aliya duduk. Dia melepaskan tasnya dan menaruh di meja berbatu pula yang memang sengaja disediakan untuk para pelajar ketika beristirahat sambil mengerjakan tugas atau apapun itu.

"Aliya ...," sapa Aren, teman seuniversitas Aliya. "Ayahmu tampan ya, Aliya. Bisa kenalkan padaku? Meskipun usia kita dengan ayahmu terpaut enam belas tahun ayahmu tetap tampan ya. Aku rela kalau dia mau jadi sugar daddy buat aku," Aren berceletuk. Aren adalah seorang gadis yang saat ini tengah dipelihara oleh seorang sugar deddy demi membantu kehidupan sehari-harinya yang memang dia hanyalah seorang anak yatim piatu.

"Ren, sugar daddy itu apa?" tanya Aliya dengan polosnya, dia tidak mengerti apa maksud dari kata sugar daddy dan Aren hanya bida menepuk jidat. "oh, Aliya. Kamu sungguh gadis polos. Sugar daddy pun kamu tidak tahu," batin Aren.

Aren tidak ingin menjelaskan apa itu sugar daddy pada Aliya. Gadis itu berpikir tidak ada gunanya menjelaskan hal itu pada Aliya. Terlebih Aliya adalah gadis yang begitu polos dan tidak mengerti apa-apa tentang hal-hal yang berbau seperti itu. Sementra itu, Aliya yang tidak mengerti apa itu sugar daddy membuat rasa ingin tahu berkecamuk di dalam pikirannya. "Sudahlah, nanti aku tanyakan saja pada ayah," pikirnya.

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku