Dia tiba-tiba berada didunia lain... Dia diperkosa... Dia diserahkan pada pria lain oleh belahan jiwanya... Dia syok, trauma, menderita... Dia hamil... dan, ternyata, pria yang jadi ayah dari anak yang telah dikandung olehnya. Diam-diam selalu menjaga dan memperhatikannya tanpa sepengetahuannya. Dengan sabar menanti kesempatan kedua untuk bisa bersamanya, menebus kesalahan yang pernah dibuat olehnya. WARNING Ini POLYANDRI bukan POLIGAMI!!! Pasangan pertama tidak sengaja Pasangan kedua memang yang dicintainya Pasangan ketiga atas izin Pasangan kedua Pasangan keempat balas budi sekaligus politik. ** Bagaimana nasib pemuda yang berusaha agar bisa diterima oleh wanita yang sedang mengandung anaknya? Apakah dia akan mendapatkan kesempatan kedua? Dua pria disisi si wanita, bagaimana reaksi mereka? Maukah mereka membantunya? Penasaran?! Langsung aja ke aplikasi dan baca sampai selesai... Cerita ini telah selesai, dan sekarang saya sedang dalam proses pembuatan sequelnya. Mengisahkan tentang MALIA, cicit keturunan Anindira dan Hans yang menyeberang ke Dunia Modern. Judulnya, SINGA BETINA MILIKKU.
001 Menghilang
Di suatu waktu, di suatu tempat. Tampak sebuah keluarga yang sedang bertamasya. Mereka tengah asyik menikmati FAMILY TIME mereka di perairan sungai dangkal, di sebuah pegunungan.
''Mom, berikan padaku!'' seru Andra pada ibunya yang sedang sibuk mengeluarkan bahan makanan, ''Biar aku saja yang membersihkannya...''
Ibunya tersenyum sambil memberikan sebungkus ikan segar pada Andra untuk dibersihkan di pinggir sungai tidak jauh dari tempat mereka berkumpul.
''Lihat ada banyak udang galah!'' pekik Dira kegirangan.
''Banyak?'' tanya Raffa yang saat itu sedang membantu ayahnya mendirikan tenda, ''Aku ikut cari!''
Sang ayah yang sedang sibuk merakit tenda, dan ibu yang sedang fokus memasak di atas kayu bakar tapi mulutnya tidak berhenti bersenandung. Sepasang suami istri sedang bahagia menikmati waktu bebasnya setelah beberapa bulan terjebak dengan file dan dokumen.
''Raffa...'' panggil ayahnya, ''Bantu ayah dulu!''
''Ayolah ayah, hanya tinggal sedikit lagi saja. Aku mau cari udang, lumayan buat tambahan camilan...''
''Okay, aku lepaskan kau kali ini...'' jawab ayahnya, dia mengalah karena tidak tega melihat betapa ingin putranya mencari udang.
''Thank's ayah...'' sahut Raffa dengan riang.
Dengan segera Raffa segera ke sungai mengikuti adik perempuannya yang sudah lebih dulu mengutip udang-udang yang bersembunyi di balik batu.
''Mom, kayu bakarnya sepertinya kurang. Aku akan cari lagi...'' ujar Gavin, anak lelaki yang paling kecil dari tiga bersaudara.
''Jangan jauh-jauh Gavin!'' seru ibunya segera menghentikan senandungnya memberi peringatan pada putra bungsunya.
''Tidak Mom, hanya di situ,'' sahut Gavin sambil menunjukkannya pada ibunya, ''Lihat, itu ada rimbunan bambu. Kayu bambu lebih mudah terbakar meski basah...''
''Okay, hati-hati!''
''Siap, Mom!''
Mereka mengerjakan tugas masing-masing dengan riang gembira.
Mereka asyik bercengkrama dan bercanda ria tanpa meninggalkan tugas masing-masing, tapi, keceriaan mereka tiba-tiba teralihkan dengan teriakan Anindira, si bungsu.
"ARGH... KAKAK!" seru Anindira memekik, dia menjerit memanggil dengan suara yang terdengar histeris.
"AKH... BLR... URRPP..." jeritnya lagi dengan suara jeritan yang terus tertahan. Itu terjadi karena dia berulang kali menelan air, tangannya terlihat seperti terus menggapai-gapai berusaha mencari pegangan.
"Kamu ngapain sih Dir?" tanya ibunya tersengeh melihat kelakuan anak bungsunya yang dianggap sedang melawak sambil terus mengaduk-aduk masakan di panci. Tidak sedikit pun dia curiga dengan apa yang terjadi.
"Iseng tuh mom..." sahut Raffa kakaknya menjawab, yang sedang asyik cari udang sambil tertawa. Dia juga merasa kalau adik perempuannya itu tengah bermain-main dan hanya sedang usil ingin menjahili mereka.
"Pecicilan saja!" seru Andra yang sedang membersihkan ikan sambil geleng-geleng kepala menambahkan omelan untuk kelakuan Anindira. Seperti halnya yang lain, dia juga tidak menyadari ada keanehan dengan adik perempuannya, yang sedang berjuang untuk hidupnya.
Mereka semua mengacuhkan si bungsu sambil terkekeh geli, mengira kalau dia sedang senggang dan ingin menjahili keluarganya. Mereka sama sekali tidak menyangka, kalau si bungsu sedang berjuang sekuat tenaga untuk bisa naik ke permukaan air, karena tubuhnya tenggelam ditarik oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Sungai di hadapan mereka semua sangat dangkal dengan alirannya yang tidak terlalu deras. Karenanya, meski mereka semua tahu jika Anindira tidak bisa berenang, mereka semua tidak merasa bahwa itu akan jadi masalah, apalagi untuk si tomboy Anindira.
''Dira!!!''
Di antara mereka semua, hanya Gavin, kakak kembar Anindira. Hanya dia, yang menyadari kalau Anindira sedang dalam masalah. Mungkin karena mereka berdua adalah anak kembar, koneksi diantara mereka begitu kuat.
Gavin segera berlari melesat ke arah Anindira dengan wajah panik.
"Tolong Dira, dia dalam masalah!" seru Gavin berteriak sambil berlari sekencang-kencangnya memberi tahu keluarganya yang lain.
Sempat terdiam karena terkejut tapi sesaat kemudian mereka semua segera melepaskan apa pun yang sedang di pegang dan ikut berlari menanggapi kepanikan Gavin yang seperti dikejar setan.
*****
Cahaya mentari yang terik mulai redup.
Perlahan matahari mulai turun dan akan segera digantikan dengan indahnya bulan purnama yang akan segera naik malam ini.
Polisi, Tim SAR, juga penduduk setempat telah dikerahkan.
Tapi apa daya?
Jangankan orang lain, mereka (keluarga Anindira) yang ada di situ, menyaksikan sendiri kejadiannya di depan mata. Tapi masih sulit untuk bisa mempercayainya.
Tepat di depan mata mereka semua. Satu-satunya anak perempuan keluarga itu, lenyap tak berbekas tanpa peringatan. Meninggalkan seribu tanya yang belum terjawab entah sampai kapan?
**********
**********
''Uhuk uhuk uhuk...'' Anindira tersedak air dalam keadaan panik hingga membuatnya terbatuk-batuk, ''UEKKK...'' tidak lama kemudian karena gejolak di dalam perutnya akhirnya dia memuntahkan air yang telah masuk sebagian ke dalam lambungnya.
''Huft huft huft...'' kejadian cepat membuatnya terengah-engah setelah puas memuntahkan air yang tertelan.
DEG DEG DEG DEG DEG
Degup jantung Anindra berdetak cepat.
Butuh waktu baginya untuk menenangkan diri.
''Hah!'' pekik Anindira terkejut melihat apa yang ada di sekitarnya, ''Mana sungainya?!''
''Aku yakin kalau aku hampir tenggelam di sungai barusan...'' tegas Anindira sambil berusaha mengingat kembali kejadian yang menimpanya. Anindira takut kalau dia melakukan kesalahan mengingat tempat yang sekarang dilihat olehnya sangat jauh berbeda.
Baru saja Anindira tenang, sekarang dia kembali panik.
''Apa ini?!''
Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri.
''Di mana ini?!''
Menoleh ke depan dan kebelakang.
''Bukan, aku tidak pernah ke sini...''
Dia juga bahkan mendongakkan kepalanya melihat ke atas dan ke bawah.
''Ini di mana?!''
Berulang kali dia menoleh ke sana kemari nyaris tanpa jeda.
''Aku tidak tahu tempat ini... aku tidak mengenal tempat ini!''
Beragam tanya dan argumen terucap beberapa kali mengiringi kegundahannya dalam menghadapi situasi.
''Enggak mungkin... pasti aku sedang bermimpi... mungkin aku masih dalam keadaan tidak sadar karena pingsan.''
Anindira diam memejamkan matanya beberapa saat berharap kalau dia sedang bermimpi dan akan segera terbangun.
''Enggak mungkin...'' keluh Anindira dengan suara bergetar karena setelah dia membuka matanya kembali dia masih di posisi yang sama.
Setelah berdiri terdiam, memejamkan mata kemudian membukanya. Beberapa kali dia mengulangnya, akhirnya dia menyerah karena situasinya tetap sama.
Antara ingatannya dan tempatnya berpijak sekarang sama sekali tidak ada kecocokkan.
Berdiri termangu dengan keadaan di sekitarnya membangkitkan kengerian pada dirinya. Awalnya dia panik dan sekuat tenaga berusaha menyelamatkan diri dari bayangan kematian yang sempat terbersit di benaknya sesaat lalu. Tapi sekarang, dia nyaris tidak bisa memikirkan apa pun kecuali perasaan ngeri karena hal yang tidak bisa di jelaskan.
Degup jantung yang sempat mereda setelah terengah-engah, perlahan tapi pasti kembali berpacu karena ketegangan perlahan tapi pasti mulai menghampiri Anindira. Dia bingung, bahkan hampir menangis mendapati pemandangan aneh di sekitarnya.
Bab 1 Menghilang
06/05/2023
Bab 2 Tempat Asing
06/05/2023
Bab 3 Pertemuan Pertama
06/05/2023
Bab 4 Percakapan Pertama
06/05/2023
Bab 5 Kontak Fisik
06/05/2023
Bab 6 Luapan Emosi
06/05/2023
Bab 7 Jaguar Hitam
06/05/2023
Bab 8 Pengubah Wujud
06/05/2023
Bab 9 Saling Pengertian
06/05/2023
Bab 10 Amuk Anindira
06/05/2023
Bab 11 Salah Paham
11/05/2023
Bab 12 Perjalanan
11/05/2023
Bab 13 DUNIA MANUSIA BUAS
11/05/2023
Bab 14 JATI DIRI
11/05/2023
Bab 15 DUNIA LAIN
11/05/2023
Bab 16 Gaya
11/05/2023
Bab 17 Ganti Baju
11/05/2023
Bab 18 Penantang Halvir
11/05/2023
Bab 19 Pengangum dengan wujud pesaing
11/05/2023
Bab 20 Kebersamaan
11/05/2023
Bab 21 Sayuran Liar
11/05/2023
Bab 22 Gara-gara sayuran
11/05/2023
Bab 23 Halvir akan pergi
11/05/2023
Bab 24 Rencana Halvir sejak lama
11/05/2023
Bab 25 Mengangkut Barang
11/05/2023
Bab 26 Emosi
11/05/2023
Bab 27 Pengakuan
11/05/2023
Bab 28 Perpisahan
11/05/2023
Bab 29 Tampilan Palsu
11/05/2023
Bab 30 Ayah
11/05/2023
Bab 31 Obrolan Wanita
12/05/2023
Bab 32 Lingkungan Baru
12/05/2023
Bab 33 Pasangan Anindira selanjutnya
12/05/2023
Bab 34 Gavriel
12/05/2023
Bab 35 Padang Rumput
12/05/2023
Bab 36 Wanita
12/05/2023
Bab 37 Pengagum
12/05/2023
Bab 38 Terjebak
12/05/2023
Bab 39 Peringatan
12/05/2023
Bab 40 Pertempuran
12/05/2023
Buku lain oleh Wolfy_79
Selebihnya