WANITA UNTUK MANUSIA BUAS Kisah Anindira
ngubah
erus menatap sosok Jaguar hitam yang tiba-tiba beru
gan tidak biasa. Sosok Jaguar besar sudah tidak ada lagi di ha
GI
i!'' serunya memperingatkan Anindira dengan wajah datar dan denga
at terkejut, bingung, malu, syok, kaget
ng tergeletak dan mengenakannya kembali. Dia berjal
Dia menatap sosok vulgar di hadapannya tanpa
?'' seru Anindira terbata-bata sambil
emuda itu. Kepalanya terus saja bolak-balik mendongak melihat ke arah pemuda itu, lalu lurus ke depan, kemudian menunduk ke bawah, berulang kali.
nya lebih besar. Dia ingin segera memecah
it frustrasi dengan keadaan sekarang, ''Aku s
.. Tadi... Aduh... Bagaimana bilangnya?... Tadi... Barusan, tuan... Tuan tadi berubah wujud... Jadi jaguar...
ikut gerakan kacau dari tangannya yang menco
mikirannya yang tidak bisa tersampaikan. Membuatnya semakin kesal
dra yang kelelahan dengan kehebohan yang dibuatnya sendiri, ''Semalam kau menangius tersed
ngin fokus padanya. Berharap, dengan begitu dia
masih menunjukkan ekspresi bertanya di wajahnya tapi kali ini dia ma
na senyumnya terlihat manis mempesona, ''Ada apa?'' tanya pemuda itu dengan nada datar tapi jantun
terus menatapnya dengan mata berbinar. Dia menantikan reaksi baru darinya berharap
enawan pemuda itu, tanpa sadar senyum manis juga terukir di wajah Anindira. Pemuda itu kikuk
an aku harus segera saling mengerti satu sama lain... Kau sendirian di hutan, aku menolongmu, aku jelas punya hak atas dirimu. Tapi... ini benar-benar me
an pemuda itu terus menatapnya. Dia berusaha kera
... Maafkan aku, tapi kumohon bersabarlah sedikit... Aku sangat tidak enak karena menyusahkanmu tapi aku tidak punya pilihan... Aku manusia yang masih punya
RU
gemuruh yang datang
angannya memegang perut. Lima detik kemudian perutnya kembali ber
omantis itu buyar oleh
emuda itu sambil m
perti sebelumnya, dia memandang
apa
i lagi, kali ini sambil m
ak, dan akhirnya menge
a tidak mungkin bisa cari makan sendiri di tempat seperti ini. Malu s
t, ''Iya, la-par... '' ucap Anindira mengikuti uc
gi ucapanya meski sedikit terbata. Hal itu membuatnya
n, Anindira juga sege
kannya agar Anindira paham maksudnya, ''Aku akan cari makanan untukmu, jangan takut, aku ti
nggapi ucapan pemuda itu meski Anindira hanya
a segera pergi, lincah menuruni pohon meningga
ya dengan jelas sekarang, ''Tinggi. Kalau jatu
hal yang bisa di lakukan olehn
rgi ke m
ggal sendiri
atas poh
n? 'Kan kalau begini jadi t
umam berusaha menghabisk