WANITA UNTUK MANUSIA BUAS Kisah Anindira
lahan dan mengantuk, karena tidak ada lagi yang harus dilakukan, Anindira hendak merebahkan badannya. Tapi, Halvir segera menahannya, dia kemudian bangk
njerit, ekspresinya terkejutnya
gi Anindira sempat hampir jatuh terpeleset karen
a menghardik Anindira sambil meraihnya secepatnya agar dia tidak jatu
emetar mencoba menjauhkan diri dari Halvir yang masih memegang tubuh Anindira, ''Ke-ke-kenapa di... Di .. Di le-le-pas?!??'' seru Anindira berteriak dengan terbata-
g membuatmu takut?'' seru Halvir bertanya, dia heran d
diri dari Halvir yang mendekapnya, Anindira sala
sama sekali tidak mengerti kenapa Anindira ketakutan
ehelai kain pun untuk menutupi tubuh besarnya yang terekspos jelas di hadapan Anindira. Gelapnya malam tidak bisa menutupi pemandan
punya pikiran jahat... '' ujar Anindira masih melanjutkan kegelisahannya, ''Jangan macam-macam!'' seru Anindira tiba-tiba menghardik di tengah kepanikannya, ''Aku
mu?!'' seru Halvir bertanya, dia sama sekali tidak mengerti ucapan Anindira,
i... Ini gelap, kau tidak bisa melihat dengan baik saat i
saha menekan Halvir, ''Jangan mendekatiku!.'' seru An
Halvir masih dengan lembut b
a sungguh tidak mengerti kenapa
auhi aku!... '' tambahnya lagi dengan nada suara n
ajam memanggil Anindira dengan
, dia kesal melihat Anindira bereaksi kacau tida
ah, seperti dipaku dan tidak lagi bisa bergerak seinci pun. Dia ketakutan, tapi kali ini rasa takutnya dikarenakan aura menyeramkan yang terlihat di
ra tapi Anindira juga tidak menampik perasaan aman saat tangan Halvir dengan lembut membawanya perlahan dan hati-hati. Halvir kemudian mena
jalanan kita masih sangat jauh, kamu harus banyak beristirahat agar tidak sakit...'' seru Halvir
at syok. Keterkejutannya sudah mencapai batas yang bisa diterimanya, tidak lagi mampu berkata-kata, pikirannya pun kosong. Tubuhnya lelah, dan dia juga sangat mengantuk, pada akhirnya harus menyerah dengan keada
berbicara dengan bahasa Halvir, tidak lagi perlu didikte, bahkan obrolan panjang pun sudah dipahami dengan baik oleh Anindira. Jauh di depan sana sudah terlihat perbuk
a desa tempatku tinggal,'' ujar Halvir menjelaskan, dia mel
ra, dia begitu antusias mendengar ada desa,
Halvir singkat
alan sendiri...'' pinta Anindira,
jawab Hal
anggil Anind
wa kau memeriksakan diri dulu kepada Hans,'' ujar Hal
k bisa membantah Halvir. Meski wajah Anindira tampak jelek karena bers
pa dengan ramah dan penuh hormat pada Halvir, semua melihat ke arah Halvir sambil saling
lau mereka merasa ragu saat melihat Halvir tampak dengan lembut bicara dan memandang Anindira, salah satu yang membuat mereka aneh adalah Anindira tampak sangat