WANITA UNTUK MANUSIA BUAS Kisah Anindira
empat
mesta. Anindira berdiri dalam keadaan terpe
... Heb
n. Mendadak menghilang terlupakan dengan pemandangan alam
*
G!
aki Anindira ber
ukan sekarang?!'' tanya
eraguan. Bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri. Hatinya mulai merasakan kengerian yang
otaknya memproses sebuah peringatan dalam alam bawa
keadaan di sekitarnya. Rahangnya mengeras, ada perdebatan anta
saan takut di hatinya dan fakta bahwa ada air di depan sana, ''Kalau benar di sana ada sungai maka kemungkinan besar ada pemukiman penduduk. Atau, kalaupun tidak ada, setidaknya aku bisa men
i dalam otak kecilnya, menguji kemamp
ih, ker
tampilan-tampilan megah dari jajaran pepohonan besa
i lagi pujian terlo
pilan langit luas di atas kepalanya jika tidak tertutupi ol
enghalangi sinar matahari terang menyilaukan menerangi hutan dan panas menyengat. Tapi, hawanya terasa sejuk dan bersih. Hutan lesta
sulit untuk mengatupkannya kembali. Dia,
apa i
a yang membuatnya waspada. Tapi segera setelah dia mengeta
suara berbagai macam serangga musim
saling bergesek, dan juga kicau berbagai m
ar luas tak bertepi. Tampak menakjubkan dengan wibawanya, pepohonan yang m
diri, tinggi menjulang meni
ngat rimbun dan tinggi-tinggi. Seolah jika ada
pemandangan menakjubkan sesekali
put yang nyaman berg
. Hutan di wilayah mana yang aku masuki?'' Anindira bergumam dengan beberapa pertanyaan dalam kesendiriannya, ''Ma
tahu lokasinya kalau smartphone aja enggak bawa... bodoh, memang. Kenapa juga tadi enggak di kantongin t
ta besar. Tapi, hutan, kebun, d
ang berasal dari kampung. Kegiatan itu menjadi hal yang biasa dilakuka
tinggal di perkotaan tidak pernah mengganggu Anindira. Bertani di sawah, berburu di hutan, berkebun di halaman rumah adalah hal yang biasa di lakukan j
a mengingatkan dirinya sendiri, ''Aku sendirian
telah beberapa kali terpuruk lalu kembali tenang. Kali ini,
segera memantau situasi. Ini baru pohon-pohonnya doang..
i, dia juga berusaha untuk tetap tenang. Dia berusaha mencari jalan keluar. Saat ini, dia tidak bisa ber
rang pria di dalam hatinya, ''Dia,
ir yang selalu menatapnya dari kejauhan. Sepasang bola mata Sa
ung, ''Tidak ada apa pun... rasanya aku sudah berja
ada bekas goresan di pohon yang biasa ditinggalkan oleh para pendak
suki hutan yang belum
mulai menyebar
Anindira memekik bingung, meski sebisa mu
gan nada panik, ''Beneran enggak ada... enggak a
rena dia berada di hutan yang sangat tidak biasa. Dia terus berusaha mensugesti dirinya sendi
ayo kita telusuri saja jalan landai. Bag
ba jejak atau petunjuk. Setidaknya itu adal
in jauh dan malah semakin masuk menuju perbatasan *Hutan La
Hutan dan Hutan Larangan, yang biasanya hanya mereka yang d