icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 7
Membantu tapi tidak gratis
Jumlah Kata:1024    |    Dirilis Pada:16/07/2022

Renata tidak memiliki option untuk menolak mau nggak mau dia duduk di pangkuan Albert meski hatinya sangat kesal.

Albert meremas pantat Renata, dia juga mendekatkan bibirnya ingin mencium wanita kecilnya tersebut.

"Tunggu," kata Renata sambil meletakkan tangannya di bibir Albert.

Renata mengambil tisu dan membasahinya dengan air.

Dia mengusapkan tisu yang basah tersebut di bibir Albert tak hanya itu Renata juga mengambil lemon garnis minuman dan mengusapnya juga ke bibir Albert.

"Kamu apa-apaan sih Renata," protes Albert.

"Supaya bersih tuan, kalau ingin wadah tidak amis kita cuci wadah dengan jeruk nipis berhubung adanya lemon ya aku pakai lemon saja supaya bibir tuan tidak bau wanita tadi," sahut Renata.

Albert tertawa sambil menggelengkan kepala, menurutnya Renata menggemaskan sekali dan anehnya dia menurut saja.

Setelah mengusap mulut Albert dengan jeruk lemon dan tisu yang sudah dibasahi, Renata tersenyum puas.

"Bearti sekarang sudah bisa mencium kamu," kata Albert dengan tersenyum licik.

"Eh eh," kini Albert telah mengungkung Renata di bawahnya, bahkan kini bajunya telah berpindah tempat di lantai.

"Ingatlah setiap kamu melakukan kesalahan kamu harus aku hukum, dan hukuman buat kamu adalah hukuman ranjang," bisik Albert.

Mereka berdua menyatu dalam rasa nikmat, Albert seolah tak pernah puas dengan tubuh Renata, dia selalu mengingatkan lagi dan lagi.

"Oh sayang, jepitan kamu memang nikmat sekali," kata Albert dalam desahannya.

Renata merasa di atas awan, dia terus menjepit milik Albert dengan miliknya yang semakin membuat Albert mendesah hebat.

Tangannya meremas kedua bukit kembar Renata sehingga membuat Renata juga mendesah hebat.

"Tuan oh, ah," desahan Renata membuat Albert semakin memacu pinggirnya dengan cepat dan kini sampailah mereka pada puncak kepuasan.

Albert terkulai lemas di atas Renata dengan miliknya yang masih menyatu, tetesan keringat mengalir deras meski suhu udara di dalam ruangan terbilang rendah.

"Ayo kita pulang tuan," ajak Renata.

Albert segera bangun dan ke toilet untuk membersihkan miliknya begitu pula dengan Renata.

*********

Sepanjang malam Albert memeluk renata hingga Renata merasa sesak dan gerah.

"Ah sesak sekali, apa apaan sih nih orang," umpat Renata dalam hati.

Begitulah malam Renata hingga pagi datang dengan cepat.

"Kenapa cepat sekali pagi," kata Renata saat melihat jam dinding.

Dengan mata yang masih berat Renata pergi ke kamar mandi dan tanpa dia sadar kalau Albert dengan berendam di sana.

"Badan aku lelah sekali, ini gara-gara monster itu," kata Renata dengan memegangi tengkuknya.

Usai buang air kecil Renata membuka bajunya dan langsung saja masuk bathub. Saat masuk dia membolakan matanya.

"Apa monster seperti aku tidak kelihatan sehingga kamu langsung saja masuk kedalam bathub?" bisik Albert dengan memegangi perut Renata.

Renata terkekeh.

"Matilah aku," ucapnya.

"Tak akan aku biarkan kamu mati Renata, uang tiga triliun masih belum terbayar minimal kamu jadi budak ranjang aku selama setahun itu juga tergantung dari servis kamu," kata Albert.

"Satu tahun," sahut Renata.

Renata tidak bisa membayangkan bagaimana hidup dengan Albert selama setahun baru beberapa hari saja hidupnya bagai di neraka.

Tangan Albert masuk ke dalam goa sempit milik Renata, jarinya keluar masuk sehingga membuat Renata menggeliat bak cacing yang kepanasan.

"Tuan jangan," ucap Renata.

Meski bibirnya berucap jangan tapi tangannya memegangi tangan Albert seolah ingin hal lebih.

"Jangan tapi minta lebih," batin Albert dengan tersenyum licik.

Bathub bergoyang tidak bisa dihindari entah berapa lama mereka berdua asik mendesah dalam kamar mandi.

Jam dinding sudah menunjukan pukul delapan namun sepertinya kedua insan ini masih asik di kamar mandi untuk memadu kasih.

Renata yang takut telat meminta Albert untuk menyudahi perang panas mereka dan Albert menyetujuinya karena dia akan ke kampus.

Tepat pukul sembilan semua telah siap dan mobil juga siap melaju untuk membelah keramaian ibu kota.

Di depan pintu masuk Renata turun, dia tidak enak jika banyak teman-temanya melihat dia keluar dari mobil mewah Albert.

"Lo Lo dia kok masuk," kata Renata.

Dia heran kenapa mobil Albert masuk ke dalam kampus? ada urusan apa?

Asumsi-asumsi hinggap di kepala Renata, dengan langkah cepat dia segera masuk ke dalam kampus

Kampus Renata berada di bawah naungan perusahaan Albert sehingga saat Albert datang sang rektor lah yang menyambut Albert.

Yuke turut menemani sang ayah untuk menyambut Albert.

"Astaga tampan sekali?" batin Yuke.

Albert memerintahkan Gibran untuk menjelaskan maksud dan tujuannya kenapa kesini.

"Kami mendengar kalau anak pertanian semester empat mengadakan ujian praktek untuk itu kami mau mensponsori salah satu kelompok," jelas Gibran.

Pak Rektor sangat dia tidak menyangka kalau Albert mau mensupport ujian praktek mahasiswanya.

Gibran meminta daftar kelompok mahasiswa yang mengikuti ujian praktek.

Albert mengerutkan alisnya, bagaimana bisa hasil pertanian Renata di bawah standar yang ditentukan dan saat melihat penghasilan dari penjualan sayur dan buah mereka Albert hanya bisa menggelengkan kepala.

"Astaga seikat sawi organik mereka jual seribu rupiah, murah sekali," batin Albert.

Albert menutup semua laporan ujian praktek mahasiswa pertanian.

"Tolong saya panggilkan ketua kelompok grup G," titah Albert.

Yuke merasa kesal karena Albert meminta untuk dipanggilkan ketua kelompok grup G yang tak lain adalah Renata.

"Hasil pertanian mereka jauh dari standar, kenapa anda memilih grup G?" tanya Yuke.

"Aku ingin tau alasan kenapa bisa penjualan mereka jauh di bawah standar," jawab Albert.

Tak berselang lama Renata datang, betapa terkejutnya dia kalau ternyata ada Albert di ruang rektor.

"Ada apa pak Rektor? kenapa saya dipanggil?" tanya Renata.

"Tuan Albert ingin bicara," jawab pak Rektor.

Semua diperintahkan keluar karena Albert ingin berbicara empat mata dengan Renata.

"Aku lihat hasil penjualan sayur dan buah kamu, hasilnya sungguh amazing," kata Albert dengan tertawa.

"Sudahlah tuan nggak usah mengejek, ada apa anda datang kesini?" tanya Renata.

"Ini adalah kampus aku, jadi terserah aku dong mau datang kesini mau apa," jawab Albert yang membuat Renata membolakan mata.

"Kaya sekali anda Tuan," gumam Renata.

"Baru tau kalau lelakimu adalah orang terkaya di sini," sahut Albert.

Renata mendengus kesal

"Sombong sekali," batin Renata.

"Jadi tujuan anda apa tuan?" tanya Renata.

"Aku ingin mensponsori ujian praktek kamu," jawab Albert yang membuat Renata menatap Albert dengan tatapan tak biasa.

Renata tak percaya kalau Albert mau mensponsori kelompok mereka, apa ini adalah jawaban akan doanya?

"Ini gratis kan?" tanya Renata.

"Mana ada yang gratis, semua di dunia ini tidak ada yang gratis Renata," jawab Albert.

"Kalau anda meminta saya untuk bergoyang kembali mending nggak usah, tidak apa jika saya mendapatkan nilai E," sahut Renata.

"Kamu yakin? lalu bagaimana dengan teman sekelompok kamu," timpal Albert.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dijual 2 Bab 2 Sudah kotor3 Bab 3 Bertemu Rian4 Bab 4 Belajar dari internet5 Bab 5 Di bathub 6 Bab 6 Tidak ingin ada bekas wanita lain 7 Bab 7 Membantu tapi tidak gratis 8 Bab 8 Cemburu 9 Bab 9 Hukuman keji10 Bab 10 Segera kembali 11 Bab 11 Pulang 12 Bab 12 Rindu 13 Bab 13 Albert ke kampus 14 Bab 14 Di hukum lagi 15 Bab 15 Kemarahan Rian16 Bab 16 Amarah Albert17 Bab 17 Siksaan Albert 18 Bab 18 Maafkan aku 19 Bab 19 Mira tau20 Bab 20 Hubungan terlarang Monica dan Rian 21 Bab 21 Nikmat luar biasa 22 Bab 22 Aku sakit tuan 23 Bab 23 Mobil bergoyang 24 Bab 24 Hamil 25 Bab 25 Memuaskan kamu 26 Bab 26 Diperbudak Rian 27 Bab 27 Lupa datang makan malam 28 Bab 28 Bertahan sakit pergi tak bisa 29 Bab 29 Datang bulan 30 Bab 30 Membawa rindu 31 Bab 31 Renata cemburu 32 Bab 32 Tinggal bersama 33 Bab 33 Vera vs Renata34 Bab 34 Hukuman lagi 35 Bab 35 Berantem 36 Bab 36 Nonton film panas37 Bab 37 Kedatangan mama Albert 38 Bab 38 Meninggal dalam perut 39 Bab 39 Digantikan Daniel40 Bab 40 Takut kehilangan41 Bab 41 Jatuh cinta lagi dan lagi 42 Bab 42 Seujung kuku43 Bab 43 Tekanan mama Albert44 Bab 44 Please jangan ragukan aku 45 Bab 45 Obat tidur 46 Bab 46 Sikap posesif Albert 47 Bab 47 Steven sangat bijak 48 Bab 48 Tidur lagi!49 Bab 49 Hukuman buat Renata50 Bab 50 Sulit berjalan51 Bab 51 Dibully52 Bab 52 Semua heran53 Bab 53 Tidur lagi!54 Bab 54 Kelakuan busuk Monica 55 Bab 55 Drama mie instan 56 Bab 56 Renata tidak enak 57 Bab 57 Siasat melawan Monica 58 Bab 58 Apa rencana Albert59 Bab 59 Jebakan balik 60 Bab 60 Ingin bertukar posisi 61 Bab 61 Kelicikan Monica 62 Bab 62 Kisah Renata yang diklaim Monica 63 Bab 63 Anda egois sekali 64 Bab 64 Kena jebakan Gibran 65 Bab 65 langsung minta jatah 66 Bab 66 Tak bisa bila tanpa kamu 67 Bab 67 Serangan fajar 68 Bab 68 ke pesta 69 Bab 69 Mengulang kesalahan yang sama 70 Bab 70 Kalung insial A71 Bab 71 Cemburu 72 Bab 72 Pergantian CEO lagi.73 Bab 73 Siasat mama Albert dan Monica 74 Bab 74 Santorini75 Bab 75 Dijebak76 Bab 76 Kelicikan mama Albert 77 Bab 77 Kelicikan Albert 78 Bab 78 Menemui mama Albert79 Bab 79 Ingin mengakhiri 80 Bab 80 Sidang 81 Bab 81 Selangkah lebih maju 82 Bab 82 Jatuh cinta lagi dan lagi 83 Bab 83 Anda kenapa 84 Bab 84 Tidak ada pertemanan dengan lawan jenis85 Bab 85 Terlanjur kecewa86 Bab 86 Dijebak 87 Bab 87 Aku mohon David 88 Bab 88 Dirawat 89 Bab 89 Menjenguk di RSJ90 Bab 90 Selalu enak enak 91 Bab 91 Cara memisahkan Albert dan Renata.92 Bab 92 Mengikuti Renata ke pesta93 Bab 93 Diculik mama sendiri94 Bab 94 Mau nggak mau harus menurut95 Bab 95 Bertemu Monica 96 Bab 96 Naluri keibuan yang mati 97 Bab 97 Menculik Renata98 Bab 98 Terkejut dengan pelayan yang datang 99 Bab 99 Melepas rindu 100 Bab 100 Tunangan