Budak ranjang tuan muda
Penulis:Elputri
GenreRomantis
Budak ranjang tuan muda
Renata tidak memiliki option untuk menolak mau nggak mau dia duduk di pangkuan Albert meski hatinya sangat kesal.
Albert meremas pantat Renata, dia juga mendekatkan bibirnya ingin mencium wanita kecilnya tersebut.
"Tunggu," kata Renata sambil meletakkan tangannya di bibir Albert.
Renata mengambil tisu dan membasahinya dengan air.
Dia mengusapkan tisu yang basah tersebut di bibir Albert tak hanya itu Renata juga mengambil lemon garnis minuman dan mengusapnya juga ke bibir Albert.
"Kamu apa-apaan sih Renata," protes Albert.
"Supaya bersih tuan, kalau ingin wadah tidak amis kita cuci wadah dengan jeruk nipis berhubung adanya lemon ya aku pakai lemon saja supaya bibir tuan tidak bau wanita tadi," sahut Renata.
Albert tertawa sambil menggelengkan kepala, menurutnya Renata menggemaskan sekali dan anehnya dia menurut saja.
Setelah mengusap mulut Albert dengan jeruk lemon dan tisu yang sudah dibasahi, Renata tersenyum puas.
"Bearti sekarang sudah bisa mencium kamu," kata Albert dengan tersenyum licik.
"Eh eh," kini Albert telah mengungkung Renata di bawahnya, bahkan kini bajunya telah berpindah tempat di lantai.
"Ingatlah setiap kamu melakukan kesalahan kamu harus aku hukum, dan hukuman buat kamu adalah hukuman ranjang," bisik Albert.
Mereka berdua menyatu dalam rasa nikmat, Albert seolah tak pernah puas dengan tubuh Renata, dia selalu mengingatkan lagi dan lagi.
"Oh sayang, jepitan kamu memang nikmat sekali," kata Albert dalam desahannya.
Renata merasa di atas awan, dia terus menjepit milik Albert dengan miliknya yang semakin membuat Albert mendesah hebat.
Tangannya meremas kedua bukit kembar Renata sehingga membuat Renata juga mendesah hebat.
"Tuan oh, ah," desahan Renata membuat Albert semakin memacu pinggirnya dengan cepat dan kini sampailah mereka pada puncak kepuasan.
Albert terkulai lemas di atas Renata dengan miliknya yang masih menyatu, tetesan keringat mengalir deras meski suhu udara di dalam ruangan terbilang rendah.
"Ayo kita pulang tuan," ajak Renata.
Albert segera bangun dan ke toilet untuk membersihkan miliknya begitu pula dengan Renata.
*********
Sepanjang malam Albert memeluk renata hingga Renata merasa sesak dan gerah.
"Ah sesak sekali, apa apaan sih nih orang," umpat Renata dalam hati.
Begitulah malam Renata hingga pagi datang dengan cepat.
"Kenapa cepat sekali pagi," kata Renata saat melihat jam dinding.
Dengan mata yang masih berat Renata pergi ke kamar mandi dan tanpa dia sadar kalau Albert dengan berendam di sana.
"Badan aku lelah sekali, ini gara-gara monster itu," kata Renata dengan memegangi tengkuknya.
Usai buang air kecil Renata membuka bajunya dan langsung saja masuk bathub. Saat masuk dia membolakan matanya.
"Apa monster seperti aku tidak kelihatan sehingga kamu langsung saja masuk kedalam bathub?" bisik Albert dengan memegangi perut Renata.
Renata terkekeh.
"Matilah aku," ucapnya.
"Tak akan aku biarkan kamu mati Renata, uang tiga triliun masih belum terbayar minimal kamu jadi budak ranjang aku selama setahun itu juga tergantung dari servis kamu," kata Albert.
"Satu tahun," sahut Renata.
Renata tidak bisa membayangkan bagaimana hidup dengan Albert selama setahun baru beberapa hari saja hidupnya bagai di neraka.
Tangan Albert masuk ke dalam goa sempit milik Renata, jarinya keluar masuk sehingga membuat Renata menggeliat bak cacing yang kepanasan.
"Tuan jangan," ucap Renata.
Meski bibirnya berucap jangan tapi tangannya memegangi tangan Albert seolah ingin hal lebih.
"Jangan tapi minta lebih," batin Albert dengan tersenyum licik.
Bathub bergoyang tidak bisa dihindari entah berapa lama mereka berdua asik mendesah dalam kamar mandi.
Jam dinding sudah menunjukan pukul delapan namun sepertinya kedua insan ini masih asik di kamar mandi untuk memadu kasih.
Renata yang takut telat meminta Albert untuk menyudahi perang panas mereka dan Albert menyetujuinya karena dia akan ke kampus.
Tepat pukul sembilan semua telah siap dan mobil juga siap melaju untuk membelah keramaian ibu kota.
Di depan pintu masuk Renata turun, dia tidak enak jika banyak teman-temanya melihat dia keluar dari mobil mewah Albert.
"Lo Lo dia kok masuk," kata Renata.
Dia heran kenapa mobil Albert masuk ke dalam kampus? ada urusan apa?
Asumsi-asumsi hinggap di kepala Renata, dengan langkah cepat dia segera masuk ke dalam kampus
Kampus Renata berada di bawah naungan perusahaan Albert sehingga saat Albert datang sang rektor lah yang menyambut Albert.
Yuke turut menemani sang ayah untuk menyambut Albert.
"Astaga tampan sekali?" batin Yuke.
Albert memerintahkan Gibran untuk menjelaskan maksud dan tujuannya kenapa kesini.
"Kami mendengar kalau anak pertanian semester empat mengadakan ujian praktek untuk itu kami mau mensponsori salah satu kelompok," jelas Gibran.
Pak Rektor sangat dia tidak menyangka kalau Albert mau mensupport ujian praktek mahasiswanya.
Gibran meminta daftar kelompok mahasiswa yang mengikuti ujian praktek.
Albert mengerutkan alisnya, bagaimana bisa hasil pertanian Renata di bawah standar yang ditentukan dan saat melihat penghasilan dari penjualan sayur dan buah mereka Albert hanya bisa menggelengkan kepala.
"Astaga seikat sawi organik mereka jual seribu rupiah, murah sekali," batin Albert.
Albert menutup semua laporan ujian praktek mahasiswa pertanian.
"Tolong saya panggilkan ketua kelompok grup G," titah Albert.
Yuke merasa kesal karena Albert meminta untuk dipanggilkan ketua kelompok grup G yang tak lain adalah Renata.
"Hasil pertanian mereka jauh dari standar, kenapa anda memilih grup G?" tanya Yuke.
"Aku ingin tau alasan kenapa bisa penjualan mereka jauh di bawah standar," jawab Albert.
Tak berselang lama Renata datang, betapa terkejutnya dia kalau ternyata ada Albert di ruang rektor.
"Ada apa pak Rektor? kenapa saya dipanggil?" tanya Renata.
"Tuan Albert ingin bicara," jawab pak Rektor.
Semua diperintahkan keluar karena Albert ingin berbicara empat mata dengan Renata.
"Aku lihat hasil penjualan sayur dan buah kamu, hasilnya sungguh amazing," kata Albert dengan tertawa.
"Sudahlah tuan nggak usah mengejek, ada apa anda datang kesini?" tanya Renata.
"Ini adalah kampus aku, jadi terserah aku dong mau datang kesini mau apa," jawab Albert yang membuat Renata membolakan mata.
"Kaya sekali anda Tuan," gumam Renata.
"Baru tau kalau lelakimu adalah orang terkaya di sini," sahut Albert.
Renata mendengus kesal
"Sombong sekali," batin Renata.
"Jadi tujuan anda apa tuan?" tanya Renata.
"Aku ingin mensponsori ujian praktek kamu," jawab Albert yang membuat Renata menatap Albert dengan tatapan tak biasa.
Renata tak percaya kalau Albert mau mensponsori kelompok mereka, apa ini adalah jawaban akan doanya?
"Ini gratis kan?" tanya Renata.
"Mana ada yang gratis, semua di dunia ini tidak ada yang gratis Renata," jawab Albert.
"Kalau anda meminta saya untuk bergoyang kembali mending nggak usah, tidak apa jika saya mendapatkan nilai E," sahut Renata.
"Kamu yakin? lalu bagaimana dengan teman sekelompok kamu," timpal Albert.