icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 10
Segera kembali
Jumlah Kata:1049    |    Dirilis Pada:16/07/2022

Albert mengecup kening Renata lama kemudian memeluk wanitanya tersebut.

"Ayo berangkat," ajak Albert.

Sepanjang perjalan Albert terus mendekap Renata, dia tidak membiarkan Renata jauh darinya.

"Apa anda mulai tertarik dengan nona Renata tuan?" batin Gibran.

Gibran nampak senang namun dia juga sedih karena sebenarnya Albert telah memiliki Tunangan, Albert dan Vera dijodohkan sejak kecil. Vera sangat mencintai Albert namun tidak dengan Albert, bagi Albert Vera seperti adiknya.

Dari kecil semuanya telah diatur oleh keluarganya, mama dan papa Albert tinggal di negara united kingdom, negara maju di belahan bumi Eropa.

Namun Albert memilih hidup sendiri di negaranya, dia malas untuk hidup bersama keluarganya, dia ingin bebas seperti burung tanpa ada aturan ini itu yang mengikat.

Berbeda dengan Renata, orang tua Renata sangat menyayangi anaknya meski Renata adalah anak dari majikannya terdahulu.

Orang tua Renata merawat Renata dengan penuh kasih sayang sesuai janji mereka pada mendiang orang tua Renata.

*************

"Tuan Albert, sapa Renata saat masuk ruangan rektor.

"Tunjukkan mana kebun kamu," titah Albert.

"Mari Tuan." Renata mengajak Albert untuk melihat kebunnya.

Sepanjang mata memandang tanah kosong kampus diubah menjadi lahan perkebunan, banyak sekali yang ditanam mulai tomat, cabai, sayur mayur dan lain lain lagi.

"Kami sengaja menanam banyak cabai karena harga cabai yang meroket tembus seratus ribu perkilo, lalu bawang merah yang juga meroket," jelas Renata.

Albert terkesima dengan penjelasan Renata, tak sangka Renata sungguh jeli akan hal itu.

"Dan rencannya sih, uang dari anda akan kami buka lahan lagi dengan full tanam cabai dan bawang merah," kata Renata.

Albert mengangguk.

"Jika kurang aku bisa tambah lagi," kata Albert.

"Nggak usah tuan, lagipula kami buka lahan juga nggak luas, mengingat umur bawang menuju panen kalau terlalu banyak yang ditanam takutnya setelah panen nanti harga bawang merah turun," jelas Renata.

"Terserah kamu Renata," sahut Albert.

Pemikiran Renata membuat Albert kagum, Renata sudah memikirkan semuanya secara jeli dan terperinci.

"Rencannya kami juga akan datang ke wilayah sekitar sini untuk memberikan penyuluhan pada masyarakat, pentingnya memanfaatkan lahan kosong mereka dengan bercocok tanam jadi untuk menghadapi situasi seperti ini masyarakat nggak bingung karena mereka punya hasil tanam sendiri yang mana lebih sehat karena bebas pestisida," kata Renata.

Lagi-lagi penjelasan Renata membuat Albert semakin kagum, mahasiswa pertanian semester empat memiliki ide yang brilian.

"Kenapa kamu nggak ambil jurusan bisnis dan manajemen, otak kamu encer sekali," kata Albert.

"Dari kecil saya ingin menjadi seorang petani sukses tuan, dengan menyilangkan tumbuhan sehingga akan menghasilkan jenis baru," sahut Renata.

"Semoga apa yang kamu cita-citakan tercapai," kata Albert.

"Terima kasih Tuan," sahut Albert.

"Sebenarnya cita-cita saya itu simpel, ingin menjadi petani sukses dan memiliki gubug yang mana depan samping belakang saya tanami banyak bunga, sayur dan buah serta pohon rindang, apalagi hidup dengan pangeran saya, duh bahagianya aku tuan," timpal Renata.

Albert tersenyum melihat wajah Renata, tak disangka sesimpel itu hidupnya berbeda dengan Albert yang ingin menggenggam dunia, persaingan bisnis terkadang membuat dia dituntut kejam dan membuang rasa iba.

Albert memeluk Renata dengan erat.

"Aku kagum padamu," bisik Albert.

"Kagumnya gratis kan tuan, aku nggak dihukum karena memunculkan rasa kagum anda kan?" tanya Renata

Albert hanya tertawa, sungguh budak ranjangnya kali ini begitu membuatnya nano nano.

"Tuan lepas, takut kalau ada yang lihat," pinta Renata.

Albert pun segera melepas pelukannya meski dia ingin lebih lama memeluk sang wanitanya.

"Kamu pulang jam berapa?" tanya Albert.

"Mungkin lebih cepat, kenapa?" tanya Renata balik.

"Kan kamu sudah dapat sponsor, aku traktir ya," goda Albert.

Renata membolakan matanya bisa bisanya Albert minta traktir.

"Nggak mau?" tanya Albert.

"Mau kok tapi terserah aku mau traktir apa dan dimana," jawab Renata.

"Ok," sahut Renata.

"Janji?" tanya Renata dengan menaikkan jari kelingkingnya.

"Apa ini?" tanya Albert yang bingung.

"Ini janji kelingking tuan, jika anda telah berjanji kelingking anda harus menepatinya," jawab Renata.

"Baiklah," sahut Albert dengan membalas janji kelingking Renata.

Albert yang gemas memeluk Renata lagi.

"Eh Tuan setelah mentraktir anda bolehkan saya ijin pulang? saya janji besok pagi akan segera kembali," kata Renata.

Albert menggeleng.

"Ayolah tuan, saya sangat rindu orang tua saya," bujuk Renata.

"Baiklah, tapi janji besok pagi sebelum aku bangun kamu harus sudah di samping aku," ucap Albert.

"Baiklah Tuan, saya janji," sahut Renata lalu mencium pipi Albert.

Renata sangat bahagia saat ini, dia melihat sesosok Albert yang lain, tidak seperti Albert yang biasanya.

***********

"Kenapa kita makan di sini?" protes Albert.

"Tadi sudah janji kelingking loh Tuan," sahut Renata dengan tersenyum licik.

"Astaga siapa tau kalau mau diajak ke tempat seperti ini," timpal Albert.

Renata memesan dua porsi bakso beranak tak lupa es tehnya. Inilah kali pertama Albert malam di tempat sederhana sejak kecil restoran mewah selalu menjadi option dia untuk makan.

"Makanan apa ini?" tanya Albert.

"Bakso tuan," jawab Renata.

"Udah tau tapi ini ada apanya?" tanya Albert lagi.

"Tetelan tuan," jawab Renata.

Albert menghela nafas, dia mengoceh sendiri enggan memakan bakso tetelan yang dipesan oleh Renata.

Renata yang kesal memasukkan tetelan ke mulut Albert saat mengoceh.

"Tuh makan dulu," kata Renata.

Perlahan Albert mengunyah makananya dan dia pun membolakan matanya.

"Enak kan?" tanya Renata

"Mangkanya dimakan dulu baru protes," imbuh Renata.

Albert mendekatkan mangkuk yang tadi dijauhkannya, Renata meracikkan saos, kecap dan sambel untuk Albert.

"Silahkan dinikmati tuan," kata Renata.

Albert makan dengan lahap bahkan dia ingin menambah lagi.

"Aku nambah ya," bisiknya.

Aku hanya tertawa melihatnya tadi sok sok an nggak mau namun kini dia minta nambah.

Sejam kemudian mereka selesai makan, Albert nampak kekenyangan karena makan dua porsi basko tetelan beranak.

"Tak aku sangka restoran sederhana seperti ini makanannya enak sekali," kata Albert.

"Berapa harganya?" tanya Albert yang penasaran.

"Per porsinya 25.000 tuan, es tehnya lima ribu," jawab Renata.

"What! apa apaan penjualnya," teriak Albert yang membuat Renata kaget.

"Mahal ya tuan, tapi rasanya memang enak," sahut Renata.

"Seharusnya seporsi tuh 250.000 ribu, apa dia nggak rugi jual bakso segitu enaknya hanya 25.000," timpal Albert.

Renata tertawa dia kira Albert menganggap bakso beranak yang mereka beli kemahalan la kok katanya kemurahan.

"kalau dijual dengan harga segitu nggak akan ada yang beli tuan," kata Renata dengan tersenyum.

Renata menatap tuanya, dia gemas sekali dengan Albert.

"Kenapa kamu melihat aku seperti itu, ada yang aneh?" Tanya Albert.

"Nggak kok," jawab Renata.

"Ayo pulang tuan, saya harus pulang," ajak Renata kemudian.

Albert mengangguk malas, dia sebenarnya berat mengijinkan Renata untuk pulang tapi Renata juga rindu dengan kedua orangtuanya.

"Awas kalau aku bangun kamu tidak di samping aku Renata," ancam Albert.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dijual 2 Bab 2 Sudah kotor3 Bab 3 Bertemu Rian4 Bab 4 Belajar dari internet5 Bab 5 Di bathub 6 Bab 6 Tidak ingin ada bekas wanita lain 7 Bab 7 Membantu tapi tidak gratis 8 Bab 8 Cemburu 9 Bab 9 Hukuman keji10 Bab 10 Segera kembali 11 Bab 11 Pulang 12 Bab 12 Rindu 13 Bab 13 Albert ke kampus 14 Bab 14 Di hukum lagi 15 Bab 15 Kemarahan Rian16 Bab 16 Amarah Albert17 Bab 17 Siksaan Albert 18 Bab 18 Maafkan aku 19 Bab 19 Mira tau20 Bab 20 Hubungan terlarang Monica dan Rian 21 Bab 21 Nikmat luar biasa 22 Bab 22 Aku sakit tuan 23 Bab 23 Mobil bergoyang 24 Bab 24 Hamil 25 Bab 25 Memuaskan kamu 26 Bab 26 Diperbudak Rian 27 Bab 27 Lupa datang makan malam 28 Bab 28 Bertahan sakit pergi tak bisa 29 Bab 29 Datang bulan 30 Bab 30 Membawa rindu 31 Bab 31 Renata cemburu 32 Bab 32 Tinggal bersama 33 Bab 33 Vera vs Renata34 Bab 34 Hukuman lagi 35 Bab 35 Berantem 36 Bab 36 Nonton film panas37 Bab 37 Kedatangan mama Albert 38 Bab 38 Meninggal dalam perut 39 Bab 39 Digantikan Daniel40 Bab 40 Takut kehilangan41 Bab 41 Jatuh cinta lagi dan lagi 42 Bab 42 Seujung kuku43 Bab 43 Tekanan mama Albert44 Bab 44 Please jangan ragukan aku 45 Bab 45 Obat tidur 46 Bab 46 Sikap posesif Albert 47 Bab 47 Steven sangat bijak 48 Bab 48 Tidur lagi!49 Bab 49 Hukuman buat Renata50 Bab 50 Sulit berjalan51 Bab 51 Dibully52 Bab 52 Semua heran53 Bab 53 Tidur lagi!54 Bab 54 Kelakuan busuk Monica 55 Bab 55 Drama mie instan 56 Bab 56 Renata tidak enak 57 Bab 57 Siasat melawan Monica 58 Bab 58 Apa rencana Albert59 Bab 59 Jebakan balik 60 Bab 60 Ingin bertukar posisi 61 Bab 61 Kelicikan Monica 62 Bab 62 Kisah Renata yang diklaim Monica 63 Bab 63 Anda egois sekali 64 Bab 64 Kena jebakan Gibran 65 Bab 65 langsung minta jatah 66 Bab 66 Tak bisa bila tanpa kamu 67 Bab 67 Serangan fajar 68 Bab 68 ke pesta 69 Bab 69 Mengulang kesalahan yang sama 70 Bab 70 Kalung insial A71 Bab 71 Cemburu 72 Bab 72 Pergantian CEO lagi.73 Bab 73 Siasat mama Albert dan Monica 74 Bab 74 Santorini75 Bab 75 Dijebak76 Bab 76 Kelicikan mama Albert 77 Bab 77 Kelicikan Albert 78 Bab 78 Menemui mama Albert79 Bab 79 Ingin mengakhiri 80 Bab 80 Sidang 81 Bab 81 Selangkah lebih maju 82 Bab 82 Jatuh cinta lagi dan lagi 83 Bab 83 Anda kenapa 84 Bab 84 Tidak ada pertemanan dengan lawan jenis85 Bab 85 Terlanjur kecewa86 Bab 86 Dijebak 87 Bab 87 Aku mohon David 88 Bab 88 Dirawat 89 Bab 89 Menjenguk di RSJ90 Bab 90 Selalu enak enak 91 Bab 91 Cara memisahkan Albert dan Renata.92 Bab 92 Mengikuti Renata ke pesta93 Bab 93 Diculik mama sendiri94 Bab 94 Mau nggak mau harus menurut95 Bab 95 Bertemu Monica 96 Bab 96 Naluri keibuan yang mati 97 Bab 97 Menculik Renata98 Bab 98 Terkejut dengan pelayan yang datang 99 Bab 99 Melepas rindu 100 Bab 100 Tunangan