Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Prolog
🔥🔥🔥
"Saya terima nikah dan kawinnya Zavrilly Alka Louise bin Mario Louise almarhum dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Suara qobul dengan lantang baru saja didengar di seluruh penjuru gedung.
Seorang laki-laki berkopyah menatap seluruh pasang mata yang hadir sembari bertanya, "Sah?" detik selanjutnya kata sah saling bersahutan.
Sebuah balroom hotel yang sebelumnya adalah ruang kosong kini berubah seketika. Sentuhan tangan ajaib beberapa orang telah menjadikan tempat ini sebuah pesta nan megah. Karpet merah terbentang panjang dari pintu masuk, lurus ke arah di mana pusat perhatian malam ini berada.
Meja bundar dengan lapisan kain berwarna putih, berhiaskan bunga dengan benang emas berkilau. Dikelilingi kursi dengan jumlah delapan buah, melingkari sebuah tatanan alat makan yang mewah.
Sisi kanan gedung, meja panjang dengan kain putih menjuntai ke bawah, menyimpan segala macam kudapan. Dari yang ringan sampai makanan yang berat. Tak lupa juga jajaran minuman dengan berbagai macam rasa dan merek. Mau yang biasa, berperisai buah, atau yang beralkohol? Semuanya tinggal menunjuk.
Sebuah lampu kristal berukuran raksasa menggantung indah di tengah-tengah gedung, membiaskan cahaya keemasan dari lampu-lampu berukuran kecil, menambah kesan romantis di sebuah pesta.
Tirai putih yang berdampingan dengan warna emas menghiasi dinding gedung, melambai-lambai karena sapuan angin. Bergerak seiring dengan alunan musik yang diputar, seperti mengajak para tamu untuk berdansa.
Memasuki aula, memandang lurus ke depan. Di sana, sejauh mata memandang, berdiri sebuah pelaminan yang begitu cantik akan dekorasi bunga asli. Harum mawar dan melati mendominasi, memanjangkan penciuman para tamu undangan.
Sebuah pesta pernikahan baru saja digelar. Setiap pasang telinga menyaksikan dua orang yang baru saja menyatukan cinta mereka. Mengikat hati dalam janji suci, bersumpah atas nama sang pemberi kehidupan.
Dua orang menggunakan setelan jas putih dan gaun pernikahan dengan warna senada, kini berdiri bersisian menyambut setiap undangan yang datang. Mengucapkan terima kasih akan doa yang disematkan untuk keduanya.
Senyum tidak pernah luntur, tergambar jelas kebahagiaan akan apa yang baru saja mereka dapatkan. Di atas pelaminan sana, berdiri dua sosok nan tampan dan cantik, gagah dan anggun. Sang raja dan ratu semalam.
Merekalah. Xavi Rasya Yarendra dan Zavrilly Alka Louise. Rasya dan Ava. Sepasang anak Adam yang kini menjadi pusat perhatian par tamu. Dua insan yang baru saja mengucapkan janji suci, mengikrarkan cinta, menyatukan dua keluarga.
Menampakkan senyuman manis, mereka menyebarkan kebahagiaan. Membagi dengan para khalayak keluarga. Tak ingin setiap momen yang terlewatkan menjadi sia-sia.
Dua pasangan yang terlihat begitu serasi. Hilir mudik semua orang mendekati, ingin menyampaikan doa dan keinginan terbaik untuk kehidupan nanti.
Namun sayang, di tengah kebahagiaan mereka, terselip seseorang yang menahan gejolak amarah dan sakit dalam hati. Hanya mampu menatap datar ke pelaminan sana. Lebih tepatnya, pada sang mempelai wanita.
Dialah sang lelaki tampan dengan rahang kokoh, mata hitam legam dan pandangan yang tajam. Tubuh tegap memperlihatkan dada bidang yang tersembunyi di balik kemeja hitam yang dikenakan. Lengan berotot tercetak jelas dari balik kain, dan harum musk yang mampu membuat para wanita di sekitarnya terbuai.
Namun, semua yang ia punya, tidak mampu menyemai kisah cintanya. Dialah sang raja patah hati malam ini, Razali Kafka Yarendra. Adik dari Xavi Rasya Yarendra si mempelai laki-laki.
Mata elangnya masih menatap tajam wanita yang saat ini telah berstatus istri sang kakak. Seandainya bisa berbuat, mungkin mata itu akan membawa kakak iparnya menghilang dari acara ini. Membawanya entah ke mana, hanya untuk dirinya.
Tangan yang terkepal kuat ia sembunyikan di balik celana bahan. Gigi yang saling gemeretuk menandakan si pemilik daksa tengah berusaha keras dalam usahanya. "Aku yang mengenalmu lebih dulu. Aku yang mencintaimu lebih dahulu. Tapi kenapa kau memilihnya sebagai pendampingmu?" bisiknya lirih.
Satu tangan yang masih memegang gelas kaca berisikan wine, meremas gelas itu untuk menyalurkan amarah. Entah kekuatan dari mana, gelas itu pecah seketika. Tidak memedulikan tangan yang terluka, ia masih tetap setiap berdiri di sana. Beruntunglah keadaan bising dengan musik membuat hal itu menjadi tersamarkan dengan kegaduhan.
Perih. Perih dan menyakitkan peristiwa yang beberapa waktu lalu ia saksikan. Namun, apa yang bisa ia lakukan?
Sebuah tepukan pada bahu membuat dirinya menoleh, terlihat Ziqry yang saat ini menatapnya iba. Sungguh. Ia tidak menyukai tatapan itu. "Kau oke?" Suara itu penuh akan kekhawatiran.