Bagi seorang abdi negara seperti Letnan Imam, tugas untuk NKRI adalah yang utama. Tapi janji suci yang telah disematkan sebelum bertugas di khianati Serda Resti ketika sedang menjalankan tugas negara. Kini Serda Resti telah menjadi milik orang lain, namun bayangnya tetap menghantui. Dalam suatu kecelakaan yang menimpa Letnan Imam, dia diselamatkan oleh seorang dokter cantik bernama dokter Utami dan kemudian mulai merajut cinta. Tapi, ketika Letnan Imam ditugaskan lagi ke Lampung, dia menemukan seorang pelajar bernama Lita berperawakan seperti Resti. Gadis itu mengalihkan dunia Letnan Imam. Letnan Imam berusaha setia pada dokter Utami, tapi Lita juga menaruh hati pada Imam. Pada saat Utami memilih putus, Lita juga telah memiliki kekasih sendiri. Lalu siapakah wanita yang tepat untuk mengisi hati Imam?
Aku adalah seorang prajurit Marinir berpangkat Letnan Satu bernama Muhammad Imam Setiawan. Hari ini aku menginjakkan kaki ke bumi pertiwi setelah tiga puluh bulan bertugas bersama pasukan perdamaian dunia di Lebanon.
Di Lantamal V Surabaya ini aku tak dijemput seorangpun. Kartika, adikku sedang melahirkan di Kertosono, kota kelahiranku. Sejak dua hari yang lalu Kartika diberitakan sudah mengalami kontraksi, namun sampai pagi hari ini belum ada kabar kelahiran cucu pertama dari kedua orang tuaku. Sebelum kepulanganku ke tanah air, aku sudah berpesan pada bapak dan ibu untuk menemani Kartika sampai dengan selesai persalinan, tak perlu menjemputku di Surabaya.
Hiruk pikuk para keluarga yang menjemput pasukan kami tampak melepas haru. Aku sendiri yang datang tanpa jemputan sanak saudara. Ada harapan di hati ini untuk dijemput oleh Resti, sang pujaan hati. Sudah beberapa bulan ini nomor ponselnya tidak aktif, mungkin dia ganti nomor tanpa memberi tahuku. Tak masalah bagiku, karena aku telah berjanji akan menikahinya selepas pulang dari Lebanon.
Setelah mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, tampak sosok anggun yang selama ini memenuhi ruang hati. Dia terlihat celingukan mencari diriku. Aku mendekat dan berbisik dari arah belakang, "Cari siapa?"
Wanita cantik itu berbalik, lalu memberikan hormat padaku, aku membalas hormatnya lalu tersenyum. "Selamat datang di bumi pertiwi Letnan."
Kami berjalan beriringan meninggalkan kerumunan, "Apa kabarnya Dek?"
"Alhamdulillah baik, Mas. Mas apa kabarnya? Tambah hitam aja." ucapnya sambil mengulum senyum yang sangat menggemaskan.
"Beneran kerja berarti." Resti malah tertawa renyah.
"Dek Resti sudah sarapan? Mas pengen ngerasain soto nih. Kayaknya hampir lupa rasanya soto."
"Ayo kita ke kantin, nanti Resti traktir Mas, biar inget sama makanan Indonesia."
"Dek Resti duluan ya, Mas mau naro ransel dulu di mess. Pesan aja duluan ya!"
"Iya, Mas. Mau kopi atau teh?"
"Kopi hitam aja." Resti mengangguk sambil tersenyum yang membuatku semakin dimabuk cinta.
Pandanganku menyisir seluruh area kantin, terlihat seorang kowal berpangkat sersan satu melambaikan tangan padaku. Aku mendekat sambil menebar senyum.
"Soto dan kopinya sudah datang, silahkan dinikmati."
Sambil makan, aku bercerita tentang kisahku ketika berdinas di Lebanon. Resti tampak antusias menyimak ceritaku. Setelah selesai makan aku mengeluarkan sebuah gelang buatan warga Lebanon lalu memberikannya ke Resti, "Mas belum sempat beli yang mahal, ini hasil karya dari warga di Lebanon. Mas bawa banyak buat oleh-oleh, ini yang pantas buat Dek Resti."
"Wah, terima kasih ya." Resti langsung memakai gelang itu.
"Oh ya, Mas. Keluargamu kok gak ada yang jemput?"
"Kartika sedang melahirkan, bapak sama ibu siaga nunggu cucu pertamanya. Setelah ini Mas mau pulang ke Kertosono, supaya bisa sholat Jum'at bareng bapak di kampung."
"Salam untuk bapak dan ibu ya, semoga persalinan Kartika diberi kemudahan dan kelancaran, ibu dan bayinya sehat semua."
"Amin, terima kasih doanya. Kayaknya Mas ga bisa lama-lama disini, mau izin komandan dulu biar bisa pinjam mobil untuk pulang."
"Hati-hati di jalan." Pipinya yang semu menambah aura cantik Resti, ditambah polesan lipstik warna nude membuatku enggan beranjak.
"Ayo berangkat, nanti keburu siang lho!"
Aku berdiri sambil mengangguk, "Terima kasih traktirannya," ucapku lalu menjauh, Resti memberiku hormat, kemudian aku membalas hormatnya dan pergi.
***
Satu jam perjalanan Surabaya-Kertosono, mobil yang kukendarai berhenti dirumah bapak. Pintu rumah terkunci, berkali-kali aku mengucap salam namun tak ada balasan dari dalam rumah. Aku memutar ke samping, di bagian samping rumah terdapat Masjid. Setelah bebersih diri, aku masuk ke Masjid lalu sholat sunah dua rakaat. Membaringkan badan kemudian memejamkan mata, merasakan ketenangan dan kenyamanan di rumah Allah, di kampung halaman tercinta.
Tiba waktu Zuhur, aku mengumandangkan adzan memanggil warga sekitar untuk menunaikan ibadah sholat Jum'at. Selesai membacakan adzan beberapa warga yang sudah datang menyalamiku dan menyapa ala kadarnya. Dari penjelasan para tetangga, aku menyimpulkan bahwa bapak dan ibu masih di klinik tempat Kartika bersalin. Lalu pandanganku menjurus pada sosok pria yang paling pertama kulihat dimuka bumi ini. Bapak masuk ke dalam masjid dengan menggunakan baju koko coklat dan peci hitam berjalan ke arahku. Aku berlutut di depannya, lalu mencium punggung tangan yang hampir keriput. Bapak mengangkat bahuku, kemudian merangkulku sangat lama. Butiran air mata sontak mencelos dari kedua sudut mataku.
"Maafin Imam, Pak."
"Kamu gak salah, kenapa minta maaf. Kartika sudah melahirkan tadi subuh, anaknya perempuan, sehat. Ibumu masih nunggu di klinik."
"Alhamdulillah."
Selesai sholat Jum'at, aku dan bapak menyusul ibu ke klinik. Sosok wanita terhebatku menunggu di depan klinik. Aku segera berlutut dan mencium tangannya, ibu merangkulku dengan penuh kasih sayang. Dua tahun setengah kepergianku ke Lebanon bukanlah waktu singkat, kuusap lelehan air mata ibu yang menggenang di pipinya yang tirus. "Aku sudah pulang, Bu. Alhamdulillah Allah melindungiku berkat doa bapak dan ibu."
Ibu menarikku ke dalam ruang perawatan, Kartika adikku duduk bersandar sambil menggendong bayi mungil, "Le, Pakde datang."
Kartika meraih tanganku dan mencium punggung tangan kananku, lalu aku mencium bayi merah itu.
Malam ini kami semua sudah berkumpul di rumah bapak. Kami mengobrol hingga larut malam, hingga akhirnya bapak berkata, "Mam, kapan kamu mau nikah? Sekarang kamu sudah jadi pakde. Jangan sampai dilangkahi oleh Aisyah, sebentar lagi dia lulus jadi perawat berarti dia juga siap nikah."
Aku tersenyum mendengar pertanyaan bapak, "insya allah sebentar lagi pak, gadis yang Imam sukai juga sudah siap. Imam akan mengatur waktu yang tepat agar bapak melamarnya untuk Imam."
"Alhamdulillah kalau begitu, Ibu yakin pilihanmu tidak salah. Meski begitu, jangan pernah berhenti berdoa, minta petunjuk pada gusti Allah untuk jalan yang terbaik," ibu memberi saran.
"Iya, Buk," jawabku
"Kamu punya fotonya? Bapak pengen liat calon mantu pilihanmu," pinta bapak.
Aku mengeluarkan ponsel dan menunjukkan beberapa foto Resti, baik yang sendiri maupun yang bersamaku."
"Ayu tenan, gak salah pilih, Mam!" Bapak tampak senang melihat gadis cantik itu.
"Ternyata selera anak Ibu kowal toh," Ibu berkata sambil melirikku.
Aku hanya mengulum senyum mendengar komentar positif dari kedua orang tuaku.
"Orang tuanya sudah tau kalau kamu suka sama anaknya?" tanya bapak.
"Bapaknya komandan Imam dulu sebelum dinas ke Lebanon, kalau mau pesiar bareng Resti biasanya Imam selalu izin sama komandan."
"Oh, namanya Resti."
"Syukurlah kalau begitu."
***
Senin pagi aku sudah bersiap di pinggir lapangan persiapan apel rutin. Dari jauh aku melihat sebuah mobil berhenti digerbang. Dari balik kaca mobil aku jelas melihat Resti diantar seseorang, lalu Resti mencium tangan orang itu, kemudian Resti keluar dan memberi lambaian tangan ketika mobil itu menjauh. Siapa yang mengantar Resti? Hati ini mulai merasa perih. Tak jauh dari tempatku berdiri, lewatlah pak Diman yang baru saja membersihkan pekarangan.
"Pak Diman, tadi itu siapa yang mengantar Serda Resti?"
"Oh, Innova item itu ya? Itu suaminya, Letnan."
Duar.... Kepala ini serasa tertimpa batu ratusan kilo.
"Serda Resti anaknya Kolonel Teguh sudah menikah?"
"Sudah, mungkin sekitar enam bulan yang lalu. Kalau gak salah Serda Resti itu baru sembuh, kemarin mabuk hamil muda. Baru minggu kemarin beliau aktif dinas lagi."
Aku menghembuskan nafas kasar, kecewa ini sudah sampai di ubun-ubun.
Resti, kenapa kamu tega menikah dengan orang lain tanpa memberi tau aku, kenapa kamu menitipkan salam untuk kedua orang tuaku, kenapa kamu menjemputku ketika aku baru datang, kenapa kamu memberiku harapan, kenapa ....
Bab 1 1. Sampai di Indonesia
23/02/2022
Bab 2 2. Ternyata Dia Sudah Menikah
23/02/2022
Bab 3 3. Dikerjain Keluarga Komandan
23/02/2022
Bab 4 Pasukan Intai Amphibi
23/02/2022
Bab 5 Ditolong Koas Cantik
23/02/2022
Bab 6 Dokter Jatuh Cinta
23/02/2022
Bab 7 Bumi Permukiman AL
23/02/2022
Bab 8 Malam Puncak HUT Marinir
23/02/2022
Bab 9 Mengetahui Data Pencuri
23/02/2022
Bab 10 Semakin Dekat Dengan Lita
23/02/2022
Bab 11 Kembali Ke Surabaya
23/02/2022
Bab 12 Bertemu Kembali Dengan Dokter Cantik
23/02/2022
Bab 13 Menjalin Hubungan Dengan Utami
23/02/2022
Bab 14 Bertemu Lita Kembali
23/02/2022
Bab 15 Kisah Pilu Lita
23/02/2022
Bab 16 Menjadi Orang Ketiga
23/02/2022
Bab 17 Meluluhkan Hati Utami
23/02/2022
Bab 18 Campur Tangan dr. Ricky
23/02/2022
Bab 19 Berdamai Dengan Lita
23/02/2022
Bab 20 Me VS Letda Ricky
23/02/2022
Bab 21 Menenangkan Diri
24/02/2022
Bab 22 Kampung Halaman
24/02/2022
Bab 23 Pengawalan Ketat
24/02/2022
Bab 24 Ada Apa Dengan Lita
24/02/2022
Bab 25 Permainan Ricky
24/02/2022
Bab 26 Pengakuan
26/02/2022
Bab 27 Keputusan Akhir
26/02/2022
Bab 28 Mengejar Utami
26/02/2022
Bab 29 Janji Utami
26/02/2022
Bab 30 Lamaran Aisyah
26/02/2022
Bab 31 Pernikahan Aisyah
26/02/2022
Bab 32 Duka Resti
26/02/2022
Bab 33 Kematian Irvan
26/02/2022
Bab 34 Kisah Resti
26/02/2022
Bab 35 Akibat Perbuatan Ricky
26/02/2022
Bab 36 Serangan Keluarga Sukoco
26/02/2022
Bab 37 Dibalik Serangan
26/02/2022
Bab 38 Pengungkapan
26/02/2022
Bab 39 100 Hari
26/02/2022
Bab 40 Peristiwa di Kantin
26/02/2022
Buku lain oleh sittanyafahmi
Selebihnya