Arsena Bimantara >l< Arjuna Mahendra Raja bully, itulah julukan yang selama ini melekat dalam diri seorang bad boy 17 tahun yang bersekolah di SMA Cendekia Bangsa. Tak pernah ada satupun orang yang berani menindasnya. Tapi, gimana kalo ada orang lain berwajah sama yang mengalami hal sebaliknya? Sebuah direct message di Istagramnya mengusik ketenangan seorang Arsena Bimantara tat kala melihat video yang dikirimkan oleh seorang cewek asal Surabaya. Video yang memperlihatkan pembulian pada seorang cowok yang wajahnya kelewat mirip sama dia. Penasaran dengan siapa cowok itu sebenarnya, Arsen malah menemukan rahasia gelap Papanya dimasalalu. Rahasia yang menuntunnya untuk segera berdiri disebelah saudaranya. Lalu bagaimana kehidupan Arsen setelah itu? Bagaimana cowok itu akan menghadapi kemelut kehidupan adik kembarnya yang rumit? Dan saat pembuli bertemu dengan pembuli yang sebenarnya, who will be win?
Matahari yang bersinar terik siang itu benar-benar menggambarkan suasana yang ada di kantin SMA Cendekia bangsa. Banyak murid yang berdesak-desakan disana membuat suhu udara menjadi semakin panas. Meskipun begitu, para murid berdesak-desakan bukan untuk mengantri jatah makan siang mereka. Melainkan untuk menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh Arsen dkk pada seorang murid laki-laki yang masih meronta-ronta dari pitingan Rio dan Dean. Dua senjata pamungkas yang dimiliki oleh Predator.
"Lepasin gue." Geram murid laki-laki itu.
"Kita nangkep lo itu udah susah, enak aja minta dilepasin." Dean mengeratkan genggaman tangannya dilengan cowok yang dibadge seragamnya bernama Reihan itu.
"Gue nggak ada urusan ya sama lo pada. Ngapain ganggu gue?" Reihan bertanya ditengah usahanya mencoba melepaskan diri yang masih sia-sia. Rio dan Dean masih memeganginya erat.
"Nggak akan ada asep kalo nggak ada api. Kita nggak akan berurusan sama lo kalo lo bisa jaga sikap."
"Gue bener-bener nggak ngerti lo ngomong apa." Ucap Reihan.
"Gue yang bakal bikin lo ngerti." Ujar sebuah suara tenang.
Kerumunan para murid itu sontak terbelah mendengar suara itu. Jelas aja, nggak ada satupun murid waras yang berani menghalangi jalannya leader dari geng Predator itu. Dilihat dari wajahnya saja, semua orang bisa menilai kejamnya seorang Arsena Bimantara. Dan dari penampilan, jangan ditanya lagi. Khas berandal banget dengan baju seragam yang nggak pernah dikancing dan dimasukin. Dan para guru pun nggak ada yang bisa membuat seorang Arsen tunduk sampai sekarang. Nggak ada seorangpun yang bisa menindas seorang Arsen. Apalagi keempat temannya juga nggak bisa dianggap remeh. Rio dan Dean si jago berantem, dan Oky serta Rival si berandal jalanan.
"Gue nggak ada urusan sama lo." Ucap Reihan saat Arsen menarik kursi dan duduk dengan santai dihadapannya. Karena posisi Reihan yang berlutut dan Arsen yang duduk dikursi, Reihan harus sedikit mengangkat pandangan untuk bisa bertatapan dengan cowok itu.
"Yakin?" Tanya Arsen yang dengan santai mengeluarkan rokok dari sakunya dan kemudian menyulutnya.
"Gue benar-bener nggak punya masalah sama Predator." Kembali Reihan mengulang perkataannya.
Arsen tersenyum mendengar jawaban itu. Jawaban yang jelas nggak bener menurut dia. Sama sekali nggak bener karena reihan udah ngelakuin sesuatu yang membuat leader Predator itu harus turun tangan karena kiriman sebuah video. Arsen sedikit menunduk dan mengeluarkan asap rokoknya tepat didepan wajah Reihan.
"Lo tahukan gue siapa?" Tanya Arsen yang hanya dijawab kebisuan oleh Reihan. "Gue nggak suka ada pembuar onat diwilayah kekuasaan gue. Disekolah ini, tempat gue disini." Arsen mengangkat tangannya tinggi. "Dan lo," Arsen menatap tepat kedua mata Reihan. "Lo ada disini." Arsen membuat putung rokoknya lantai dan menginjaknya dengan kaki.
"Gue bener-bener nggak ngerti lo ngomong apa? Gue nggak ngelakuin apapun." Reihan masih mencoba untuk membela dirinya.
"Setan, masih nggak mau ngaku." Maki Oky Emosi.
"Sabar." Rival menahan Oky dengan tangannya saat cowok itu beringsut maju. "Biar Arsen aja yang urus."
"Gue serius nggak tahu gue bikin salah apa sama Predator." Kembali Reihan berucap.
"Lo emang nggak ada salah sama Predator, tapi lo ada salah sama dia." Arsen menunjuk salah satu murid laki-laki yang berada dikerumunan. "Sini lo."
Murid laki-laki berkacamata itu maju perlahan. Ada sorot ketakutan dalam kedua mata itu.
"Ngomong, apa yang udah dilakuin Reihan sama lo." Perintah Arsen.
"Dia, dia paksa gue buat ngerjain semua tugas sekolahnya karena orang tua gue kerja dipersahaan papanya. Dia ngancem kalo gue nggak ngerjain tugas sekolahnya, orang tua gue bakal dipecat. Dan beberapa hari lalu dia juga pukulin gue karena tugas yang gue kerjain ada yang salah." Jelas murid laki-laki itu.
"Udah tahu apa salah lo?" Tanya Arsen menatap Reihan tajam.
"Dia nggak ada hubungannya sama lo. Kenapa lo repot-repot ngelakuin semua ini ke gue buat dia yang gue yakin lo sendiri nggak kenal?"
Arsen tertawa nyaring mendengar hal itu. "Nggak kenal lo bilang?"
Arsen menunjuk pada murid cowok yang berdiri disamping Reihan itu. "Dia Miko, anak X IPA 3, kadidat kuat yang akan mewakili SMA Cendekia Bangsa buat lompa SAINS Nasional. Dia sekolah disini. Dan jelas perundungan yang lo lakuin ke dia itu urusan gue. Lo mau bersaing sama gue jadi pemegang puncak kekuasaan disekolah ini?"
Melihat kebisuan dari cowok yang lagi berlutut dihadapannya ini membuat Arsen tahu apa jawabannya.
"Kalo lo cuma seorang pecundang, nggak usah berlaga sok jadi jagoan." Ucap Arsen. "Sekarang minta maaf ke dia."
"Apa?" Tanya Reihan dengn raut wajah tak percaya.
"Lo budeg sampe nggak denger Arsen ngomong apa?" Dean menatap Reihan geram. "Dia bilang minta maaf."
"Dia itu cuma anak kacung bokap gue. Mana mungkin gue minta maaf kedia. Gue nggak akan minta maaf."
Penolakan itu membuat Arsen menyungingkan senyum yang hanya menarik satu sudut bibirnya saja. Senyum sinis yang jelas akan berakhir buruk buat Reihan. Arsen berdiri dan berjalan kearah Miko.
"Lo dengerin gue. Mulai sekarang lo nggak usah mau kalo disuruh apapun sama pecundang yang otaknya goblok itu. Dan lo juga nggak perlu takut tentang orang tua lo. Kalo emang orang tua Reihan mecat orang tua lo, lo ngomong ke gue. Gue yang akan urus itu." Terang Arsen pada Miko.
"Dan buat kalian semua," Arsen menatap pada kerumunan yang ada disekelilingnya. "Gue yakin kalian punya mata dan otak buat nyerna semuanya. Cowok ini," Arsen menunjuk pada Reihan. "Cowok pecundang yang cuma bisa ngandelin orang tuanya, nggak perlu kalian takutin. Yang lo semua perlu lakuin cuma anggep dia nggak pernah ada. Orang cupu kayak gitu nggak pantes buat dilihat mata. Pecundang yang otaknya kosong."
"Lepasin dia. Gue nggak mau temen-temen gue ketularan goblok gara-gara kelamaan bersentuhan sama orang yang nggak punya otak dan bisanya cuma ngandelin kekuasaan keluarganya doang. Padahal tanpa itu, dia cuma sampah yang nggak ada gunanya." Perintah Arsen pada Rio dan Dean sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan kantin sekolah.
Oky bertepuk tangan nyaring, "Who is he?"
"He is Arsen." Sahut Rival sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan kantin dan mengikuti Arsen.
"Bye pecundang." Ucap Rio sebelum melepaskan tangan Reihan diikuti oleh Dean.
"Inget apa yang terjadi hari ini sebelum lo ngerundung murid lain. Lawan lo bukan hanya murid yang lo buli. Lawan lo itu seorang Arsen. Jadi, kalo lo cuma seorang pecundang yang nggak bisa apa-apa, nggak usah coba-coba. Lo hanya akan dapet pembalasan yang lebih sadis daripada apa yang bisa lo kira." Pesan Dean sebelum menyusul anggota Predator lainnya.