Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
21
Penayangan
2
Bab

Menjadi pembunuh bayaran membuat kehidupan Theresia menjadi kacau. Selain diharuskan untuk berbuat kejam, wanita itu juga diajarkan untuk tak mengenal cinta. Hingga suatu saat, tiba di mana dirinya diberi tugas untuk membunuh semua anggota keluarga Williams. Keluarga di mana terdapat cinta pertamanya tinggal. Laki-laki yang sudah berpisah dengannya selama 10 tahun itu, mampu membuat Rere bimbang. Apa yang akan Rere lakukan? Tetap menjalani pekerjaannya dan membunuh semua anggota keluarga sang mantan kekasih, atau berubah pikiran?

Bab 1 Suami Ke Duapuluh

BAB 1

"Kenapa kau berubah, Sayang?! Aku ini suamimu! Apakah kau tega membunuh laki-laki yang kau cintai ini?!"

Wanita yang kedua matanya sudah mulai memanas karena mendengar teriakan dari laki-laki yang bahkan baru saja menjadi suaminya itu, semakin mengeratkan rahangnya. Tangan mungil yang sudah terbiasa dengan pistol itu, mengarah tepat di dada sebelah kiri milik suaminya.

"Suami kau bilang? Lelaki mana yang sudi untuk kunikahi, hanya demi sebuah omong kosong seperti cinta? Cihh!" lirih wanita itu sembari berdecih perlahan.

Semua mata yang ada di sekitarnya, kini mulai tertuju pada wanita yang sedari tadi menjadi pusat perhatian itu. Tatapan wanita bernama Theresia itu, tetapi dari sang suami ke laki-laki yang berdiri di ujung ruangan.

Kedipan mata dari sang pemilik jaket kulit berwarna hitam itu, mampu membuat wanita itu menganggukkan kepalanya. Seolah sudah paham dengan isyarat yang diberikan oleh laki-laki tadi, sekali gerakan tangannya saja, satu peluru langsung meluncur ke arah sang suami.

"Aaakhh! Apa yang kau lakukan?!" teriak sang suami yang mampu membuat Theresia tersenyum miring.

Wanita itu menyunggingkan senyum miringnya sembari menggelengkan kepalanya, sebelum dirinya menurunkan pistol kesayangannya.

Tatapan Theresia langsung tertuju pada sang suami yang kini tengah menahan rasa sakit akibat peluru panas yang langsung menembus bahu miliknya. Langkah kaki milik wanita yang tak kenal ampun itu, perlahan mulai mendekat pada kursi milik laki-laki yang masih tak percaya jika ternyata sang istri merupakan agen intel dari sang musuh.

"Kau pikir aku menerima lamaran darimu, karena aku mencintaimu? Persetan, dengan semua ungkapan cinta yang selalu kau ucapkan padaku! Aku datang padamu hanya untuk menjadi penjemput nyawamu, Sayang. Bagaimana? Apakah kau sudah siap?" Jemari lentik itu mulai menyusuri wajah tampan milik laki-laki yang ada di hadapannya.

Tak dapat dipungkiri, wajah tampan itu mungkin bisa membuat semua wanita terpikat pada laki-laki tersebut. Tapi hal itu sama sekali tidak berarti bagi Theresia. Baginya, uang dan nyawa melayang adalah sebuah kebutuhan bagi dirinya.

"Aku mohon padamu, Sayang. Tatap aku, jangan pernah lakukan ini padaku. Kita bahkan belum memulai hidup bersama, lalu bagaimana kau akan membunuh suamimu? Aku yakin, pasti ada sedikit cinta yang tumbuh setelah kebersamaan kita." Ucapnya dengan menahan rasa sakit yang sudah sejak tadi menyerang bahunya.

Laki-laki yang sangat ketakutan jika wanita licik di hadapannya ini membunuh dirinya, mencoba ingin melepaskan diri.

Tapi tawa menggelegar dari wanita yang tengah membungkukkan badannya itu, mampu membuat laki-laki tersebut terdiam. Tak pernah sekalipun laki-laki itu melihat sang istri tertawa dengan begitu kejamnya, seperti saat ini.

"Cinta? Lagi-lagi kau membicarakan tentang cinta, padaku? Sudahlah, aku sama sekali tak menyukai basa basi." Tanpa melakukan apa pun itu, Theresia kembali berdiri tegap dan memasukkan pistolnya ke dalam saku celananya.

Laki-laki yang masih menahan rasa sakitnya itu, menatap kepergian wanitanya dengan tatapan penuh kecewa. Pistol yang sekarang ada di saku celana bagian belakang milik wanita itu, menjadi tujuan utama dati laki-laki itu.

Seolah, tak ada orang lain di ruangan gelap itu, laki-laki yang baru saja mempersunting Theresia itu langsung menendang tubuh bagian belakang milik sang istri. Hal itu mampu membuat banyak mata yang bersembunyi di balik kegelapan gudang, terkejut.

Tak hanya mereka semua dan juga laki-laki berjaket kulit saja yang terkejut, bahkan Theresia yang hampir terjatuh itu dibuat kaget dengan sikap berani dari laki-laki yang ada di belakangnya.

Dengan segera Theresia langsung membalikkan tubuhnya dan menatap suaminya yang sudah pucat karena menahan rasa sakit di bagian bahunya. Tanpa menunggu aba-aba dari sang atasan, Theresia kembali mendekat pada sang suami sembari mengambil pistolnya dari saku.

"Kau berani melukai seorang Theresia Robinson, hah?! Temui ajalmu sekarang, dan mendekamlah di neraka!" teriak Theresia dengan emosi yang sudah meluap-luap, sembari mengarahkan pistolnya ke bagian kepala milik suaminya.

Dalam hitungan detik, suara tembakan yang langsung menembus kepala milik laki-laki itu mampu membuat senyum Theresia mengembang. Seolah memiliki dua kepribadian ganda, wanita itu langsung tersenyum lebar saat melihat suaminya tewas di tempat.

"Tembakan yang bagus, Re!" puji Theresia pada dirinya sendiri sembari mencium pistolnya.

Wanita itu menatap tubuh sang suami yang kini tak lagi bisa bergerak dengan perasaan bahagianya. Entahlah, sejak 5 tahun berjalan bersamaan dengan dirinya yang mulai menerima takdir nahasnya, kini membunuh bukanlah hal keji baginya.

"Rere! Kenapa kau membunuhnya?!" Laki-laki yang sedari tadi hanya mengamati apa yang dilakukan oleh wanita itu pun berjalan mendekati Theresia.

Wanita yang baru saja membunuh sang suami itu pun mendongakkan kepalanya dan menatap kedatangan laki-laki itu pada dirinya. Senyum merekah milik wanita berusia 28 tahun itu, mampu membuat amarah laki-laki tadi langsung sirna.

"Apa gunanya Rere di sini jika laki-laki ini tidak tiada?! Paman lihat sendiri bukan, dia berani menyakiti keponakan kesayangan Paman ini?" ujar Theresia dengan nada kejamnya serta tatapan yang terdongak pada laki-laki yang tak lain merupakan pamannya.

Tangan besar yang dipenuhi dengan tato itu, perlahan mulai terangkat dan mendarat di puncak kepala milik wanita yang biasa dipanggil dnegan sebutan Rere itu. Senyum yang sangat langka milik sang paman, menyertai aksi akhir dari Rere.

"Kau sudah berubah, Re. Paman bangga padamu. Aku yakin Tuan Louis akan memberikan penghargaan padamu," ujar sang paman yang mampu membuat Rere kembali tersenyum miring.

Wanita itu menatap beberapa orang yang sedari tadi bersembunyi dalam gelap, dan mengalihkannya pada mayat sang suami. Belum mereka semua menyentuh tubuh laki-laki itu, teguran dari Rere mampu menghentikan mereka semua.

"Aku belum memberikan lukisan terakhirku!" ujar Rere dengan nada tegasnya yang membuat semua orang mengalihkan pandangannya pada wanita, yang kini mengambil sebuah pisau kecil dari saku celananya.

Laki-laki bertato itu menurunkan tangannya dari puncak kepala milik Rere dan membiarkan sang keponakan berjalan mendekati mayat sang mantan suami.

Rere kembali membungkukkan tubuhnya dan membawa pisau kecil tadi, ke arah wajah tampan milik laki-laki itu, yang kini mulai memucat.

Dengan lihainya, tangan yang entah sudah berapa kali membuat nyawa seseorang melayang itu, menggores kulit tipis milik laki-laki yang sudah tiada itu dengan inisial namanya. 'TR' inisial itulah yang akan selalu ada di atas alis sebelah kiri milik semua korbannya.

Para polisi dan detektif swasta akan selalu dibuat kebingungan dengan setiap kasus yang mereka temui, jika menjumpai inisial itu di wajah korban mereka. Kasus mereka akan ditutup dengan dalih percobaan bunuh diri, karena tak ditemukan jejak kriminal di tubuh pada korban. Sebegitu hebat dan kuatnya pengaruh Tuan Louis dalam setiap pembunuhan yang dirinya perintah.

Janji yang selalu dipegang teguh oleh laki-laki itu adalah, dia tak akan pernah membiarkan pembunuh bayarannya tercium oleh polisi dan menjadi tersangka karena perintahnya. Itulah yang membuat Rere mantap menjadi seorang pembunuh bayaran.

Selain karena gajinya yang menggiurkan, dengan cara inilah dirinya melampiaskan semua dendam masa lalu yang sudah mendarah daging di dalam dirinya.

'Aku kembali menjadi janda untuk yang ke duapuluh kalinya. Selamat, Re!'

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh cake and cookies

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku