Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sweet Lollipops

Sweet Lollipops

Eva Fingers

4.2
Komentar
245
Penayangan
33
Bab

Chika Nada Juwita, si gadis bertubuh gempal imut dan ceria, jatuh cinta kepada teman satu kelasnya bernama Kevin Devano. Siswa pindahan yang super dingin, angkuh, dan juga sangat perfeksionis. Kevin mempunyai selera yang tinggi terhadap wanita. Meski begitu Chika tak pernah menyerah dan terus berjuang untuk mendapatkan hati Kevin. Lalu akankah Chika berhasil mendapatkan hati Kevin?

Bab 1 Siswa Pindahan

Jam menunjukkan pukul 07:00, tampak hiruk pikuk siswa dan siswi Pertiwi yang masih berada di luar kelas.

Jam masuk belajar dimulai 07:30, masih ada waktu untuk berada di luar kelas untuk saling mengobrol dan bercanda atau sekedar, mengerjakan, pekerjaan rumah yang belum selesai.

Suasana di dalam kelas pun juga tak kalah gaduh, terutama di kelas 11A, tempat di mana Chika berada.

Namanya Chika Nada Juwita, atau yang akrab disapa Chika, gadis tambun dengan wajah imut dan memilik mata bulat sempurna dipenuhi bulu-bulu lentik yang memperindah tatapannya. Dia terkenal sebagai gadis ceria, cerdas, baik dan humoris.

Dia juga memiliki seorang sahabat karib yang bernama Cindy, si gadis mungil, yang tak kalah manis dan bahkan teman-temannya mengatakan jika Cindy memiliki wajah yang mirip boneka barbie.

"Eh, Chika, PR-nya udah kelar belum? Kalau udah pinjem dong!" ucap Cindy sahabat karib Chika.

"Udah dong! Cindy mau nyontek ya?" tanya Chika.

"Iya dong! Masa enggak!" sahut Cindy penuh percaya diri.

"Ok, boleh, tapi ...."

"Tapi apa?'

"Biasa, pajak mana pajak?!"

"Ok, siap!"

Cindy mengeluarkan isi dalam tasnaya yang terdapat, dua bungkus besar keripik kentang dan juga satu buah permen lollipop.

"Ehem, ini aja nih?" lirik Chika dengan sinis.

"Diskon dong, Chika, 'kan sama sahabat," keluh Cindy.

"Ok, deal!" sahut Chika dengan yakin.

***

Lalu kita kembali ke bagian luar kelas.

Suasana yang sangat gaduh itu tiba-tiba menjadi senyap, saat seorang siswa baru bertubuh atletis, tampan, berwibawa dan terlihat dingin memasuki area sekolah.

Seluruh mata tertuju kepadanya, semua mematung tak bergeming, seolah sedang terkena sihir es dari Elsa.

"Woy! Kaum hawa! Kenapa sih pada cengo?! gua juga siswa baru kali! Tapi kok kalian enggak terpesona dengan ketampanan gue sih!?" oceh Jono, siswa baru satu minggu dan tidak diperhatikan di sekolah Pertiwi.

Tapi ocehan dan keluhan Jono sama sekali tak digubris oleh para siswi Pertiwi yang sudah terkontaminasi oleh paras ganteng dari si anak baru itu.

"Oh my God, hidungnya mancung banget,"

"Ih, ya ampun, matanya tajam banget,"

"Ya, Gusti! Itu manusia apa bukan, ganteng banget,"

"Parah ...."

Ucap spontan para gadis yang sedang jatuh cinta masal pada pandangan pertama.

Dan siswa baru itu pun masih tetap dengan ekspresi dinginnya.

Lalu berjalan memasuki kelas 11 A, kelas di mana Chika berada.

Dengan langkah tegap dan sedikit hembusan angin yang menerpa rambut dengan gaya undercut-nya, menambah kadar kegantengan pria itu naik 2 kali lipat.

Suasana kalas pun langsung berubah menjadi senyap, ketika seorang pangeran masuki kelas.

Kaum hawa seolah terhipnotis, tak terkecuali dengan Chika.

Tak sadar dia sampai menjatuhkan kripik kentang yang ada di pelukannya, karna pandangan dan otaknya yang terfokus kepada pria itu.

Dan dari belakang muncul Bu Maya, selaku wali kelas mereka, dan beliau pun memperkenalkan siswa baru itu.

"Ayo semuanya, tolong diam ya!" ucapnya. Tapi Bu Maya merasa ada yang aneh, karna memang sejak awal dia masuk para murid-muridnya itu juga sudah terdiam, tak biasanya mereka seperti ini. Padahal biasanya suasana kelas menjelang masuk keadaannya akan ramai sekali mirip PRJ. (Pekan Raya Jakarta)

"Ah, baiklah, Kevin. Tolong perkenalkan diri sekarang ya," pinta Bu Maya.

Kevin mengangguk sesaat lalu dia memperkenalkan dirinya.

"Halo, nama saya Kevin Devano, saya pindahan dari SMA Santosa Jaya, salam kenal." Masih dengan wajah dinginnya.

"Sudah cukup perkenalannya, Kevin?"

"Sudah, Bu." Jawabnya singkat.

"Baik, sekarang silakan cari tempat duduk yang kosong, mungkin di -" ucapan Bu Maya terputus.

Karna pandangan Bu Maya teralihkan oleh para anak-anak perempuan yang nyaris tidak berkedip.

Padangan mirip zombi itu terus tertuju kearah Kevin yang masih dingin dan nyaris tak berekspresi.

Tak terkecuali dengan Chika. Jantungnya berdetak sangat kencang dan pipinya yang cabi mendadak memerah.

Tak sadar dari bibirnya mengembang dan sebuah senyuman pun terukir.

"Ya ampun gantengnya," ucap spontan Chika.

Seketika Chika memantapkan bahwa hari ini dia sudah menemukan cinta pertamanya. Tentu dia tidak mau menyia-nyiakan perasaan berharganya ini.

"Cindy! Cepet pergi," bisik Chika di telinga Cindy.

"Loh, kenapa? Kan Cindy pengen duduk sama Chika, kita best friends, 'kan?" tanya Cindy.

"Cindy, please, ini demi masa depan percintaan gue,"

"Hah?!"

Duak!

Cindy pun terjengkang, dan terpaksa pindah dari tempat duduknya.

"Maaf ya, Cindy, Chika terpaksa nendang Cindy,"

"Chika, jahat!"

"Ssst, jangan berisik, nanti Chika beliin coklat yang gede buat, Cindy," lirih Chika.

"Janji,"

"Iya, Janji," Chika mengangkat dua jari.

Dan terpaksa Cindy pindah ke bangku sebelah yang saat ini tengah kosong.

Sementara Chika langsung mengeluarkan kaca kecil berbentuk permen lollipop, lalu dia pun bercermin dan merapikan rambutnya, terutama di bagian poni mangkuk kebanggannya.

"Ah, udah cantik, Chika memang udah imut dari lahir, semangat Chika!" ucapnya penuh percaya diri lalu dia menaruh kembali kaca kecil itu ke dalam tasnya. Dan dia langsung mengelap bangku di sampingnya setelah itu tersenyum penuh percaya diri menyambut kedatangan Kavin yang berjalan ke arahnya.

Tapi bukannya duduk di sebelah Chika, Kevin malah memilih duduk di bangku belakang Chika, tepat di sebelahnya Bejo.

'Yah, kok malah duduk di situ sih,' keluh Chika di dalam hati.

Chika pun menengok ke belakang dan memandang wajah Kevin dengan tatapan ngenes.

'Ada Chika yang imut ini, tapi malah pilih duduk di samping Bejo yang suka ngupil,' bicaranya di dalam hati. Dan masih dengan tatapan ngenesnya.

Masih dengan wajah tanpa ekspresi Kevin pun duduk di sebelah Bejo, yang sejak tadi masih bersembunyi di balik buku tulisnya.

Karna melihat di samping ada Kevin, Bejo pun langsung membuka buku yang menutup wajahnya itu.

Dengan jari telunjuk kiri yang masih berada di dalam lubang hidungnya, Bejo tersenyum tak berdosa sambil mengulurkan tangan kananya.

"Halo teman baru, perkenalkan, nama gue Bejo, cowok ganteng yang selalu di gibahin cewek-cewek 11A," ucapnya penuh percaya diri.

Kevin pun langsung melirik ke arah Bejo, dan melihat Bejo dengan tatapan datar sambil mengangkat sedikit ujung alisnya.

Rupanya Kevin geli melihat tangan Bejo yang masih ada ... ah, lupakan ....

Dan akhirnya Kevin enggan meraih tangan Bejo. Dia hanya menyebut namanya dengan singkat.

"Nama gue Kevin."

"Wah, nama yang keren, Bro!" Bejo menepuk pundak kevin dengan tangannya yang bekas ... yaitulah pokoknya.

Dengan penuh kekhawatiran Kevin melirik kearah pundaknya sendiri. Dia mulai merasa ketakutan akan terkena ranjau dari Bejo, yang bisa saja menodai baju seragamnya yang baru itu.

"Senangnya, akhirnya ada juga yang mau duduk sebangku sama gue haha haha hahh uhuk uhuk uhuk!"

Kevin kembali mengernyitkan keningnya sambil menutup mulut dan sedikit menjauhkan diri dari Bejo.

Dia menyesal sudah memilih duduk di bangku ini, padahal dia memilih bangku ini karna ingin menghindar dari Chika yang di matanya terlihat jelas sedang tertarik dengannya. Kevin sangat hafal bagaimana ekspresi para kaum hawa yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Karna di sekolahan lamanya, dia adalah seorang idola yang selalu dikejar-kejar oleh para wanita.

Dengan tidak duduk satu bangku bersama Chika dia pikir hidupnya selama berada di kelas akan baik-baik saja dan aman serta tenteram.

Tapi nyatanya tidak, karna duduk bersama Bejo adalah sebuah musibah, yang tidak akan pernah bisa membuatnya nyaman berada di kelas. Sebab dia harus menjaga jarak, dan harus berhati-hati, agar tidak terkena ranjau-ranjau yang dipasang oleh si Bejo.

Dan kalau dipikir-pikir lagi, mungkin akan lebih baik dia duduk dengan Chika, si cewek tambun yang berpotensi akan menjadi Sasaeng fansnya.

Sasaeng (penggemar obsesif)

Dari pada dengan Bejo yang super jorok dan suka ngupil serta menebar jebakan di mana-mana.

Akhirnya dengan penuh keteguhan hati, Kevin pun mengambil tasnya kembali dan berpindah ke bangku depan bersama Chika, karna tidak ada bangku lain. Hanya terdapat dua bangku kosong di dalam kelas itu.

Terpaksa dia harus menghadapi sasaeng fans yang sudah pasti akan mengusik hidupnya setiap waktu.

Bersambung....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Eva Fingers

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku