Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Winston
Keheningan adalah sebuah kebahagiaan. Sepi, tidak ada tidak ada gumaman, tawa, juga omong kosong ditempat ini.
Kebanggaan membanjiri perasaanku saat mereka semua menuruti permintaanku yang sederhana. Itulah yang membuat semua yang ada di perusahaan ini terus berputar dan bergerak secara efisien. Kami bukanlah perusahaan Fortune 500 dan salah satu perusahaan akuisisi paling bergengsi di dunia tanpa alasan. Dibutuhkan kendali seorang pemimpin bertangan besi untuk menjaga agar semua orang tetap tunduk dengan sempurna. Semua itu karena mereka mematuhi satu aturan emas dariku.
Bekerja lebih penting daripada bermain. Dan aku juga memberi mereka imbalan yang setimpal untuk itu.
Halcyon mengharuskan semua orang untuk bermain sesuai aturan Constantine dengan aturanku untuk mempertahankan kendali penuhku atas kota terkutuk ini.
Gedung pencakar langit setinggi 1.700 kaki, Halcyon Building, bukan hanya menjadi pusat perusahaan bernilai miliaran dolar, tapi juga sudah menjadi rumah bagi tiga restoran bintang lima, bar, cigar lounge dan spa kecantikan dengan teknlogi termutakhir, tiga lantai hunian elit, dan sebuah private terrace di puncak gedung. Gedung ini adalah salah satu karya arsitektur yang paling dihormati dan dikagumi di New York. Kami telah muncul di setiap majalah arsitektur, dan sebuah film bahkan pernah dibuat di sini.
Gedung ini adalah simbol kami, symbol dari Constantine. Besar. Kuat. Mengintimidasi.
Keluarga Morellis hanya berharap keberadaan mereka di kota ini mendekati kekuasan kami. Tapi, tak peduli seberapa keras mereka berusaha untuk keluar dari jurang keterperukan dan berdandan agar sesuai dengan kehidupan kami, mereka akan selalu menjadi tikus yang memakai setelan jas.
"Selamat pagi, Tuan Constantine," kicau Abby. Berambut pirang. Payudara besar. Tiga anak.
Aku menolehkan kepalaku menatapnya. "Abby."
"Selamat pagi, Tuan Constantine," Brenda menyapa, senyum lebar di wajahnya yang keriput. Enam puluhan. Janda. Terobsesi dengan yoga.
"Brenda."
HR membenci obsesiku.
Ketertiban. Kebersihan. Aturan. Tapi, karena aku pemilik perusahaan ini, mau tidak mau mereka mengikuti keinginanku, terlepas dari aturan apapun yang dilatih untuk mereka ikuti.
"Selamat pagi, Tuan Constantine," kata Cara sambil melambaikan tangan. Model yang gagal. Memiliki ayah yang bermasalah. Menyukai makanan Cina.
"Cara."
Empat sekretaris yang bekerja di kantor eksekutif harus mengikuti arahan yang sangat ketat. Yakni, menjaga privasi bukan lagi sekadar kebutuhan, tetapi sebuah keharusan. Terlalu banyak tikus di kota ini yang menunggu celah untuk masuk ke tempat ini. Dan itu adalah tugasku untuk mengenal semua orang yang bekerja di bawahku untuk memastikan mereka tetap solid, dan aku tidak suka dengan keberadaan hama di perusahaanku.
Aku sampai di meja terakhir-setiap meja memiliki sudut yang sempurna dan sejajar dengan cara yang kusukai dan menunggu sekretarisku mengakhiri panggilan teleponnya. Setelah selesai, dia menyunggingkan senyum lebarnya dan menyerahkan kopi pesananku. Hitam dan panas dengan sedikit pala di dalamnya.
"Selamat pagi, Tuan Constantine." Dia mengedipkan matanya dengan bulu mata palsu ke arahku. Bercerai. Social climber. Master organizer.
"Deborah," kataku. "Ada telpon?"
"Adikmu. Perry."