Muli si manis bar-bar bersama pasangan nya Rey zan pria dingin namun pemalu dipertemukan dalam acara pertunangan yang telah diatur oleh kedua keluarga nya. Gelaran pesta mewah dengan tema cinta misterius,dimana setiap orang yang hadir mengenakan topeng unik dan elegan membuat Muli tidak yakin apakah keputusan nya benar untuk menerima perjodohan ini? Dia belum pernah melihat bagaimana rupa calon tunangan nya atau seperti apa orang nya menambahkan kebimbangan di setiap langkah yang diambil nya menuju panggung kecil di depannya menjadi terasa lebih berat dan jauh. Apa yang akan terjadi pada acara pertunangan mereka? Dan apa keputusan yang akan diambil Muli?
Plakkk!!!
Suara tamparan keras memenuhi ruangan yang semula ramai oleh berbagai diskusi kini menjadi hening tanpa suara sedikitpun.
"Tidakkah kau sadar siapa dirimu?" Tanya suara tua dengan penuh emosi yang tertahan.
"Aku sangat sadar,,, dan karena itulah aku menolak nya!" Jawab suara gadis muda dengan nada yang tak terbantahkan.
"Kau....!!!" Tunjuk wanita tua dengan marah hingga tak mampu berkata-kata lagi pada gadis di hadapannya.
"Muli, hentikan jangan terlalu keras kepala! Apakah kamu tidak melihat nenek begitu mengkhawatirkan mu" Ucap gadis berbaju hijau di samping wanita tua yang dipanggil nenek.
"Mengkhawatirkan ku? Apakah aku salah pendengaran? Atau mungkin mulut manis mu terpeleset?" Jawab gadis yang dipanggil Muli dengan sedikit sarkasme.
"Tidak... bukan itu, apakah kamu tidak melihat maksud baik nenek menjodohkanmu dengan pak Rey zan?" Tanya Lina gadis berbaju hijau itu.
"Oh, maksud baik seperti apa? Coba katakan, mungkin aku berubah pikiran untuk menerima nya" Jawab nya sinis sambil melangkah menuju kursi samping tunggal.
Sebenarnya ia cukup lelah, setelah semalaman menyelesaikan pekerjaan nya hingga jam 2 pagi. Ia belum tidur karena ia tahu jika ia tidur ada kemungkinan ia takkan bangun untuk melanjutkan tugasnya, bertentangan dengan prinsip nya. Ia berencana untuk tidur saat ia menyelesaikan tugasnya dan kembali ke panti di sore hari.
Namun, segala sesuatu nya tidak seperti yang dia harapkan!.
Di tengah kenyamanan dalam gulungan selimut hangat nya, seseorang dengan paksa menarik selimutnya dan melemparkan nya ke lantai dan menyeret nya Keluar sambil terus mengomel sekeras-kerasnya, mungkin dimaksudkan untuk didengar orang lain agar tau bahwa dirinya itu gadis pemalas.
Namun sayangnya,,, mereka tidak tahu bahwa di sini ia terkenal sebagai gadis manis yang baik hati dan pekerja keras!.
Dan ketika orang-orang melihat nya di seret sedemikian rupa banyak yang membelanya, namun apa daya kedua orang yang menarik nya tak tau malu dan dengan kejamnya terus menyeret nya hingga ke dalam mobil yang pada akhirnya disinilah dia berada sekarang.
Rumah besar, keluarga besar namun setiap orang nya memiliki hati kecil.
"Muli, dengarkan bibi. Nenek menyayangi mu untuk itulah dia menikah kan mu dengan pak Reyzan. Dia orang kaya, punya perusahaan sendiri, jadi apapun yang kamu inginkan pasti dia akan memberikan nya pada mu tanpa kamu harus bekerja terlebih dahulu" Jelas dewi istri paman kedua nya.
"Oh baiklah, aku mengerti" Jawab Muli dengan malas.
Ia paham arti dari itu, mereka ingin menggunakan nya untuk mendapatkan kekayaan untuk diri mereka sendiri!
"Jadi,,, apakah kamu setuju untuk menikah?" Tanya paman nya dengan berbinar.
"Tidak! " Jawab nya dengan malas dan menyilangkan kedua kakinya serta tangan nya di depan dada dan memejamkan mata nya.
"Kamu!!! ". Tunjuk pamannya dengan kesal.
"Dasar berandalan tak tau malu, harusnya kau bersyukur karena masih ada yang memikirkan masa depan mu!" Lanjut nya.
"Oh, haruskah aku bersyukur karena kalian telah meninggalkan ku di panti asuhan? Lalu menyeret ku kembali hanya untuk pernikahan dengan terong emas tua? Bukankah itu sangat menyenangkan untuk menjadikan ku sebagai alat transaksi kekayaan kalian?" Keluhan lama dan baru tak mampu ia tahan lagi. Sudah cukup baginya untuk selalu mengalah pada hak yang seharusnya menjadi miliknya tapi mereka ambil tanpa tau malu, namun mereka masih bersikeras mendorong nya untuk keuntungan mereka sendiri!.
Semua orang terkejut dan terdiam, sebenarnya semuanya yang dikatakan nya tidak salah, hanya saja setiap orang memiliki maksud yang berbeda namun saat ini mereka tak mampu untuk menjelaskan nya.
"Muli,,, kami tak bermaksud seperti itu." Sanggah paman bungsu nya.
"Lalu apa?" Tanya muli dengan getir. Hatinya cukup lelah untuk hal-hal seperti ini.
"Kami hanya ingin kamu tumbuh mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, agar kamu memiliki kehidupan yang nyaman" Jawab paman keduanya.
"Tidak bergantung pada orang lain? Mandiri? Hidup nyaman?" Ulang muli kembali dengan nada sarkastis. "Hey!!! Aku bukan bocah bodoh yang bisa kalian tipu, tanpa bekerja pun aku bisa hidup nyaman dengan harta yang ditinggalkan oleh ayah ku!".
" Muli, itu yang tidak kami inginkan. Sikap seperti itu tidak baik!" Unggah bibi kedua nya.
"Tidak baik? Kalian memang sekumpulan bajingan tak tau malu"
"Muli..! Hentikan! " Bentak sang nenek yang tak mampu mendengar keributan ini lagi.
"Kalian semua pergilah, bahas nanti masalah ini" Ucap nenek sambil memijat pelipis nya. "Muli, tetap disini dan terima hukumanmu sebelum pergi" Kata nenek menghentikan langkah kaki muli yang akan pergi.
"Apa yang salah? Kenapa aku harus dihukum? " Tanya muli sambil berbalik menghadap sang nenek.
"Kemari!" Bentak sang nenek. "Haruskah kamu melawan ku setiap saat? Kau ingin aku cepat mati hah?" Keluh nenek dengan suara tak berdaya.
Muli menghampiri sangat nenek dan menopang nya untuk berdiri. "Nenek,,, kau yang terlalu kejam! " Keluh nya tak kalah menyedihkan.
"Berhenti bertindak seperti itu, kali ini kau tak bisa menolak nya" Ucap nenek tegas.
"Mengapa tidak bisa?".
" Bukankah kau ingin menyelamatkan ibumu?"
"Ya,,, tapi bukan nya kakak akan kembali?" Tanya nya sembari mendudukkan sang nenek di tepi kasur.
"Entah kapan kakakmu itu akan kembali dari pelayaran nya,hah.. " Desah nenek. "Andai nenek semampu sebelum nya, mungkin nasib seperti ini takkan menimpa mu".
" Baiklah, jangan menyalahkan semuanya pada dirimu sendiri nek. Mungkin aku yang kurang bekerja keras!".
"Tidak... kesalahan seperti ini berada pada orang tua bukan anak-anak. Kamu seharusnya hidup dengan baik tanpa harus memikirkan beban yang bukan tanggung jawabmu, ini kesalahan nenek karena terlalu tua dan tak mampu menjaga kalian dengan baik."
"Nenek,,, jangan salahkan dirimu. Mari kita salahkan orang lain karena terlalu serakah oke?" Ucap muli menggenggam tangan keriput nenek nya. "Oh iya, apa yang ingin nenek katakan?" Tanya muli mengalihkan pembicaraan.
"Menikah lah, dia tak terlalu buruk. Paman bungsu mu mengatakan kamu takkan menyesali nya." Nenek memandang Muli
dengan penuh kasih dan harapan agar ia mau menerima perjodohan ini.
"Dia mengenal paman bungsu?" Tanya muli terkejut, ia kira calon suami nya adalah kenalan paman ke duanya. "Bukankah pernikahan ini otak dari paman ke dua?" Tanya nya lagi penasaran.
"Bukan, sebenarnya orang tuanya adalah kenalan lama ayahmu, dan dia adalah teman paman bungsu mu. Itulah sebabnya nenek menyetujui pernikahan ini." Jelas nya.
"Tapi nek,,, aku tak mengenal nya. Bagaimana jika dia tidak menyukai ku? Atau mungkin dia orang tua yang kasar dan jelek. Kau harus tau selera paman bungsu itu selalu buruk".
Wanita tua itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala nya, bagaimana mungkin gadis ini berpikir buruk seperti itu? Apalagi panggilan aneh seperti itu, "Tidak... kali ini lebih baik, ini permintaan terakhir nenek. Bisakah kamu mengabulkan nya?".
Muli merasa ragu, faktanya ia belum ingin menikah. Apalagi ia selalu terbayang dermawan yang selalu datang ke panti asuhan tempat nya tinggal, meski orang tersebut tak pernah turun dari mobil nya ia tahu itu pasti tampan.