Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
Malam itu, malam yang seharusnya terasa indah bagi Melissa. Namun, wanita itu terus memasang wajah datar tak berekspresi. Dikala orang-orang mengucapkan selamat hanya anggukan yang ia tampilkan sebagai jawaban.
Para tamu undangan ulang tahun mewah memahami situasi yang dialami Melissa. Bertunangan dengan pria yang terkenal nakal, tentu sangat menyiksa.
Tora Mayern, pria berusia 29 tahun itu sudah lama menyimpan rasa pada Melissa. Namun, sial baginya tak ada tempat dirinya di hati Melissa. Tetapi, itu tidaklah penting karena tinggal selangkah lagi pria itu akan mengikat Melissa dengan pernikahan.
"Angkat kepalamu, Melissa. Berhenti membuatku malu," bisik Roland, ayah Melissa.
Melissa tidak menggubris, dia mendesah lelah dengan sikap ayahnya yang menumbalkan dirinya untuk keegoisan ayahnya.
'Persetan dengan cinta!' Perkataan Roland tadi malam terngiang-ngiang di telinga Melissa.
Tora menyentuh tangan Melissa, lalu menggenggamnya. Pria itu menyunggingkan senyumannya, menatap Melissa yang tertunduk lemas.
'Kau kalah, Melissa,' gumam Tora dalam hati, menyeringai seolah puas meruntuhkan wanita di sampingnya itu.
***
Melissa menatap langit hitam bertaburan bintang serta bulan sabit di atas sana. Sebulir air mata membasahi pipinya.
"Ma, aku merindukanmu," ucapnya lirih.
Semilir angin menyentuh kulitnya, namun Melissa mengabaikannya. Wanita itu terus larut pada kerinduannya dengan sang mama, yang telah lama tiada.
"Aku ingin bersama Mama." Melissa terus bergumam kesedihannya.
Krek! Tepat di depan balkon kamarnya tampak bayangan seseorang di sana. Melissa terkejut, lalu mengusap air matanya.
"Si-siapa itu?" Tanyanya gugup.
Namun, sosok itu tak menyahutinya. Melissa semakin ketakutan ketika jendela kamarnya dibuka paksa dari luar.
"Jangan macam-macam atau aku akan teriak!" Ancam Melissa.
Sosok itu tak peduli, tangannya membuka gorden putih sebagai pembatas mereka. Dan mereka pun saling berpandangan.
Melissa terperanjat hampir terjatuh. Sementara yang di hadapannya terlihat pria yang memakai pakaian serba hitam tengah menyeringai di hadapannya.
"Si---siapa kau?" tanya Melissa yang akhirnya tak sadarkan diri.
P0V Melissa
Anak yang manis dan baik hati, begitulah orang-orang memanggilku. Jadilah penurut yang cantik seperti boneka, itulah yang selalu papa katakan. Dia begitu menyayangi dan mencintaiku layaknya ayah yang lain. Hingga suatu hari, tiba-tiba ia mendatangiku dengan wajah lusuh dan depresi.
Papa menceritakan betapa hancurnya kehidupan yang ia jalani setelah mengalami kebangkrutan. Dan, yang paling membuatnya tersiksa adalah melihat putri satu-satunya akan menderita, yaitu aku. Awalnya aku tersentuh dan merasa putri yang paling bahagia memiliki ayah sepertinya.
Hingga, akhirnya aku mengetahui papa menjodohkanku dengan Tora, putra temannya. Awalnya kukira itu karena papa ingin aku tak merasakan rasanya hidup di bawah garis kemiskinan. Ternyata, papa melakukannya hanya untuk kepentingannya sendiri.
Papa tidak ingin hidup susah, dia menjualku kepada pria itu seharga 1 miliar. Bagaimana denganku? Bukankah seharusnya aku bahagia dengan itu? Tidak. Tidak ada yang tidak tahu skandalnya, yaitu penggila seks dengan wanita berbeda dalam 1 malam.
Aku tidak sudi menjadi istri pria itu, tetapi aku tidak berdaya melawan papa yang takut bangkrut. Tidak ada pilihan selain menyetujuinya. Dan, kehancuran hidupku akan segera dimulai.
***
"Nona, bangunlah!" Seru seorang wanita paruh baya sembari membuka jendela membiarkan cahaya mentari pagi masuk ke dalam ruangan.
Perlahan, Melissa membuka matanya samar ia melihat langit-langit kamar yang terasa asing.
Wanita itu terduduk lalu menoleh pada sosok yang membangunkannya tadi. "Aku dimana?" Tanya Melissa shock.
"Saya Ruth, dan sekang Nona berada di mansion keluarga Eiser, dan saya bertugas untuk menyiapkan keperluan Nona," jawab Wanita itu.
"Iya, tapi kenapa saya ada di sini?" Tanya Melissa lagi. Wanita itu bangkit dan menghampiri Ruth.
"Tuan muda Sylus yang membawa Nona kemari," jawab Ruth tenang.
Melissa mengusap kasar rambutnya, "Sylus? Siapa dia?"
"Yang membawa Nona--"
"Iya, tapi dia siapa? Aku tidak mengenal yang namanya Sylus!" Suara Melissa semakin meninggi. Ia menatap Ruth yang terdiam, "maafkan aku, aku tidak bermaksud menggertakmu Ruth. Ha... Aku harus pulang," ujarnya sembari hendak melangkah pergi.
Namun dengan cepat tangan Ruth menahan tangan Melissa. "Tuan muda berpesan, Nona dilarang keluar."
Melissa mengerutkan dahinya, lalu menghentakkan tangan Ruth membuat wanita itu tersungkur. "Ini penculikan, aku harus pergi." Melissa beranjak keluar, dengan tergopoh-gopoh berusaha kabur dari sana.
Namun, sial baginya, sesari tadi ia tak kunjung menemukan jalan keluar. Karena hanya terdapat ruangan-ruangan kosong serta lorong-lorong gelap dan sepi. Membuatnya semakin yakin, bahwa dirinya telah diculik.