Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Ruangan gelap yang sangat asing terlihat samar di mata indah gadis itu. Kepalanya terasa sangat pusing dan semua seperti berputar-putar sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri.
"Bagaimana apakah semua sudah beres?" tanya seorang lelaki paruh baya yang berdiri sambil memegang segelas anggur.
"Semuanya aman," jawab orang di depannya. Lelaki paruh baya itu langsung tersenyum, dia mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyelipkannya di kantung jas Si lelaki sambil menepuk bahunya. Lelaki itu langsung pergi setelah menerimanya.
Lelaki paruh baya itu meminum anggur di gelas sampai tandas lalu meletakkan gelas sembarangan di dekat vas bunga. Dia mengeluarkan ponselnya dan segera menelepon seseorang.
"Hadiah untuk tuan muda sudah selesai kami urus," ucapnya sambil memegang dagu yang ditumbuhi janggut tipis berwarna putih.
"Bagus, bagus. Senang mendengarnya. Tenang saja setelah ini kita akan jadi keluarga besar." Suara tawa terdengar dari telepon, pria yang lebih tua dari Si penelpon.
***
Hiruk-pikuk dengan ruangan yang dipenuhi para tamu terlihat di lantai satu hotel itu. Ada yang berbicara, tertawa, makan, menikmati minuman dan ada juga yang berencana ke lantai atas untuk karaoke.
Semua kemeriahan itu seketika senyap begitu seorang lelaki tampan memasuki ruangan dengan tatapan yang dingin nan tajam. Pria itu melihat ke segala penjuru ruangan tanpa minta sama sekali, semua tamu melihat ke arahnya. Para wanita berdecak kagum sampai terdengar jeritan karena ketampanan lelaki bagaikan pangeran dalam dongeng.
"Tuan muda Rai!" seru pria paruh baya yang baru saja turun karena melihat pria itu.
Rai yang merasa terpanggil langsung melayangkan tatapan tidak suka karena panggilan itu hanya untuk orang istimewa baginya.
"Oh, maafkan kelancangan saya Tuan muda Charllotte Felixis De Raizel." Menyadari tatapan itu Frankestein--pria paruh baya berjenggot dan berambut putih itu meralat ucapannya. "Silakan nikmati pesta ini, Tuan muda Charllotte Felixis De Raizel," ucap Frankestein Lagi.
Rai mengikuti Frankestein menuju ke tempat yang lebih tenang dari lantai satu, yaitu lantai khusus hotel yang berisi banyak hiburan mulai dari karaoke, dance floor, kartu, mahjong, dan masih banyak permainan lainnya.
"Tempat yang saya pesan ini adalah yang terbaik di kota ini khusu untuk Tuan muda. Silakan diminum sambil kita membicarakan hal penting," oceh Frankestein. Dengan tanpa minta dan tidak berkata apapun, Rai langsung meminum anggur di depannya dalam satu kali tegukan.
Tidak lama kemudian terlihat seorang pria yang merupakan bawahan Frankestein mendekat ke arahnya dan membisikkan sesuatu. Frankestein mengangguk dan meminta pria itu pergi.
"Tuan muda sepertinya kakek Anda sudah datang sebentar lagi," ujar Frankestein yang hanya disahuti anggukan oleh Rai tanpa minta sama sekali. Jikalau saja bukan karena dia menerima tawaran kakeknya itu sudah pasti Rai tidak akan mau hadir malam ini untuk membicarakan pernikahan keluarga Charllotte dan keluarga Frankestein.
Rai tidak berencana menikah, dia hanya akan berpura-pura dan berbohong sambil mencari tau trik apalagi yang akan kakeknya itu mainkan.
Semenit kemudian terlihat pria tua dengan tongkat mendekat ke arah mereka dibantu beberapa pria lainnya. "Maaf membuat kalian sudah lama menunggu," kata Robin De Cherle--kakek jauh Rai. Robin mencoba duduk di kursi tinggi di hadapannya itu.
"Jadi, bagaimana? Apa saj yang sudah kalian bicarakan?" tanya Robin dengan raut wajah senang.
"Ah, belum ada sama sekali karena Tuan muda juga baru datang. Jadi, kita mulai saja rencana pernikahan ini. Sebelum itu mari ganti ke ruangan VVIP yang sudah saya pesankan agar tidak berisik dan nyaman," sahut Frankestein yang diangguki oleh Robin. Mereka lalu pergi ke ruangan lain.