Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perawan Satu Malam

Perawan Satu Malam

Mudrika2

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
5
Bab

Viona Anastasia adalah seorang gadis sederhana yang bekerja menjadi pelayan di sebuah hotel bintang tujuh, kehidupannya selalu dipenuhi dengan kesulitan di mana ia memiliki seorang ayah pengusaha kosmetik, namun lupa akan kewajibannya sebagai seorang ayah dari Viona. Ayahnya sangat gila akan harta yang berlimpah, sampai ia rela berselingkuh dengan ibu tirinya, menyebabkan ibu kandung Viona meninggal dunia. Belum lagi dengan Kakak tiri yang selalu menyiksa dan selalu takut tersaingi dengan kecantikan Viona. Membuat dirinya memilih untuk pergi dari rumah yang seperti neraka baginya. Namun, di kehidupan Viona yang sekarang sangat membaik, karena jauh dari para orang yang menyakitinya. Dia kembali diberikan ujian oleh sang pencipta, dengan kejadian yang sangat tidak diinginkannya. Viona dipaksa untuk menghabiskan malam, dengan pria mabuk yang baru pertama kali ia temui, yang ia yakini sebagai penghuni salah satu kamar hotel, tempat ia bekerja. Di malam itulah menjadi kehancuran untuk Viona, ia menjadi wanita kotor, karena sudah tidur dengan pria yang bahkan baru pertama kali ia temui. Kondisi Viona semakin memburuk kala mendapati dirinya positif hamil. Kejadian malam kelam itu sudah membuat dirinya hancur. Ditambah dengan kehadiran bayi sebesar biji kacang hijau itu tumbuh di dalam rahimnya. Lalu ... bagaimana dengan masa depan Viona? Apakah dia mau melahirkan dan merawat anak itu? Atau membiarkan anak hasil dari sebuah kesalahan itu tiada? Baca dan ikuti terus ceritanya.

Bab 1 Awal Mula

Bruk ...

Suara seperti benda jatuh tepat berada di belakang Viona, membuat gadis cantik ini seketika menoleh.

Dahi gadis cantik ini seketika berkerut dalam kala mendapati tubuh seorang laki-laki tergeletak begitu saja di atas lantai.

'Ini cowok ngapain tiduran di sini? Apa dia tidak bisa nahan kantuk sampai jatuh dan tertidur di sini?' Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam benak Viona. Hingga di detik berikutnya gadis cantik ini menepuk dahinya pelan kala mengingat tugasnya hari ini.

Ya, baru saja ia menyelesaikan tugasnya dari sang manager hotel menyiapkan satu buah kamar untuk salah satu tamu. Katanya tamu istimewa. Viona berpikiran kalau laki-laki ini adalah tamu yang di maksud manager nya mengingat dia terjatuh tepat di depan pintu kamar yang baru saja ia siapkan. Tapi, kenapa tamu inu datang ke lantai ini seorang diri?. Viona celingukan mencari managernya siapa tahu tertinggal di belakang. Nihil, dia tidak mendapati seorang pun di lorong itu selain dirinya dan laki-laki yang jatuh tersungkur di bawahnya.

"Hmmm, mungkin benar dia tamunya!" pungkas Viona seraya kembali membuka pintu kamar yang sempat ia tutup tadi. Belum sempat ia kunci karena tadi tertunda kala kehadiran sosok laki-laki yang entah siapa namanya, Viona tidak tahu.

Benda berbentuk persegi panjang sudah ia buka lebar, sekarang tinggal bagaimana caranya dia bisa membawa tubuh besar nan kekar itu masuk ke dalam kamarnya.

Viona berkacak pinggang menatap punggung lebar di bawahnya. Dia berpikir bagaimana caranya membawa tubuh sebesar ini seorang diri masuk ke dalam kamar. Viona menatap tubuhnya yang tinggi semampai. Mampukah yang tubuhnya menahan bobot tubuh laki-laki ini?.

Viona gegas berjongkok dan mulai membalik tubuh laki-laki yang entah siapa namanya dan dari mana asalnya.

"Huft!" Viona mendesah frustasi. Hanya membalik tubuhnya sudah sesulit ini apalagi membawanya ke dalam. Mustahil rasanya dia bisa menyelesaikan seorang diri. Tapi, kalau belum di coba mana tahu dia mampu atau enggaknya.

"Yah, kamu harus semangat Vio!" pekik Viona menyemangati diri sendiri. Karena tidak mungkin dia meninggalkan laki-laki itu di depan sana seorang diri, mengingat dia adalah tamu managernya. Kalau ditinggal begitu saja dia takut merusak citra hotel bintang tujuh tempatnya bekerja lantaran pelayanan yang tidak membuat pelanggan puas dan menelantarkan seseorang yang sedang membutuhkan bantuannya.

Vio berjongkok di atas kepala laki-laki itu. Posisinya sudah terlentang dan dapat Vio lihat garis wajah tampan nan rupawan dengan sepuas hatinya.

Vio berdecak pelan kala merutuki kebodohannya yang tiba-tiba terpesona dengan sosok yang membuatnya repot saat ini. Tangannya pun masuk ke bawah ketiak laki-laki itu lalu menariknya dengan posisi tubuhnya yang perlahan bangun. Satu kali dua kali gagal. Vio jatuh terduduk dengan posisi kepala laki-laki asing itu berada di atas pangkuannya.

Vio berniat menyeretnya karena tidak mungkin rasanya dia bisa memapah tubuh sebesar ini seorang diri, apalagi si pemilik tubuh dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Vio menyeka keringat di dahinya menggunakan punggung tangannya. Entah beneran ada keringat atau tidak yang pasti dia sudah merasa lelah yang luar biasa. Mau mencari bantuan rasanya tidak mungkin karena saat ini dirinya tidak membawa ponsel. Meninggalkan laki-laki ini dengan kondisi tergeletak bukan pilihan yang tepat. Alhasil dia harus usaha sendiri.

Satu

Dua

Tiga

Sret...

Suara sepatu yang bergesekan dengan lantai memenuhi kamar. Setiap jarak satu meter lebih sedikit Viona berhenti. Napasnya naik turun dengan dahi berkeringat. Kali ini benar-benar mengeluarkan keringat.

"Ok, semangat Vio. Dikit lagi!" ujar Vio seraya mengangkat tangannya setelah tadi menoleh untuk melihat seberapa jauh lagi dia menyeret tubuh seseorang yang tidak ia kenal itu.

Masih lumayan jauh sebenarnya, tapi sudah lebih baik daripada tadi masih di depan pintu.

Seret terus ia seret hingga sampai di dekat ranjang. Napas Viona terdengar putus putus. Kali ini dia benar-benar lelah dan seakan mau kehabisan napas. Tenggorokannya pun terasa kering.

Gadis cantik dengan rambut tergerai itu menoleh ke sana ke mari, mencari sebotol air mineral yang bisa menghilangkan dahaganya. Nihil, sesuatu yang ia cari tidak ada di sana terpaksa ia harus menahannya hingga urusannya dengan laki-laki itu selesai. Vio janji nanti akan minum air dingin beberapa botol, kalau bisa satu kulkas akan ia habiskan.

Vio menatap sekilas ranjang yang berada tepat di sampingnya sambil berpikir apakah ia bisa membuat tubuh sebesar ini berhasil sampai di atas sana?. Rasanya tidak bisa mengingat seberapa berat tubuh laki-laki asing ini.

Viona meraup banyak oksigen lalu menahannya sebentar sebelum ia lepas. Dia tengah mengumpulkan segala kekuatan yang tidak seberapa kuat dan dan bisa dipastikan kalau saat ini hanya tinggal sisa. Mungkin tersisa sepuluh persen. Jujur tubuhnya benar-benar lelah saat ini.

"Kya!!" Viona menjerit kala berhasil membawa tubuh besar ini naik setengahnya. Masih setengah dan kakinya menjuntai ke bawah. Mungkin dengan sekali tarikan lagi tubuh ini sudah benar sampai.

Seperti tadi, butuh waktu yang tidak sebentar untuk gadis cantik ini memulihkan tenaganya.

"Akhirnya..." Vio mendesah lega kala tubuh pria asing ini sudah benar-benar berada di atas ranjang. Kakinya pun sudah tak lagi menjuntai, hanya saja posisinya masih belum pas. Apalagi tubuh rampingnya terhimpit di bawah pundak lebarnya.

Viona keluar dari jerat tubuhnya lalu duduk tepat di samping kepalanya.

"Heh! Kamu tampan, tapi sayang merepotkan! Sebenarnya kamu siapa? Kenapa pingsan di depan pintu sana?" Vio terus meracau mengomel di depan wajah tampan itu, meski tidak mendapat respon sedikitpun tak membuatnya berhenti. Dirinya yang dibuat capek berkali lipat dari hari biasanya tak lantas menerima, untuk itu dia meluapkan kekesalannya pada mahluk yang tidak tahu menahu perihal perjuangan Viona.

Tengah asik mengomel tiba-tiba tubuh Viona jatuh terjerembab tepat di atas dada laki-laki yang sedang ia omeli. Ini bukan benar-benar jatuh, tapi karena tarikan dari sosok yang Vio anggap pingsan itu.

"Bersisik!" gerutuan pelan masih tertangkap jelas di gendang telinga Viona. Gadis cantik ini membeku dengan posisi intim. Padahal hanya dada dan wajahnya yang mendarat sempurna di atas dada bidang laki-laki yang baru saja ia tolong. Sebenarnya masih dalam batas wajar mengingat dia setiap harinya sering membersihkan kamar hotel dengan sisa-sisa cairan laknat yang teronggok di dalam karet elastis tepat di samping tempat sampah.

Pikiran Viona berkelana ke mana-mana. Dia membayangkan kalau saat ini dirinya yang sedang di hajar habis-habisan.

Seketika ia bergidik sendiri, membayangkan saja sudah semenggelikan itu apalagi sampai mengalami langsung.

Larut dalam pikirannya membuat Viona tidak sadar kalau saat ini wajahnya tepat berada di depan wajah laki-laki asing itu.

"Akh..." Viona menjerit tertahan lantaran bibirnya dibungkam laki-laki asing itu. Bola mata coklatnya melotot seakan mau keluar dari kelopak matanya.

Kaget. Itulah yang Vio rasakan saat ini. Ini ciuman pertamanya dan dengan lancangnya laki-laki asing ini merampasnya.

Sadar, Vio tersadar dari keterkejutannya. Tangan mungilnya memukul dada bidang yang terasa keras itu.

"Emhh..." Viona menggeleng dengan tangan yang terus memukul dada bidang itu. Berharap laki-laki asing itu melepas ciumannya.

Namun, usahanya hanya sia-sia karena di detik berikutnya kepala belakangnya sudah di tahan. Pergerakan Viona benar-benar terbatas sekarang, Meskipun begitu tangannya tak henti bergerak.

Dia yang mulai kehabisan oksigen pun melepas ciumannya. Viona menghentikan pukulannya lantaran tautan bibirnya terlepas.

Kedua anak manusia berbeda gender ini mengatur napas yang terengah. Viona tak sedikitpun mengalihkan tatapan tajamnya dari wajah tampan di depannya ini. Dalam hatinya terus mengutuk, berbagai macam sumpah serapah terus berputar di benaknya tanpa bisa ia keluarkan lantaran napas yang masih memburu.

Asyik mengumpat membuat Viona lupa kalau saat ini tidak tubuhnya masih berada di atas tubuh pria asing. Didetik berikutnya ia sadar dan berniat turun dari atas tubuh kekar itu.

Namun,

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku