Hari sebelum pernikahannya dengan tunangannya, Damar menemukan dirinya terbangun di kamar yang asing, di samping sekretarisnya, Kyra. Bingung dan marah, Damar langsung menuduh Kyra yang sengaja menjebaknya. Tanpa berpikir panjang, Damar memecat Kyra di tempat dan mengancam untuk membuatnya tidak bisa bekerja di mana pun. Keputusan Damar itu menghancurkan hidup Kyra. Ia kehilangan pekerjaan, diusir dari apartemennya, dan yang lebih buruk, tak bisa lagi membiayai perawatan ibunya yang sakit parah. Namun, hidup Kyra semakin berat ketika dia mengetahui bahwa dirinya hamil-dalam keadaan tanpa pekerjaan, tanpa tempat tinggal, dan tanpa dukungan. Hatinya hancur, tapi ia tetap berjuang demi masa depannya dan sang bayi. Berbulan-bulan berlalu, dan tak terduga, Damar dan Kyra bertemu kembali. Tapi kali ini, ada rahasia yang tak pernah mereka ketahui sebelumnya. Kisah ini penuh dengan kebingungan, emosi yang membakar, dan tak terduga yang akan membuat siapapun bertanya-tanya, "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Damar duduk terdiam di tepi ranjang, matanya kosong memandang langit-langit kamar yang gelap. Suasana malam itu terasa sangat berat, seolah segala sesuatu yang sudah direncanakan seumur hidupnya-pernikahannya, masa depan bersama Isyana-hancur dalam semalam. Tidak ada yang bisa ia pahami. Bagaimana bisa ia, yang sudah menjalin hubungan dengan tunangannya bertahun-tahun, bangun di kamar asing dengan tubuh yang terasa berat dan pusing, hanya untuk menemukan dirinya terbaring di samping seorang wanita yang bukan tunangannya?
Dengan hati yang berdebar penuh kebingungan, Damar menoleh pada sosok yang terbaring di sampingnya. Kyra. Sekretarisnya yang selama ini ia anggap sebagai sosok yang sangat profesional, tak pernah mengindahkan batasan apapun. Wajahnya terhalang oleh rambut panjang yang acak-acakan, dan dengan perlahan ia membuka matanya, menatap Damar dengan tatapan yang seakan menunggu penilaian. Damar merasakan amarah yang begitu besar menjalar di tubuhnya.
"Apa yang terjadi?" suara Damar serak, hampir tak bisa dikenali. "Kyra, apa yang kau lakukan?"
Kyra tak memberikan jawaban, hanya menatapnya dengan ekspresi bingung yang lebih mencerminkan rasa takut daripada penyesalan. Damar berusaha mengingat kembali peristiwa malam itu, namun pikirannya kosong, berputar-putar dalam kebingungannya. Satu hal yang pasti, tidak ada satu pun alasan yang masuk akal untuknya berada di tempat itu bersama Kyra.
"Damar, aku... aku tidak tahu. Aku tidak ingat apa-apa," suara Kyra pelan, hampir seperti bisikan.
Tapi itu tidak cukup untuk meredakan amarah Damar. Hatinya begitu terbakar. Kepercayaan yang selama ini ia berikan kepada Kyra-yang selalu bekerja dengan penuh dedikasi-terasa seperti tertusuk pisau tajam. Semua yang ia percayai ternyata bisa dihancurkan dalam satu malam. Damar bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju meja kerjanya, tangan gemetar menahan rasa marah yang membuncah.
"Jangan coba berkelit, Kyra! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun dari mulutmu!" bentaknya, suara penuh amarah yang menggema di ruangan. "Kau benar-benar melakukannya padaku!"
Kyra masih terdiam, wajahnya memucat, tidak tahu harus bagaimana. Ia tahu bahwa apapun yang ia katakan, tidak akan bisa mengubah situasi ini. Kebenaran yang tak terucapkan membuat Damar semakin marah, semakin tidak bisa mengendalikan perasaannya. Dalam pikirannya, hanya ada satu hal yang perlu dilakukan: Kyra harus pergi.
"Keluar! Aku tidak ingin melihatmu lagi!" suara Damar lebih keras dari sebelumnya. "Aku akan membuat hidupmu sengsara, Kyra. Kau akan menyesalinya."
Hari itu juga, Damar memecat Kyra. Tetapi tidak cukup hanya dengan itu. Amarahnya memuncak hingga dia merasa perlu membuat Kyra merasakan konsekuensi yang lebih besar. Damar menghubungi setiap kenalannya, setiap perusahaan besar yang mungkin Kyra bisa bekerja di sana, dan menginstruksikan mereka untuk tidak menerima Kyra. Kyra di-blacklist. Tak ada lagi tempat baginya di dunia yang pernah ia anggap sebagai rumah.
"Pulanglah ke kampung halamanmu, Kyra. Di dunia ini, kau sudah tidak punya tempat lagi," ucap Damar dengan nada penuh kebencian.
Setelah Damar mengusirnya, Kyra berjalan keluar dengan tubuh yang lemas, seperti seorang yang kehilangan arah. Dunia seakan runtuh begitu saja di hadapannya. Semua yang ia miliki telah direnggut dalam semalam. Ia tidak tahu harus ke mana, dan lebih buruk lagi, ia tidak tahu bagaimana ia akan melanjutkan hidup tanpa pekerjaan, tanpa rumah, dan tanpa siapa-siapa.
Kembali ke apartemennya, tempat yang dulunya ia anggap sebagai tempat perlindungannya, Kyra mendapati pemilik kontrakan sudah menunggunya di depan pintu.
"Aku tidak bisa memberi toleransi lagi, Kyra. Kamu sudah tak punya pekerjaan dan belum bayar sewa selama dua bulan. Kamu harus pergi!" kata pemilik kontrakan tanpa belas kasihan.
Tidak ada lagi ruang untuk perlawanan. Kyra tak punya pilihan selain pergi. Di tengah malam yang kelam, tanpa uang sepeser pun di kantongnya, ia melangkah pergi, meninggalkan semua yang pernah ia miliki.
Namun itu belum cukup buruk. Beberapa hari kemudian, Kyra merasa mual. Tak ada yang aneh, pikirnya, hingga akhirnya ia mengetahui kenyataan yang lebih mengejutkan. Kyra mengunjungi dokter, dan dengan wajah yang pucat, dokter memberitahunya bahwa ia sedang hamil.
Mendengar itu, Kyra merasa seluruh tubuhnya terjatuh ke dalam jurang yang lebih dalam. Bagaimana mungkin ia hamil dalam keadaan seperti ini? Tanpa pekerjaan, tanpa tempat tinggal, dan kini ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia akan membawa kehidupan baru ke dunia ini. Hati Kyra dipenuhi dengan kebingungan dan ketakutan, namun ada satu hal yang tak bisa dihindari: ia harus bertahan hidup, apapun yang terjadi.
Saat itulah, hidupnya benar-benar berubah.
Bab 1 sudah direncanakan seumur hidupnya
01/02/2025
Bab 2 Beberapa bulan berlalu sejak hari-hari kelam
01/02/2025
Bab 3 Damar berdiri di hadapan Kyra
01/02/2025
Bab 4 Damar dan Kyra tinggal di rumah yang sama
01/02/2025
Bab 5 Damar dan Kyra mulai berusaha berkomunikasi lebih baik
01/02/2025
Buku lain oleh putri
Selebihnya