Raya selalu merasa terjebak dalam dunia yang penuh dengan kebencian. Sebagai gadis berusia 22 tahun, ia terlahir dalam keluarga kaya, namun hidupnya tak pernah terasa lengkap. Semua itu berubah ketika ia menemukan dirinya terperangkap dalam tubuh seorang antagonis bernama Selina dalam sebuah novel yang ia baca. Selina, yang digambarkan sebagai sosok yang tak tahu diri, selalu menyiksa anak kandung orang tuanya dengan kejam. Namun, takdir berkata lain ketika Raya mengetahui bahwa Selina adalah anak yang tertukar saat lahir karena kelalaian seorang suster. Raya berada di ujung tanduk. Mengetahui bahwa dirinya akan terjebak dalam kehidupan Selina yang penuh kebencian dan manipulasi, ia pun dihadapkan pada pilihan sulit. Apa yang akan ia lakukan? Apakah ia akan merubah jalan hidupnya dan berusaha memperbaiki semuanya, atau tetap terjebak dalam sikap jahat yang diwarisi dari Selina? Jika ia memilih untuk bertahan dalam sikap lama, masa depannya akan lebih kelam dari yang ia bayangkan. Dalam cerita ini, pertarungan antara pilihan baik dan buruk semakin memanas. Setiap keputusan akan mengubah takdir Raya selamanya. Apakah ia akan berhasil mengubah takdirnya, atau terjerumus dalam kegelapan yang lebih dalam?
Raya terbangun dengan perasaan aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya. Kepalanya berdenyut, berat seperti baru saja dihantam oleh gelombang kenangan yang bukan miliknya. Saat matanya terbuka, ia disambut dengan langit-langit kamar yang asing. Warna merah marun mendominasi ruangan, dengan hiasan kristal menggantung di sudut-sudutnya. Jelas, ini bukan kamar kos sederhana yang biasa ia tempati.
Panik mulai merayap. Ia meraba-raba tubuhnya, namun yang ia temukan adalah tubuh yang terasa berbeda. Lebih kecil, lebih rapuh. Wajahnya tersentuh, dan kulitnya terasa halus seperti porselen. Di meja rias, ia melihat bayangan seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang menjuntai lembut, wajahnya tirus, namun tatapan mata itu... dingin. Itu bukan dirinya.
"Selina?" suara asing memanggil dari balik pintu.
Raya terkesiap. Ia bahkan belum sempat memahami apa yang terjadi, tapi tubuhnya secara refleks bangkit. Saat ia membuka pintu, seorang pelayan dengan seragam hitam-hitam berdiri dengan kepala tertunduk.
"Nona, sarapan sudah disiapkan di ruang makan. Ayah dan Ibu menunggu Anda," ucapnya sopan.
Raya menelan ludah. Otaknya berputar cepat, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ini. Ia ingat membaca sebuah novel tadi malam, novel yang ia benci setengah mati. Dalam cerita itu, tokoh antagonis bernama Selina adalah orang yang paling dibenci. Selina selalu menyiksa saudara angkatnya, Sierra, dengan berbagai cara. Namun, semuanya berubah ketika fakta bahwa Selina adalah anak yang tertukar terungkap. Selina akhirnya dibuang oleh keluarganya, hidup miskin, dan dihancurkan oleh tokoh utama pria yang ia cintai.
Dan sekarang... dia ada di dalam tubuh Selina?
***
Ruang makan itu lebih menyerupai aula istana. Meja panjang yang penuh dengan hidangan mewah membuat Raya semakin gugup. Di ujung meja, seorang pria paruh baya dengan wajah keras menatapnya dengan dingin. Itu pasti ayah Selina, Darius Adrian, pria yang di novel digambarkan sebagai sosok otoriter tanpa belas kasih.
"Selina, kau terlambat," ucapnya singkat, suaranya mengandung nada ancaman.
Raya menunduk, merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia mencoba mengingat bagaimana karakter Selina biasa bertindak. Jika sesuai dengan cerita, Selina adalah gadis arogan yang selalu melawan aturan. Tapi Raya tidak punya keberanian untuk berperan seperti itu.
"Maaf, Ayah," jawabnya pelan, membuat seluruh ruangan hening.
Tatapan tajam dari Darius dan seorang wanita cantik di sebelahnya, yang pasti adalah ibu Selina, mengarah padanya. Raya tahu, dalam novel, Selina tak pernah sekalipun meminta maaf.
"Apa kau sakit?" tanya wanita itu, Nadine Adrian, dengan nada curiga.
"Ah, tidak, Bu. Hanya... hanya kurang tidur," Raya berusaha mencari alasan. Ia tahu, setiap gerak-geriknya sedang diawasi.
Di sudut ruangan, Sierra masuk dengan langkah pelan. Gadis itu tampak sederhana dengan gaun putih polos, rambut cokelat bergelombang yang diikat rapi. Wajahnya lembut, namun penuh dengan kesedihan yang disembunyikan. Sierra, tokoh protagonis yang selalu dianiaya oleh Selina.
Raya menahan napas. Bagaimana mungkin ia bisa menjalani hidup sebagai Selina, seorang gadis yang dibenci semua orang?
***
Hari berlalu dengan lambat. Raya mencoba menyesuaikan diri dengan peran barunya, namun semakin ia berusaha, semakin ia merasa terjebak. Seluruh sikap dingin keluarga Adrian membuatnya merasa seperti berada di dalam kurungan emas.
Saat malam tiba, Raya duduk di depan cermin besar di kamarnya, menatap wajah Selina yang kini menjadi wajahnya. Pikirannya terus berkecamuk. Apa yang harus ia lakukan? Jika ia mengikuti jalan cerita asli, hidupnya sebagai Selina akan berakhir tragis. Namun, jika ia mengubah segalanya, apakah nasibnya akan lebih baik?
Tiba-tiba, sebuah suara lirih terdengar di dalam kepalanya.
"Kau adalah aku sekarang. Jangan berani-berani mengacaukan hidupku."
Raya tersentak. Ia merasa bulu kuduknya berdiri. Apakah itu suara Selina? Atau hanya imajinasinya?
Satu hal yang pasti: hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Buku lain oleh putri
Selebihnya