Tragedi kelam satu malam

Tragedi kelam satu malam

itsme.byuna

5.0
Komentar
1.9K
Penayangan
72
Bab

Laura, seorang wanita cantik, tangguh yang hilang selama bertahun-tahun yang berhasil menyiksa Kendra Adelio hidup dalam penyesalan dan rasa bersalah. Tiba-tiba kembali ke Indonesia dengan seorang anak kecil di genggamannya. Hal itu cukup membuat Kendra geram. Bertahun-tahun lamanya ia mencari segala informasi tentang wanita itu namun hasilnya nihil. Setelah tragedi satu malam yang tidak sengaja itu membuat seluruh hidup Laura dan Kendra berubah drastis. Sebenarnya apa yang terjadi pada malam itu? Dan mengapa Laura hilang bak di telan bumi tanpa petunjuk apapun.

Bab 1 Kedatangan Laura

Laura, seorang wanita yang berusia 23 tahun baru saja tiba di Indonesia. Kaki jenjangnya melangkah menyusuri koridor bandara ibu kota. Bak wanita berkelas, wajah ayu, rambut hitam pekat panjang yang mengurai, dengan dress yang melekat dalam dirinya menambah kecantikan dalam diri wanita itu.

Tetapi, tangan kanannya menggandeng tangan mungil seorang anak laki-laki yang mungkin berusia 4 tahun.

"Mama," panggilnya.

Membuat sang empu menoleh dan menurunkan badannya.

"Ada apa sayang?"

"Aku lapar," ujarnya dengan mencebikkan bibirnya lucu.

Laura terkekeh, wanita itu mengusap kepala sang anak. "Mari kita makan sayang," ajak Laura membuat si kecil bersorak riya.

Mata Laura melirik satu persatu toko di bandara, wanita itu mencari bakmi, makanan kesukaan sang anak.

"Reynald, kita makan di sana ya?" Ajak sang empu sembari menarik tangan laki laki mungil itu.

Laura memesankan dua porsi bakmi dengan es teh. Wanita itu lalu duduk menunggu pesanannya datang, sembari mengotak atik ponsel genggamnya dan mendengar celoteh sang anak.

Wanita itu rencananya ingin menghubungi sahabatnya namun, niatnya masih di urungkan. Ia memilih menelpon sosok pak Jaka- selaku penjaga rumahnya selama wanita itu berada di Eropa.

Tak lama. Pesanan dua bakmi itu datang membuat Laura tersenyum tipis dan mengucap terima kasih.

Beruntungnya, Reynald bukan anak yang rewel, sejak dalam kandungan dan bayi. Laki-laki itu tidak pernah merepotkan Laura, seakan mengerti keadaan mamanya yang tengah berjuang menghidupi dirinya.

Meskipun begitu, Laura tak akan membiarkan Reynald kesusahan atau bahkan kekurangan apapun. Meski kemandirian ia ajarkan sejak dini, namun Laura memberikan kasih sayang sepenuhnya. Tak heran jika Reynald tumbuh menjadi anak yang cerdas, penurut, bahkan pengertian.

"Mama, apakah kita akan bertemu papa?" tanya Reynald.

Uhuk!

Laura tiba-tiba tersedak, ia meraih es tesnya dan meneguknya dengan cepat. Wanita itu sesekali memukul dadanya dengan pelan.

Ia menoleh pada Reynald, mengingat saat laki-laki itu berusia 2 tahun setengah. Menanyakan dimana papanya, dan Laura menjawab sedang bekerja di Indonesia. Dan sejak itu, Reynald tidak pernah menanyakan lagi dimana papanya.

Namun sialnya, kini Laura kembali ke Indonesia dan anaknya menanyakannya. Membuat Laura ber kelimpungan sendiri mencari jawaban.

Laura menghela nafas pelan, ia menatap dalam Reynald dan mengatakan dengan lembut.

"Apa Reynald sekarang tidak bahagia dengan mama?" tanya Laura.

Reynald menggeleng, "Aku senang, sangat senang," jawab Reynald membuat Laura tersenyum dan mengangguk.

"Jadi, meskipun kita hanya berdua. Tidak masalah bukan?" ucap Laura dengan senyum kecilnya.

Reynald diam untuk beberapa saat dan mengangguk kecil membuat Laura mengusap rambut sang anak.

Pelan-pelan Laura menghela nafas kecil, rasanya sangat berat melihat sang anak yang sekecil itu berusaha memahami keadaannya. Laura selalu bersyukur di dalam hatinya. Reynald seolah lahir dengan kedewasaan yang tertanam sejak kecil.

Keduanya melahap bakmi sampai tandas. Lalu Laura mengajak sang anak keluar dari bandara dan memasuki mobil hitam yang ia sewa yang sudah sejak tadi menunggunya.

Tanpa Laura sadari, ada laki-laki asing yang diam sedari tadi mengawasinya. Diam-diam laki-laki itu memotret Laura lalu mengirimkan pesan pada atasannya.

Bukankah ini wanita yang kau cari?

Photo. Terkirim.

***

Laura ini kini turun dari mobil, wanita itu menghirup nafas dalam dalam. Ia menatap rumah yang di desain minimalis namun elegan itu, dengan lingkungan yang asri karna sedikit jauh dari kota. rumah ini sengaja di bangun bertahun-tahun lalu dan di jaga dan di rawat oleh pak Jaka.

Bertahun-tahun Laura mempercayakan rumah ini pada sosok tua paruh baya itu.

Laura tersenyum kecil. Rumah ini dahulunya adalah rumah sederhana warisan orang tua nya. Setelah orang tuanya meninggal. Dan tragedi malam itu.

Laura menggunakan sebagian uangnya untuk merenovasi rumah ini, karna bagaimana pun ia akan kembali ke Indonesia. Tanah kelahirannya.

"Non Laura sudah pulang?" sapa pak Jaka yang kini rambutnya penuh dengan rambut bewarna putih namun wajahnya masih segar dan semangat.

Laura tersenyum. "Sudah pak, bapak apa kabar?" tanya Laura.

"Baik non, ini den Reynald?" sapa pak Jaka.

Laura tersenyum tipis, ia memperkenalkan pak Jaka pada Reynald sebagai kakeknya.

Pak Jaka adalah orang kepercayaan ayahnya yang sampai kini setia mengabdi pada keluarga Laura. Laki-laki paruh bayah itu kini membantu membawakan koper Laura, sedangkan wanita itu menggendong Reynald yang masih canggung dan asing pada suasana rumah.

"Terimakasih pak Jaka," ujar Laura di balas senyuman tipis.

Meskipun dengan rumah minimalis. Namun rumah ini memiliki halaman yang luas sehingga kamar yang tersedia cukup banyak. Pak Jaka memang tinggal disini sejak dahulu, walaupun Laura pergi bertahun-tahun lalu namun wanita itu percaya pada pak Jaka.

Lihatlah saat ini, keadaan rumah yang rapi, kolam yang bersih, dan tanaman yang terawat.

Laura mensejajarkan tubuhnya dengan anaknya.

"Reynald, sekarang Reynald tinggal disini ya? Kita rangkai lagi semuanya dari awal," ucap Laura lalu mengecup kening Reynald.

Laura memilih kamar yang dekat dengan kolam renang, karna pemandangan jendela nya yang menuju langsung ke taman.

Kini, ia harus menghubungi sahabatnya. Karna Reynald harus masuk ke taman kanak-kanak maka Laura membutuhkan bantuan sahabatnya.

Laura tak ingin menghubungi sejak tadi, karna dirinya tahu bahwa tadi masih di jam kerja dan akan merepotkan sahabatnya. Cukuplah saat ini Laura akan memberikan kejutan pada teman-temannya dan mengatakan bahwa ia akan menetap disini.

***

Disisi lain, sosok laki-laki berwajah tampan dengan rahang tegas dan hidung mancungnya. Sedang memijat pelipisnya. Ia terasa pusing seharian ini. Masalah proyek yang hampir gagal membuat kepala Kendra hampir pecah.

Laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya. Memilih menatap bangunan luar dari dalam perusahaannya sejenak.

Laki-laki itu membuka jasnya, dan membuka beberapa kancing kemejanya membuat tubuh atletisnya semakin terlihat dan menambah ketampanannya.

Pintu ruangan Kendra terbuka. Menampilkan Adrian sosok sahabat sekaligus asistennya.

"Duduk lah Ken, perusahaan akan mengerjakan ulang proyek ini," tutur Adrian.

Kendra menghela nafas berat, ntah lah mengapa ia merasa cuaca ibu kota saat ini terasa panas sehingga ia mudah emosi.

"Bayangkan saja, jika proyek itu lalai dan benar-benar gagal kita bisa rugi miliaran Adrian," tekan Kendra.

Pintu terketuk lagi. Menampilkan sosok perempuan yang membawakan kopi untuk Kendra.

Adrian mengambilnya dan meletakkan di meja Kendra lalu menyuruh wanita itu pergi.

"Masih ada waktu seminggu untuk memperbaiki proyek itu," jawab Adrian sembari menepuk pundak sahabat nya itu. "Duduklah, dan minum. Tenangkan dirimu. Jangan seperti orang kesetanan," imbuh Adrian.

Kendra akhirnya kembali duduk, ia menyeruput kopi hitamnya sedikit demi sedikit membuat perasaan gundahnya sedikit hilang.

"Apa karna pesan itu kau jadi seperti ini?" tanya Adrian.

Kendra mengernyit, laki-laki itu meletakkan kopinya. "Pesan? Pesan apa maksudmu?" Tanya Kendra.

"Periksalah ponselmu," jawab Adrian.

Kendra mengambil ponselnya, ia mengecek pesan dari bawahannya yang sudah terkirim 4 jam yang lalu. Sedari tadi ia sibuk dengan pekerjaannya.

Kendra membuka room chatnya itu dan membacanya. Dia diam-diam meremas ponselnya.

"Dia kembali," gumamnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku