Tragedi kelam satu malam
h menyusuri koridor bandara ibu kota. Bak wanita berkelas, wajah ayu, rambut hitam pekat panjang
g tangan mungil seorang anak laki-
" pang
menoleh dan menu
pa say
ya dengan mencebik
a sang anak. "Mari kita makan sayang," aj
ko di bandara, wanita itu mencari
?" Ajak sang empu sembari menar
u lalu duduk menunggu pesanannya datang, sembari mengotak
atnya masih di urungkan. Ia memilih menelpon sosok pak Jaka-
datang membuat Laura tersenyum t
n dan bayi. Laki-laki itu tidak pernah merepotkan Laura, seakan m
un. Meski kemandirian ia ajarkan sejak dini, namun Laura memberikan kasih sayang sepenuh
akan bertemu papa
uk
snya dan meneguknya dengan cepat. Wanita
ngah. Menanyakan dimana papanya, dan Laura menjawab sedang bekerja di Indo
sia dan anaknya menanyakannya. Membuat Laur
ia menatap dalam Reynald d
tidak bahagia dengan
angat senang," jawab Reynald membu
dua. Tidak masalah bukan?" uca
t dan mengangguk kecil membuat
k yang sekecil itu berusaha memahami keadaannya. Laura selalu bersyukur di da
ajak sang anak keluar dari bandara dan memasuki mobil
edari tadi mengawasinya. Diam-diam laki-laki itu me
i wanita ya
. Ter
*
g di desain minimalis namun elegan itu, dengan lingkungan yang asri karna sedikit jauh dari k
ercayakan rumah ini pada
h rumah sederhana warisan orang tua nya. Setelah
enovasi rumah ini, karna bagaimana pun ia ak
kini rambutnya penuh dengan rambut bewarna pu
dah pak, bapak apa k
den Reynald?"
emperkenalkan pak Jaka pada
arga Laura. Laki-laki paruh bayah itu kini membantu membawakan koper Laura, sedangk
a," ujar Laura di ba
gga kamar yang tersedia cukup banyak. Pak Jaka memang tinggal disini sejak dahulu
mah yang rapi, kolam yang ber
rkan tubuhnya d
ya? Kita rangkai lagi semuanya dari awal,"
kolam renang, karna pemandangan jend
a Reynald harus masuk ke taman kanak-kanak
jam kerja dan akan merepotkan sahabatnya. Cukuplah saat ini Laura akan member
*
dung mancungnya. Sedang memijat pelipisnya. Ia terasa pusing seharian i
duknya. Memilih menatap bangunan lua
rapa kancing kemejanya membuat tubuh atletisny
. Menampilkan Adrian sosok s
n akan mengerjakan ulang
engapa ia merasa cuaca ibu kota saat in
ai dan benar-benar gagal kita bisa r
lkan sosok perempuan yang me
etakkan di meja Kendra lalu
rian sembari menepuk pundak sahabat nya itu. "Duduklah, dan minum
put kopi hitamnya sedikit demi sedikit me
u kau jadi seperti
meletakkan kopinya. "Pesan? Pes
ponselmu," j
ari bawahannya yang sudah terkirim 4 jam yang l
itu dan membacanya. Dia di
bali," g