Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Rania, kamu sudah tidur ya?"
Suara panggilan dari arah luar kamarnya yang diiringi ketukkan di pintu terdengar begitu nyaring, Rania yang baru saja tertidur pun segera bangun dan membuka pintu untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Ada apa, Bu?" tanya Rania ketika mendapati Bu Karsih --ketua panti-- tampak berdiri di depan pintu dengan wajah panik.
"Nia, bisa tolong ibu sebentar gak? Sasa, panas, sementara setok obat penurunan panas kita habis. Tolong belikan obat di apotek dua puluh empat jam ya, Nak," jawab Bu Karsih dengan wajah khawatir.
"Mang Jaja lagi gak ada, pengurus yang lain gak ada yang bisa naik motor," sambung Bu Karsih dengan wajah paniknya.
"Iya, Bu. Nia siap-siap dulu, ya." Rania mengangguk cepat sambil buru-buru kembali ke kamar untuk mengambil jaket dan kerudungnya.
Rania pergi dengan mengendarai motor metic berwarna putih yang biasa dia pakai untuk mengajar di sekolah. Malam yang sudah larut ditambah dengan kondisi jalan yang licin karena baru saja diguyur hujan sepanjang sore tadi, membuat Rania harus benar-benar berhati-hati dalam berkendara. Belum lagi kurangnya penerangan jalan yang membuatnya harus terus mengalihkan pikirannya dari rasa takut, demi membeli obat penurunan panas untuk adik pantinya.
Setelah mendapatkan obat yang dia cari, Rania langsung kembali mengendarai motornya untuk segera pulang. Namun, matanya tiba-tiba saja terbelalak dengan tangan yang refleks menggenggan rem motor sekuat tenaga.
"Astagfirullah!" jerit Rania dengan wajah pucat pasi.
Suara benturan keras bersamaan dengan sebuah mobil sedan mewah terlihat hilang kendali hingga menabrak pembatas jalan beberapa kali dan terbalik dalam keadaan terus berputar lalu berhenti di tengah jalan.
"Inalillahi?" Rania menutup mulutnya dengan mata mengerjap beberapa kali, dia kemudian mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang bisa dia mintai tolong.
Namun, tidak ada seorang pun di sana. Hanya ada beberapa kendaraan yang lewat, itu pun tampak tak ada yang mau berhenti.
"Ya Allah, aku harus gimana?" gumam Nia dengan wajah bingung dan tubuh gemetar.
"T--tolong." Suara lirih dari arah mobil membuat Nia memberanikan diri untuk turun dari motor dan menghampiri mobil yang sudah dalam keadan hancur bahkan hampir tak berbentuk lagi.
"Andin?" Nia bertambah panik ketika melihat seorang wanita yang tampak sudah bersimbah darah berusaha untuk bergerak dan ke luar dari pintu dengan mengandalkan sisa kekuatannya. Walau wajah wanita itu tak terlihat jelas karena minimnya pencahayaan dan darah yang mengalir di pelipis hingga ke pipinya, tetapi, Nia sudah bisa mengenali wanita itu.
Andin adalah teman kuliahnya, mereka sempat hilang kontak ketika Andin meneruskan pendidikannya di luar negeri. Kini, mereka kembali bertemu dengan kejadian yang sangat tak terduga.
"Tolong! Tolong!" Nia berteriak kencang sambil mengedarkan pandangannya, mencari pertolongan dari orang sekitar. Sesekali dia melihat ke arah dalam mobil, memastikan jika Andin masih bisa bertahan. Dia juga mencoba menghentikan kendaraan yang lewat, tetapi tidak ada satupun kendaraan yang berhenti, atau orang yang datang menghampirinya.
Putus asa dengan usahanya meminta pertolongan karena tidak berhasil menemukan satu orang pun, Nia akhirnya kembali menghampiri mobil milik Andin.
"Andin? Kamu, masih sadar, kan?" tanya Nia sambil berjongkok di samping pintu mobil yang sudah hampir hancur dengan kaca yang pecah.
Nia melihat kepala Andin masih bergerak sambil menjawab pertanyaannya walau terdengar sangat lirih, yang menandakan kalau wanita itu masih hidup. Nia mencoba membuka pintu mobil yang sudah tak berbentuk. Berulang kali Nia berusaha membuka pintu mobil untuk membantu wanita itu ke luar, tetapi usahanya terus tak membuahkan hasil.
________________________
Nia terdiam di depan ruang oprasi dengan baju dan tangan yang ikut kotor terkena darah Andin saat dia berusaha menolongnya. Sesekali dia melihat lampu di atas pintu ruang operasi yang masih menyala hijau, tanda
operasi masih berlangsung.