/0/29430/coverorgin.jpg?v=8e86c699cec428f3b4eb4b4f9f811d64&imageMogr2/format/webp)
Hatiku seolah berbunga-bunga, dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Betapa tidak, hari ini adalah hari pernikahanku, hari di mana akan tercatat sejarah dalam hidupku. Sebentar lagi akan ada laki-laki yang akan resmi menjadi imam dan suamiku, ia adalah pemuda yang aku kagumi, aku menyukainya sejak pertama kali kita bertemu. Mungkin bukan hanya aku, siapa pun gadis akan bahagia jika ia berhasil dilamar oleh pemuda pujaannya.
Aku berjalan perlahan dengan dituntun oleh adik dan kakak keduaku, mereka mengantarkanku ke dalam masjid di mana ijab qobul akan dilaksanakan. Para saksi dan tamu sudah berkumpul di sana untuk melihat proses akad nikah yang sedari dulu aku bayangkan. Yang terpenting dan utama, adalah Adryan, laki-laki yang akan meminangku, Adryan nampak sudah siap, ia duduk di depan penghulu dan juga Bapak, mereka tengah menungguku, pengantin wanita yang berbahagia itu. Aku sangat bersyukur dan bahagia karena akan bersanding dengan laki-laki pilihanku, sosok laki-laki yang sempurna di mataku. Aku duduk di belakang Adryan dengan sedikit berjarak dengannya. Adryan lalu menoleh sebentar padaku.
"Bagaimana, sudah siap?" tanya penghulu.
"Siap Pak," sahut Adryan dengan yakin.
"Kalo begitu kita mulai acara akad nikahnya. Silakan Pak Yanto menjabat tangan Mas Adryan," ucap penghulu.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan anak saya yang bernama Almira puspita binti Hadiyanto dengan mas kawin perhiasan 20 gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai,"
"Saya terima nikah dan kawinnya Almira puspita binti Hadiyanto dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Adryan dengan lantang dan jelas.
"Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu.
"Sah..!" jawab serentak saksi dan para tamu.
"Alhamdulillah," semua orang yang hadir dengan kompak mendoakan atas pernikahanku dan Adryan.
"Selamat, sekarang kalian sudah resmi jadi sepasang suami istri," ucap penghulu.
Setelah resmi mengucapkan ijab qobul, Adryan langsung membalikkan badannya dan aku dengan rasa malu dan gugup bergerak mendekat padanya. Manik coklat yang selama ini aku hindari kini telah bisa ku tatap dan kunikmati sinarnya, bahkan dengan jarak yang hanya sejengkal tangan. Kini semesta pun ikut mendukung dan tak akan ada jarak apapun lagi antara aku dengannya. Setelah mencium tangan Adryan yang kini sudah resmi menjadi suamiku, aku dan Adryan diperintahkan untuk menandatangani buku nikah kami.
Aku dan Adryan saling menatap sejenak, aku melihat ada binar bahagia di sudut bola mata laki-laki ku itu. Lagi-lagi aku tidak menyangka bahwa hari itu aku sudah dipersunting oleh laki-laki pujaanku. Lalu aku tak sengaja menoleh ke samping kiriku, lalu ku lihat Bu Santi tengah menatap nanar padaku dan Adryan. Terlihat di sorot matanya ada kemarahan yang ia simpan. Dia terlihat seperti tengah kecewa dan kesal, mungkin juga tak terima atas pernikahanku yang sudah terjadi.
-beberapa bulan yang lalu-
Aku baru saja pulang bekerja.
"Assalamu'alaikum," ucapku saat memasuki rumah.
"Walaikumsalam," jawab seorang pria paruh baya yang menjadi ayahku. Beliau biasa dipanggil Yanto.
"Baru pulang Mir?" tanya Bapak seraya masih memainkan gawainya.
"Iya, Pak," jawabku lalu mencium punggung tangan Bapak.
"Mir, duduk dulu di sini. Bapak mau ngobrol sama kamu,"
"Ngobrol soal apa, Pak?" tanyaku seraya duduk di samping Bapak.
Aku sedikit menghela nafas ku.
"Mir, tadi siang Bapak ke rumah Om Ridwan, terus katanya, Om Ridwan punya calon buat kamu,"
/0/22856/coverorgin.jpg?v=e6faaaca28ffb87b5cd0b58426601ca0&imageMogr2/format/webp)
/0/2957/coverorgin.jpg?v=1af0178c075c1c79925ff883f5478768&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)
/0/3334/coverorgin.jpg?v=6e6d8f37662ef09cd884581b5c644618&imageMogr2/format/webp)
/0/3872/coverorgin.jpg?v=e9a4e6acc2dfae4e5b73afa34ec542aa&imageMogr2/format/webp)
/0/6494/coverorgin.jpg?v=d70cbc9e0fbe54e08469c203f165324f&imageMogr2/format/webp)
/0/12755/coverorgin.jpg?v=135a08759123fe0a19a4ab0cfd36ba9f&imageMogr2/format/webp)
/0/15253/coverorgin.jpg?v=c790210f59dd4348ce7d1581af7affd7&imageMogr2/format/webp)