Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Kedua
5.0
Komentar
220
Penayangan
17
Bab

Dua tahun yang lalu Anton harus kehilangan Clarissa yang menderita penyakit leukimia stadium akhir. Hingga membuat dia enggan untuk jatuh cinta kembali. Namun takdir berkata lain Anton bertemu dengan Luna seorang barista yang sangat cantik sekali bahkan memiliki pengetahuan yang sangat luas sehingga dapat mengubah kehidupan Anton hingga jatuh cinta kembali. Tapi perjalanan kisah cinta mereka tidak berjalan begitu lancar dikarenakan Clarisa tidak pernah menyetujui hubungan Anton dengan Luna karena perbedaan sebuah usia dan latar belakang bahkan Renata menjodohkan Anton dengan Raisa karena mereka setara. Kemudian Anton dengan Luna mulai berjuang demi mendapatkan restu dari Renata. Bagaimana perjalanan dan perjuangan kisahnya?

Bab 1 Di mana kamu, Sayang

Anton mencoba untuk menghubungi Clarissa. Namun ponselnya sampai sekarang belum bisa untuk dihubungi. Dia berusaha untuk menghubunginya berulang kali. Tapi tetap saja dalam nada tulalit.

Anton mencoba untuk menghubungi Isabella. Kemudian sambungan mulai terhubung.

"Halo!"

"Halo Isabella."

" Ada apa ya, Kak?"

" Kenapa ponsel Kakak kamu tidak bisa dihubungi? "Tanya Anton.

"Isabella juga tidak tahu, Kak. Karena Isabella sekarang sedang ada di kota lain." jawab Isabella dari sambungan telepon.

"Oh ya sudah kalau begitu Isabella. Maaf kak Anton mengganggu waktu kamu. Karena sampai sekarang kakak kamu sangat sulit sekali untuk dihubungi. Ini sudah hampir seminggu lebih Kakak kamu tidak ada kabar sama sekali. " kata Anton.

"Mungkin saja Kakak sedang sibuk. Nanti Isabela bantu telepon ke Kakak deh. "Kata Isabella dalam sambungan telepon.

"Ya sudah terima kasih Isabella. Selamat malam. "Kata Anton mengakhiri teleponnya.

Kemudian sambungan telepon itu pun sudah terputus seketika. Lalu Anton pun berpikir untuk menemui Clarissa di Kota Semarang. Dia ingin sekali bertemu dengan Clarissa karena hingga sekarang tidak ada kabar sama sekali.

Mendadak ponsel Anton mulai berdering. Sebuah pesan pendek terlihat jelas di layar ponselnya. Pesan pendek itu dari Clarissa. Lalu dia segera untuk membaca pesan itu.

Pesan pendek dari Clarissa : Anton, Aku ingin sekali bertemu dengan kamu minggu depan. Apakah kamu ada waktu untukku datang ke kota Semarang?

Kemudian Anton pun membalas pesan chat dari Clarissa: Baiklah aku akan segera datang minggu depan tepat di hari Minggu.

Kemudian Anton pun berinisiatif untuk menelepon Clarissa tapi panggilannya malah ditolak. Lalu Anton pun mengirim pesan kembali.

Pesan chat Anton: Clarissa Kenapa kamu menolak teleponku? Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?

Clarissa mulai menjawab pesan chat dari Anton: Maafkan aku Anton. Karena aku sedang sibuk untuk mengurus sesuatu jadi aku tidak bisa untuk mengangkat teleponmu. Lebih baik kita bertemu minggu depan.

Anton merasa sedikit aneh dengan pesan yang disampaikan oleh Clarissa. Dia merasa sangat aneh sekali dengan pesan tersebut. Bahkan dia merasa ada sesuatu yang sangat janggal yang terjadi pada Clarissa akhir-akhir ini.

Sepuluh menit kemudian Anton mencoba untuk menghubungi Clarissa kembali tapi ponselnya malah tidak aktif. Dia merasa sangat aneh sekali. Bahkan dia berniat untuk segera pergi ke Semarang menemui Clarissa.

Anton sudah membooking tiket kereta api menuju ke Semarang besok Senin. Dia tidak ingin menunda-nunda keberangkatannya. Bahkan dia melakukan cuti di kantornya secara dadakan

Keesokan harinya Anton pun segera untuk pergi ke stasiun kereta api. Dia sudah siap untuk menuju dari Jakarta ke Semarang. Dia ingin sekali untuk menemui Clarissa karena dia juga sudah lama tidak bertemu dengan Clarissa dan keluarganya.

Anton sudah naik di gerbong kereta api. Dia akan menjalani perjalanan selama beberapa jam menuju ke kota Semarang. Ia sangat penasaran sekali dengan apa yang terjadi sebenarnya terhadap Clarissa akhir-akhir ini.

Perjalanan begitu sangat jauh sekali menuju dari stasiun tempat Anton berhenti menuju ke rumah keluarga Clarissa. Firasatnya begitu sangat buruk sekali mengenai Clarissa. Rasa was-was telah dia alami.

Sepanjang perjalanan dia selalu saja memikirkan tentang Clarissa. Dia merasa ada sesuatu yang aneh mengenai Clarissa.

*

Kehidupan tidak akan pernah selamanya indah untuk siapa saja yang mengalaminya hal itu yang telah dirasakan oleh Luna. Dia selalu saja mendapatkan penekanan dari keluarganya. Bahkan dia selalu saja untuk dibeda-bedakan dengan kakaknya.

"Dasar anak tidak berguna! "Kata seorang ayahnya terhadap Luna. Karena Luna tidak memiliki karir yang cukup baik dibandingkan dengan kakaknya. Dia hanya bekerja di sebuah kedai kopi kecil sebagai barista. Sementara kakaknya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Nirina menatap wajah Luna. Dia seolah merasa dirinya yang terhebat dibandingkan Luna. Dia memiliki jabatan yang cukup tinggi bahkan dia selalu saja mendapatkan pujian dari kedua orang tuanya.

Tatapan sinis yang terlihat di kedua mata Rebecca. Dia adalah ibu tiri dari Luna. Dia selalu saja membedakan antara Luna dengan Nirina.

" Sudah kubilang Kan kalau anak kamu itu memang nggak berguna sama sekali. Percuma saja kamu menyekolahkan dia tinggi-tinggi tapi kenyataannya dia malah menjadi barista di kedai kopi. Lihat kalau dirinya itu beda banget dengan anak kamu si Luna." Sindir Rebecca yang selalu memandang lunas sebelah mata.

Luna berusaha untuk menahan amarahnya. Dia bahkan enggan sekali untuk berkumpul dengan keluarganya. Dia selalu menyendiri.

"Sudah selesai ngomongnya."Luna menatap malas wajah dari mereka. Ia sangat kesal sekali terhadap keluarganya yang tidak pernah memberikan support system terhadap dirinya. Dia memang memiliki keluarga yang sangat utuh tapi keluarganya selalu saja tidak pernah memandang dia sekalipun.

Rebecca pun tersenyum sengit melihat wajah Luna. "Sebaiknya kamu terima saja lamaran dari Bang Jono. Lagian kamu kalau menikah dengan dia, kamu pasti nggak usah repot-repot untuk bekerja di kedai kopi kecil itu. "

Luna berusaha untuk mengontrol emosinya di hadapan Rebecca. Karena dia tidak ingin sama sekali Jika ayahnya terkena serangan jantung lagi ketika dia bertengkar dengan Rebecca, ibu tirinya.

Luna lebih memilih untuk pergi meninggalkan percakapan dengan keluarganya. Dia selalu saja enggan untuk berdebat dengan Rebecca. Dia sudah tahu pada akhirnya salah atau benar tetap saja dia yang akan disalahkan oleh ayahnya.

"Luna!" Bimo berusaha untuk menghentikan langkah kaki Luna, putrinya.

" Sudahlah Ayah. Luna sudah capek Ayah. Lunak mau tidur dan malas untuk berdebat dengan Ibu. "Kata Luna sambil melangkahkan kedua kakinya. Dia segera untuk pergi ke kamarnya.

Sementara Rebecca terlihat sangat kesal melihat tingkah laku Luna yang selalu saja membuat dia naik darah. Sebenarnya dia ingin sekali untuk menyingkirkan Luna dari keluarganya. Baginya Luna hanyalah sebagai parasit yang tidak penting. Dia juga ingin sekali untuk mendapatkan seluruh warisan dari Bimo, suaminya.

"Sayang, anak kamu tuh susah banget untuk dikasih tahu! Lihat aja dibilangin malah pergi gitu aja! " Rebecca mengadu kepada Bimo. Dia merasa sangat kesal sekali dengan sikap Luna.

" Ya udahlah sayang! Gak usah kamu urusin lagi Luna! Lagian percuma aja kamu terus berdebat dengan dia! Lagian aku sebagai ayahnya juga capek untuk menasehati dia sampai berbusa! " kata Bimo dengan kesal. Dia mengerutkan keningnya.

"Tapi..."

"Percuma saja kamu nasehati dia hingga ratusan kali. Dia pasti tidak akan pernah mendengarkan kamu sayang!" Desis Bimo menatap wajah Rebecca. "Sebaiknya kita pergi ke kamar langsung tidur. Besok aku masih ada pekerjaan di kantor."

"Iya, mami. Ngapain Mami Masih saja ngurusin Luna. Ujung-ujungnya mami pasti cape!" Nirina menatap ibunya yang sedang marah sekali terhadap Luna, saudari tirinya.

*

Di ruang kamarnya Luna merasa sangat kesal sekali dengan perilaku ibunya. Dia merasa jika keluarganya selalu saja menyepelekan apa yang telah dia inginkan selama ini. Bahkan ayahnya selalu saja membanding-bandingkan dia dengan saudari tirinya.

" Rasanya aku sudah tidak betah lagi berada di rumah ini! " Luna menggumam langsung dia mengambil tasnya. Ia mengisi dengan beberapa pakaian yang ada di lemarinya. Ia akan segera meninggalkan rumah keluarganya besok karena dia merasa tidak betah sama sekali.

*

Anton sudah berada di rumah keluarga Clarissa. Lalu dia mencoba untuk memencet bel rumah keluarga Clarissa. Bel pertama dia pencet tidak ada jawaban sama sekali lalu bel ketiga akhirnya ada seseorang yang membukakan pintu rumah keluarga Clarissa.

" Selamat pagi, Anton!" seorang wanita paruh baya itu mulai menyapa sambil menatap kedua manik mata Anton. Dia adalah Ibu dari Clarissa.

" Selamat pagi juga, Tante."

"Kamu pasti mencari Clarissa. Tapi Clarissa tidak ada dirumah hari ini karena dia sedang berada di rumah pakdenya yang ada di Jogja. "

Sebenarnya Clarissa ada di dalam kamar. Dia melihat Anton yang sedang berdiri di depan rumahnya. Wajah Clarissa terlihat begitu sangat pucat sekali. Dia hanya bisa duduk di atas kursi roda.

"Hmmmm.... Tante, Apakah saya bisa berbicara dengan anda sebentar mengenai Clarissa? " Anton terlihat ragu-ragu sekali untuk bertanya kepada ada ibu Clarissa.

"Silakan saja, Nak Anton. Sebaiknya kamu duduk dulu dan saya akan membuatkan secangkir kopi."

"Tidak usah repot-repot tante. Karena saya hanya ingin berbicara sebentar saja." Anton berusaha untuk menolak karena dia tidak ingin merepotkan Ibu Clarissa.

"Tidak apa-apa nak Anton. Karena nak Anton adalah tamu di rumah ini," kata ibu Clarissa sambil menatap wajah Anton. Dia melihat wajah kecemasan dan ketakutan akan sesuatu. Tapi dia akan berusaha menyembunyikan rahasia besar dari putrinya. Dia tidak ingin sama sekali Jika rahasia itu terbongkar langsung.

Sementara Clarissa masih berada di kamarnya. Sebenarnya dia ingin sekali untuk bertemu dengan Anton tapi dia tidak ingin sama sekali melihat Anton sedih mengenai kondisinya saat ini. Dia memilih untuk bersembunyi dahulu dari Anton.

*

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku